webnovel

Tawaran

"Assalamu'alaikum," sapa Ibu Sania, pasien yang berkonsultasi dan menjalani terapi sengan Gina Sekarang, dia akan menjalani terapi yang kelima kalinya. Sayangnya, Gina sedang menangani pasien lain yang sedang kritis. Gina pun digantikan sementara oleh dokter lainnya.

"Wa'alaikumsalam. Silakan duduk, Bu," jawab Dokter Amanda, teman sejawat yang menggantikan Gina.

"Maaf, dok. Dokter Gina mana ya?"

"Hm.. Dokter Gina lagi menangani pasien rujukan yang baru tiba tadi subuh, Bu. Kebetulan, di rumah sakit ini sekarang yang bertugas hanya beliau yang bisa menangani pasien itu. Jadi, mohon maaf kalau Dokter Gina belum menyampaikan hal ini ke Ibu karena ini sangat mendadak."

"Oh begitu, Dok. Jadi, untuk kedepannya saya terapi sama Dokter Gina atau sama.. Maaf, dokter namanya siapa?"

"Amanda, Bu. Jadi, kedepannya ibu tetap sama Dokter Gina terus, kalau beliau tidak ada urusan mendadak seperti sekarang."

"Oh gitu ya, Dok."

"Iya, Bu. Hm.. Kita mulai sekarang ya, Bu. Disini, ada laporan hasil terapi Ibu dua pekan lalu dan saya sudah cek. Bisa kita mulai terapinya, Bu?"

"Boleh, Dok. Ini terapinya sama kan seperti yang dilakukan Dokter Gina?"

"Iya, Bu, tapi sekarang ada terapi tambahan untuk memastikan terapi yang dijalani selama ini ada progresnya atau tidak, Bu."

"Baiklah, Dok."

***

Selesai terapi, Ibu Sania kembali berbincang dengan Dokter Amanda.

"Dokter ini sahabatnya Dokter Gina?"

"Iya, Bu. Memangnya kenapa, Bu?"

"Apa betul Dokter Gina mau pindah tempat kerja? Soalnya, saya lihat kemarin siang dari status whatsappnya tapi saya lupa bertanya langsung ke dia, Dok."

"Hm.. Setahu saya, itu rencana ayahnya, Bu. Tapi, Dokter Gina masih memilih fokus sama kerjaannya disini, Bu. Dokter Gina itu orangnya sangat profesional, apalagi sekarang ada pasien seperti Ibu yang memerlukan penanganan khusus, dia pasti tidak akan tinggalkan kerjaannya sebelum Ibu benar-benar sembuh."

"Memangnya ayahnya mau dia kerja dimana, Dok?"

"Setahu saya, ayahnya itu sekarang asisten pelatih klub bola. Nah, ayahnya mau Dokter Gina kerja di klubnya sebagai tim medis disana, Bu."

"Oh, begitu."

***

Gina ngobrol serius dengan kedua orang tuanya malam ini di ruang kumpul keluarga.

"Gin.. Ayah kamu mau ngomong sesuatu," ucap ibunya Gina membuka percakapan mereka.

"Bukan tentang perjodohan lagi kan, Bu?" respon Gina yang curiga dirinya akan dikenalkan lagi dengan pemain bola kenalan ayahnya.

"Tidak dong, nak. Ayah juga udah nyerah mau jodoh-jodohin kamu," respon ayahnya Gina.

"Terus apa dong, yah?" tanya Gina penasaran.

"Ini ayah sudah bicara sama manajemen klubnya ayah. Katanya, mereka mau ketemu terus bicara sama kamu, siapa tahu kamu mau gabung, apalagi ada satu anggota tim medis yang sudah resign minggu lalu."

"Hm.. Kapan mereka mau ketemu, yah?'

"Kurang tahu juga, nak."

"Hm.. Kalau memang mereka serius, coba ayah kasih aja nomor wa Gina terus nanti lewat chat atur jadwal."

"Okelah, nak. Hm.. Gin, ayah sama sekali tidak maksa kamu ya, nak. Ayah tidak mau kamu pikir kalau ayah maksa kamu. Ayah cuma tawari kamu sesuatu yang menurut ayah lebih baik."

"Iya, yah, Gina mengerti. Tapi, Gina mau nanya sesuatu, yah."

"Kamu mau tanya apa, nak?"

"Hm.. Emang di Indonesia atau di seluruh dunia, ada wanita yang jadi staf medis di klub bola, yah?"

"Kalau di luar negeri sih sudah banyak sekali, nak. Kalau di Indonesia.. Kayaknya baru empat atau lima orang, tapi itu di liga satu, di liga dua belum ada."

"Nah itu, yah. Aku tidak mau kalau sendirian. Kalau memang saya jadi ketemu sama manajemen klubnya, aku mau kasih syarat ke mereka. Kalau mereka penuhi syarat itu, aku langsung setuju gabung."

"Syarat apa itu, nak?"

"Syaratnya mereka juga harus rekrut satu lagi dokter cewek, supaya aku ada teman, yah."

"Oh, begitu. Coba aja kamu bicara sama mereka, atau nanti ayah temani kamu tapi kamu yang harus sampaikan sendiri permintaan kamu."

"Iya siap, yah."

***

Gina intens berkomunikasi dengan manajemen klub tempat ayahnya bekerja. Sebelum bertemu, mereka harus menyepakati beberapa hal, terutama gaji dan segala tunjangan yang akan didapatkan Gina. Gina juga tidak menuntut nominal tinggi karena dia sadar belum punya pengalaman di dunia olahraga pada umumnya dan khususnya sepakbola.

***

Setelah menyepakati setiap detail kontrak, termasuk permintaan Gina untuk merekrut satu orang dokter wanita lainnya, mereka pun akan menandatangani kontrak tiga bulan ke depan. Gina masih harus menunggu kontraknya dengan rumah sakit berakhir. Gina juga tidak mau membayar penalti jika memutuskan kontrak sepihak. Untungnya, manajemen klub mau menunggu Gina karena kebetulan saat kontrak Gina habis nanti bertepatan dengan awal musim yang baru.

***

Gina pun menyelesaikan kontraknya di rumah sakit tempatnya bekerja saat ini dengan sangat profesional. Dia memastikan tidak ada satu pun pasien yang tidak mendapatkan perawatan maksimal sebelum dia pergi meninggalkan rumah sakit itu. Dia juga mengamanahkan rekan-rekan sejawatnya untuk melanjutkan penyembuhan beberapa pasien yang ditanganinya.

***

Sejaj pembicaraan pertama dengan pihak manajemen klub, Gina rajin memperbanyak wawasannya tentang dunia sepakbola. Gina mempelajari masalah kesehatan apa saja yang ada di dunia sepakbola dari berbagai referensi.

Hal yang paling disorotinya ialah pola makan serta pengelolaan gizi dan nutrisi para pesepakbola yang masih jauh dari kata profesional. Dia bertekad untuk bahu membahu bersama tim medis lainnya membenahi itu.

Gina juga mempelajari berbagai macam cedera yang sering dialami para pesepakbola profesional, termasuk cedera yang dialami ayahnya sewaktu muda, cedera yang memaksa ayahnya pensiun dini.

***

Seminggu sebelum jadwal penandatangan kontrak, ibunya Gina bicara empat mata dengan anak semata wayangnya di kamarnya Gina.

"Kamu udah yakin pindah ke klubnya ayahmu, nak?" tanya ibunya Gina.

"In syaa Allah, sudah yakin, Bu. Gina juga sudah dan masih shalat istikharah. Semakin kesini semakin Gina yakin harus pindah, Bu. Gina juga tidak paham kenapa Gina bisa yakin, Bu."

"Hm.. Jadi kamu tidak bisa kasih ibu alasan yang logis kenapa kamu mau gabung ke klubnya ayahmu, nak?"

"Hm.. Mungkin begini, Bu. Pertama, gaji yang mereka tawarkan itu dua kali lipat dari gajinya Gina sekarang, Bu, terus juga banyak macam juga tunjangannya. Kedua, Gina tertantang masuk ke dunia baru, apalagi dunia sepakbola ini masih sedikit sekali tenaga medis wanitanya. Ketiga, ini kan kemauan ayah, jadi hitung-hitung ini tanda baktinya Gina ke ayah."

"Oh, begitu ya, nak. Hm.. Ibu selalu dukung apapun keputusan kamu. Terpenting, kamu bisa jaga diri, apalagi lingkungan kerja kamu yang baru nanti banyak cowok. Ibu khawatir banyak yang gangguin atau godain kamu. Ibu juga sudah bilang ke ayahmu untuk selalu jagain kamu."

"Iya, Bu. Gina juga sebenarnya sempat khawatirin itu. Tapi, Gina sudah bicara juga dengan ayah. Ayah juga sudah janji akan selalu jagain aku, Bu."

"Alhamdulillah kalau begitu, nak. Ibu harap kamu senang dan nyaman di tempat kerja kamu yang baru nanti. Aamiin"

"Aamiin Ya Allah."

***