Tap... Tap... Tap...
Disebuah lorong bawah jembatan, sering kali ada perkumpulan para bandit atau berandalan. Ken mengikuti jejak heels Naura yang tiba-tiba hilang dan lenyap dalam sekejap mata.
Suara sepatu yang berpijak dijalan sepanjang lorong itu menggema. Ken memasang mata dan telinganya dengan sangat baik.
'Wahhhh... Kalian lihat ini... Heels yang sangat indah, bukan?'
"Apa kalian lihat tadi kakinya? Mulus!'
'Dia lari terus suara nafasnya langsung membuat nafsuku bergejolak.'
'Kalau tanganku ini bisa meraba tubuhnya, ahhhhhh... Aku bisa tidak mencucinya sehari penuh.'
'Sayangnya, Tuan besar menginginkan wanita itu. Kita tidak bisa macam-macam.'
Dibalik tiang yang menjulang, Ken sudah mengepalkan tangannya. Giginya mengertak. Ia merasa jijik dengan kalimat tak senonoh yang keluar dari mulut orang-orang itu.
Pletakkkkk!
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com