Kereta melewati stasiun demi stasiun. Shen Qinglan melihat pemandangan yang melintas melalui jendela. Wajah tampan Fu Hengyi muncul di hatinya, dia belum memberitahu Fu Hengyi tentang kepergiannya ini.
Saat sedang memikirkannya, datang panggilan telepon dari Fu Hengyi. Shen Qinglan melirik jam, pukul enam sore.
"Halo."
"Sudah makan?" Mendengar suara jernih Shen Qinglan, Fu Hengyi pun tersenyum tanpa sadar.
"Belum, aku di kereta."
"Kereta?" Fu Hengyi tanpa sadar mengerutkan alisnya, "Pergi ke mana?"
"Bepergian keluar, melihat pemandangan, menyegarkan pikiran." Shen Qinglan berkata dengan santai.
"Ke mana tujuannya?"
Shen Qinglan melihat tiket keretanya, "Hangzhou."
"Mengapa tiba-tiba ingin pergi ke tempat yang begitu jauh?" Fu Hengyi mengira dia hanya akan pergi ke kota sekitar, tapi ternyata dia langsung pergi dari utara ke selatan.
"Aku hanya sembarangan membeli tiketnya."
"Apakah ini perjalanan sesuka hati?" Fu Hengyi tersenyum ringan.
Shen Qinglan tersenyum, sepertinya begitu.
Keduanya mengobrol bergantian. Shen Qinglan sendiri juga tidak menyadari bahwa sekarang dia mengobrol dengan Fu Hengyi dengan lebih santai.
"Mengapa hari ini kamu seawal ini?" Karena di dalam kereta ada banyak orang, perkataan Shen Qinglan tidak terlalu jelas. Dia yakin Fu Hengyi bisa mengerti.
"Sekarang waktu makan malam, nanti akan ada rapat."
Shen Qinglan merespon singkat.
"Bepergian seorang diri harus menjaga diri sendiri dengan baik. Jangan lupa makan tepat waktu." Fu Hengyi mengingatkan.
Shen Qinglan mengiyakan.
"Jangan lupa ambil beberapa foto untuk diperlihatkan kepadaku." Sebelum menutup telepon, Fu Hengyi tiba-tiba berkata.
Mata Shen Qinglan agak berkilat, "Baik."
"Hei, sedang menelepon pacar, ya?" Setelah Shen Qinglan menutup telepon, pandangannya bertemu dengan sepasang mata besar penasaran yang sedang menatapnya sambil berkedip.
Shen Qinglan agak bersandar ke belakang dan membuat jarak darinya. Wajahnya masih setenang biasanya.
"Apa pekerjaan pacarmu? Apakah kalian sedang menjalin hubungan jarak jauh? Kudengar hubungan jarak jauh sangat mudah putus. Jadi kali ini kamu pergi mengunjungi pacarmu?"
Shen Qinglan menunduk tanpa berkata-kata.
"Aku mau ke Hangzhou, kamu pergi ke mana?" Melihat Shen Qinglan yang tidak berbicara, gadis itu bertanya lagi.
Shen Qinglan memalingkan wajahnya, tidak memandangnya.
"Hei, tidak ada yang pernah memberitahumu ya, kalau ada orang yang berbicara kepadamu tapi kamu tidak menghiraukannya, itu sangat tidak sopan."
"Selain itu, mengapa kamu tadi tidak mau tukar tempat denganku? Apakah uang yang kuberikan terlalu sedikit? Tapi uang yang kutawarkan juga tidak sedikit, tiga ratus yuan. Meskipun aku tidak kekurangan tiga ratus yuan, tapi tiketnya hanya lima ratus yuan lebih. Kamu tidak boleh terlalu serakah." Gadis itu terus mengoceh, sama sekali lupa siapa yang tadi memelototi orang lain dengan marah karena orang itu menolak untuk tukar tempat.
"Namaku Yan Xi, Yan yang artinya warna dan Xi yang artinya senja. Siapa namamu?"
Shen Qinglan memejamkan matanya. Ini pertama kalinya dia mendapati bahwa ternyata ada orang yang lebih cerewet daripada Yu Xiaoxuan. Dan gadis yang mengaku bernama Yan Xi ini boleh juga. Dalam keadaan Shen Qinglan tidak mengatakan sepatah kata pun, dia mengoceh sendiri kepada Shen Qinglan di sepanjang jalan.
Dari namanya hingga hobinya, dari hobinya hingga teman-teman sekolahnya, dari teman-teman sekolahnya dia menceritakan idola muda tampan yang adalah pria pujaannya, kemudian menceritakan tujuan perjalannya ke Hangzhou. Singkatnya, dia telah menceritakan semua yang harus maupun tidak harus dikatakannya di sepanjang jalan.
Dan dari perkataannya, Shen Qinglan pun tahu bahwa dia adalah siswa kelas 3 sekolah menengah atas Universitas B di Beijing. Dia adalah orang Beijing. Namun dilihat dari marganya, mestinya itu adalah marga dari keluarga Yan di Nancheng.
Keluarga Yan dari Nancheng dan keluarga Shen sama-sama keluarga politik dan militer, akarnya berada di Nancheng.
Walaupun keluarga Yan mempunyai rumah di ibu kota, tapi keluarga utamanya tidak berada di ibu kota. Kalau dia tidak salah ingat, gadis kecil bernama Yan Xi ini adalah anggota keluarga utama, mengapa dia bisa bersekolah di Beijing?
Shen Qinglan tidak mengerti, dia pun tidak memikirkannya lagi, toh itu juga bukan urusannya.
Kereta sampai di stasiun. Shen Qinglan berdiri dan mengambil barang-barangnya.
"Ternyata kamu juga ke Hangzhou, benar-benar kebetulan sekali. Eh, mengapa kamu membawa begitu sedikit barang?" Gadis bernama Yan Xi itu menatap Shen Qinglan dengan kaget sekaligus senang.
Shen Qinglan menatapnya sekilas, dia merasa agak bingung terhadap gadis yang sok akrab ini. Dia tidak pernah suka berkomunikasi dengan orang asing, namun terhadap gadis kecil yang sifatnya agak mirip dengan Yu Xiaoxuan ini, dia benar-benar tidak dapat merasa benci.
"Hei, tunggu aku! Karena tujuan kita sama, jadi kita jalan sama-sama saja. Ada orang yang menjemputku, kamu bisa menumpang mobilku. Meskipun kamu tidak mau bertukar tempat denganku, namun melihat interaksi kita yang masih bisa dibilang menyenangkan, aku akan memaafkanmu dengan besar hati. Kamu tidak perlu terlalu berterima kasih kepadaku." Yan Xi berbicara sendiri.
Shen Qinglan tidak bisa berkata-kata.
Dari mana dia menganggap interaksi mereka masih bisa dibilang menyenangkan?
Shen Qinglan tidak menghiraukannya dan berjalan sendiri. Yan Xi menyeret sebuah koper besar dan mengikutinya tanpa peduli.
Barang Shen Qinglan sedikit sehingga jalannya pun cepat. Yan Xi mengikutinya dengan agak susah payah, tidak lama kemudian napasnya terengah-engah.
"Pelan sedikit jalannya, aku tidak bisa mengikutimu. Kakakku menunggu di area timur, ayo kita naik kereta ke area timur." Yan Xi berbicara dengan suara yang teredam sambil terengah-engah.
Shen Qinglan menghentikan langkahnya dan menoleh memandang ke arahnya. Namun dia mendapati wajah Yan Xi agak pucat, dia pun mengernyit, "Kamu jangan mengikuti aku."
"Siapa yang mengikutimu? Aku juga kebetulan lewat jalan ini saja." Mata besar Yan Xi melotot, dia berkata dengan marah.