webnovel

Istri Simpanan

Warning: 21+ Mohon bijak dalam memilih konten bacaan. Menikah dengan orang yang tidak kita cintai terasa hidup seperti di neraka. Terlebih lagi mengetahui ternyata sang suami ternyata sudah mempunyai istri. Soo Yin sangat membenci Dae Hyun karena telah membohongi dirinya. Ia mengira Dae Hyun belum memiliki istri sehingga ia mau menikah dengan pria itu. Ikuti terus kelanjutan kisah Soo Yin dengan Dae Hyun. Mohon beri dukungannya, agar Author semangat nulisnya...

Nayya_Phrustazies · perkotaan
Peringkat tidak cukup
628 Chs

Bab 43 - Koma

Dae Hyun tidak bisa membiarkan keluarganya terus berada di rumah sakit. Ditambah lagi Aeri yang selalu membuatnya ingin marah terus menerus.

"Ayah, sebaiknya kalian pulang saja," ujar Dae Hyun dengan pelan. Bukannya mengusir tapi dirinya hanya ingin berdua saja dengan istrinya.

Park Ji Hoon menghela napas panjang.

"Baiklah, Ayah hanya bisa berharap gadis itu akan baik-baik saja," ujar Park Ji Hoon sambil menepuk pundak putranya. Sebagai seorang ayah, ia tahu kalau Dae Hyun merasa sangat bersalah dengan kejadian yang menimpa sekretaris putranya.

"Bukankah kau akan ikut pulang?" tanya Aeri.

"Aku akan tetap berada di sini untuk menjaganya," jawab Dae Hyun. Pandangannya tidak teralihkan dari gadis yang masih terbaring lemah. Dengan selang pernapasan dan beberapa peralatan yang menempel di tubuhnya.

"Biarkan saja Asisten Chang yang menjaganya, lagi pula dia bukan keluarga kita," ujar Aeri yang memasang wajah tidak suka.

"Dia jauh lebih berharga dari pada yang dibilang keluarga," ujar Dae Hyun dengan nada dingin sembari mengepalkan tinjunya untuk menahan emosi. Tidak pernah merasa semarah itu. Kata-kata Aeri begitu menusuk hatinya.

"Aeri, tidak seharusnya kau berkata seperti itu terhadap orang yang telah menyelamatkan putramu," ujar Park Ji Hoon.

"Maaf, Ayah, aku hanya mengutarakan fakta sebenarnya," ucap Aeri.

"Ya sudah, kami akan pulang. Kasihan Jo Yeon Ho jika terus berada di rumah sakit," ujar Ny. Park berusaha menyudahi perdebatan di antara mereka.

"Nenek, aku ingin tetap berada di sini bersama Ayah," protes Jo Yeon Ho yang tidak ingin pulang.

"Tidak baik anak kecil berlama-lama di rumah sakit. Lagi pula kau sudah sembuh, apa kau ingin Ayah menyuruh Dokter agar menyuntikmu lagi," ujar Dae Hyun sembari mengusap rambut putranya. Membujuknya dengan sedikit ancaman.

"Baiklah, aku akan pulang saja." Jo Yeon Ho langsung turun dari ranjang karena anak itu sangat takut dengan jarum suntik.

"Anak pintar," ujar Dae Hyun seraya tersenyum kemenangan.

Satu persatu dari mereka kini sudah mulai meninggalkan ruangan namun Aeri masih enggan untuk beranjak dari tempat itu. Memandang Soo Yin dengan tatapan tidak suka. Dirinya masih kesal kenapa harus gadis itu yang menyelamatkan putranya. Jika sampai Jo Yeon Ho bicara macam-macam maka habislah riwayatnya. Tanpa sadar Aeri ingin kalau Soo Yin lebih baik tidak selamat jika posisinya ingin tetap aman.

"Apa kau tetap mau berada di sini?" ucapan Dae Hyun seketika membuyarkan lamunan Aeri.

"Sayang, aku mohon lebih kau pulang. Lagi pula besok kita bisa berkunjung ke sini lagi," rengek Aeri sembari menggandeng lengan Dae Hyun.

"Bukankah sudah aku katakan kalau aku tidak akan pulang." Dae Hyun mencoba melepaskan tangan Aeri.

"Kalau begitu, aku akan kembali besok," ujar Aeri sembari memeluk tubuh Dae Hyun sejenak meskipun pria itu sama sekali tidak membalasnya.

Setelah memastikan Aeri pergi Dae Hyun segera menutup pintu ruangan. Menguncinya dari dalam karena tidak akan ada yang menjenguknya lagi karena sudah larut malam.

Dae Hyun duduk di kursi menghadap tubuh Soo Yin yang masih menutup matanya. Menurut keterangan Dokter ada luka benturan di kepalanya saat Soo Yin terjatuh ke dalam gua. Dokter belum bisa memastikan kapan gadis itu akan bangun. Sedangkan luka bekas terkena peluru masih diperban.

Dae Hyun Mengenggam tangan istrinya dengan erat sembari terus berdoa agar Soo Yin lekas sadarkan diri. Sungguh tidak tega melihatnya seperti itu.

"Sayang, bangunlah," ujar Dae Hyun sembari mencium tangan gadis itu berulang kali. Meski air matanya tidak menetes namun Dae Hyun sungguh teramat sedih. Menyesal karena terlambat datang ke sana. Seandainya mengajak Soo Yin ke luar kota bersamanya pasti gadis itu masih baik-baik saja.

"Maafkan aku, Soo Yin. Berulang kali kau hampir saja celaka karena keegoisanku." Dae Hyun memandang istrinya dengan tatapan iba. Membelai wajahnya yang terdapat luka terkena goresan batu.

Kesedihan seorang pria tidak seperti wanita yang meraung-raung oleh tangisannya. Kesedihan pria hanya terlihat di wajahnya meski berusaha untuk ditutupi.

"Terima kasih, sudah menolong putraku." Dae Hyun kembali teringat perkataan Soo Yin yang tidak menyukai Jo Yeon Ho. Meski begitu dirinya justru mau berkorban untuk menolong putranya. Tiba-tiba Dae Hyun mengepalkan tangannya, dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Dae Hyun perlahan membuka matanya saat mendengar ada suara ketukan pintu dari luar. Akibat kelelahan ia sampai ketiduran di kursi sembari terus memegang tangan istrinya. Matanya memerah karena pagi hari baru bisa mencoba untuk tertidur. Berharap ketika bangun Soo Yin sudah membuka matanya.

Karena pintu terus diketuk, Dae Hyun segera melangkahkan kakinya untuk membuka pintu. Ternyata di luar ada Dokter Eun Ji yang akan mengecek kondisi Soo Yin. Seorang dokter yang menangani Soo Yin semalam.

"Dokter, kenapa dia belum sadarkan diri?" tanya Dae Hyun saat Dokter tengah memeriksa kondisi Soo Yin.

"Dia mengalami cedera di kepalanya meski tidak berakibat fatal tapi dapat menyebabkan tidak sadarkan diri beberapa waktu," ujar Dokter Eun Ji.

"Maksud anda dia koma?" ujar Dae Hyun dengan lirih. Tubuhnya seketika langsung lemas kehilangan semangat.

"Bisa dibilang seperti itu," ujar Dokter Eun Ji tidak ingin berbicara terlalu banyak.

"Lalu kapan dia akan sadar?" tanya Dae Hyun.

"Kami tidak bisa memastikan itu. Semoga saja ada keajaiban sehingga dia bisa bangun lebih cepat," ucap Dokter Eun Ji.

"Apa maksud anda?" teriak Dae Hyun dengan mata memerah.

"Tuan, tolong tenangkan diri anda." Beruntung Chang Yuan segera datang sehingga langsung menenangkan bosnya.

"Maaf," ujar Dae Hyun sembari mundur.

"Aku yakin dia gadis yang kuat. Dia pasti akan segera bangun, karena kami hanya bisa berusaha semampu kami," ujar Dokter Eun Ji mencoba menguatkan Dae Hyun kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

"Tuan, sebaiknya anda pulang sebentar untuk beristirahat. Biarkan aku yang bergantian menjaga Nona," ujar Chang Yuan melihat kondisi Dae Hyun yang masih mengenakan pakaian semalam. Kondisi saat ini bahkan sangat berantakan. Wajahnya terlihat sangat kusut.

"Aku tidak akan kemana-mana," ujar Dae Hyun dengan suara serak.

"Tuan, aku hanya khawatir keluarga anda curiga tentang hubungan anda dengan Nona." Chang Yuan tidak berani menatap Dae Hyun. Ia mengatakannya sambil menunduk.

Dae Hyun termenung memikirkan ucapan Chang Yuan. Memang benar pasti mereka akan curiga. Mana mungkin hanya untuk seorang sekretaris dirinya rela harus di rumah sakit setiap waktu. Mereka pasti berpikir itu sedikit berlebihan.

"Suruh Chung Ho membawa Bibi Xia kemari!" perintah Dae Hyun. Lagi pula mereka bisa mengaku sebagai anggota keluarganya jika ada yang bertanya.

"Baik, Tuan." Chang Yuan segera bergegas ke luar untuk segera menghubungi Chung Ho.

Setelah Bibi Xia dan Chung Ho datang, Dae Hyun bisa sedikit tenang meninggalkan istrinya kepada mereka. Sangat yakin kalau mereka tidak akan menyakiti Soo Yin.