webnovel

Benarkah?

"Oh iya, kak. In syaa Allah."

"Hm.. Kalau bisa jangan begadang malam ini, dek, supaya besok pagi kamu bisa cepat datang. Soalnya, kakak butuh sekali butuh bantuan kamu, minimal urusan administrasi."

"Iya, kak. Siap."

"Jangan telponan terus sama Juan. Hahaha."

"Aduh, tidaklah, kak."

"Okelah, dek. Ingat besok jam delapan ya. Assalamu'alaikum."

"Iya, kak. Wa'alaikumsalam."

***

Gina sudah ada di kantor klub jam tujuh pagi lewat lima belas menit. Gina datang sangat cepat karena dia ditugaskan menjadi penanggung jawab utama tes medis kali ini.

Seharusnya, ini tanggung jawab ketua staff medis tim akademi, dr. Mario. Namun, dr. Mario sedang izin ke kampung halaman untuk mengurus acara pernikahan adik kandungnya.

Sesampainya di kantor Gina langsung menelpon Bulan memintanya untuk segera datang.

"Dimana sekarang, dek?" tanya Gina.

"Baru mau otw, kak. Tadi antar adikku ke sekolah dulu, kak. jawab Bulan."

"Oh, oke. Sampai kantor, kamu langsung ke ruangan saya, dek."

"Oh iya, siap, kak."

"Oke, hati-hati di jalan, dek. Assalamu'alaikum."

"Iya, kak. Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

***

Sesampainya di kantor, Bulan langsung menuju ruangannya Gina. Namun, Gina sudah berada di ruang khusus tes medis. Lalu, Bulan menyimpan tasnya di ruangannya kemudian menuju ruang tes medis.

"Maaf terlambat, kak," ucap Bulan.

"Iya, tidak apa-apa. Kamu bertugas di meja nomor lima ya."

"Siap, kak."

Lalu, Bulan menuju meja yang dimaksud Gina. Sambil menunggu para pemain akademi datang, Bulan hendak kembali ke ruangannya untuk mengambil alat tulis yang diperlukan untuk keperluan tes medis hari ini. Namun ternyata, semuanya sudah tersedia di laci meja itu. Alhasil, Bulan tidak jadi kesana dan bisa bersantai sejenak.

***

Para pemain akademi mulai berdatangan. Gina dan Bulan pun bersiap.

Hari ini, total ada tiga puluh pemain dari akademi u-18 atau para pemain yang masih berusia di bawah delapan belas tahun yang akan menjalani tes medis. Jumlah yang sangat banyak jika semuanya harus dituntaskan hari ini.

"Yakin sebanyak ini bisa selesai hari ini, kak?" tanya Bulan ke Gina.

"In syaa Allah, dek. Ini juga tidak terlalu banyak tahapan pemeriksannya," jawab Gina.

"Oh iya, baik, kak."

Lalu, Gina dan Bulan pun menjalankan tugasnya masing-masing. Gina mengawasi kinerja para anggota timnya, termasuk Bulan yang ditugaskan di bagian administrasi.

***

Tes medis hari ini selesai sekitar jam setengah enam sore. Gina dan tim merasa kelelahan karena istirahat mereka tadi siang tidak sampai satu jam.

Sayagnya, mereka tidak bisa langsung pulang karena mereka harus rapat evaluasi sekaligus persiapan tes medis esok hari untuk para pemain akademi u-15. Untungnya, rapatnya tidak terlalu lama sehingga mereka bisa segera kembali ke rumah masing-masing.

***

Sampai di rumah, Gina istirahat sejenak lalu mandi kemudian makan malam bersama ibunya. Ayahnya Gina masih di luar kota mendampingi klub bertanding. Keluarga mereka sudah terbiasa dengan hal seperti itu, setidaknya dalam tujuh tahun terakhir.

Selesai makan, Gina sama ibunya bersantai di ruang keluarga sembari menonton tv. Seperti biasa, ibunya menanyakan kegiatan sang anak seharian tadi.

"Bagaimana kegiatanmu hari ini, nak? Lancar?" tanya sang ibu.

"Alhamdulillah lancar tapi lumayan melelahkan, Bu," jawab Gina.

"Tes medis kan tadi?"

"Iya, Bu. Tapi khusus pemain akademi u-18. Besok baru u-15."

"Hah? Masih ada besok lagi?"

"Iya, Bu. Terus sama lagi sekitar tiga puluh orang, Bu."

"Banyak juga ya, nak."

"Iya, Bu. Untungnya tes medis untuk yang u-12 sama u-8 itu nanti minggu depan."

"Hm.. Padat sekali ya jadwalmu. Tapi, paling penting kamu jangan telat makan, nak. Kan tidak lucu kalau dokternya yang sakit karena tidak bisa jaga kesehatan."

"Iya, Bu. Kalau soal makanan, selalu tersedia di dapur klub. Gina juga paling tidak bisa kalau telat makan, Bu."

"Baguslah kalau begitu, nak. Ibu tidak mau kamu dan bapakmu itu kerja sampai sakit. Kesehatan lebih penting dari harta."

"Iya, Bu. Hm.. Gina ke kamar duluan ya, Bu. Sudah ngantuk sekali."

"Oke, nak. Ingat baca doa dulu sebelum tidur."

"Iya, Bu."

***

Hari ini sama seperti kemarin bagi Gina, sama-sama melelahkan. Fisiknya benar-benar terkuras hari ini karena ternyata pemain yang menjalani tes medis hari ini lebih dari empat puluh orang. Tes medisnya pun baru selesai jam setengah tujuh malam.

Sama seperti kemarin juga, Gina tidak langsung pulang. Gina harus rapat evaluasi terlebih dahulu.

Rapat kali ini lebih lama dari yang kemarin karena ada masalah kesehatan pada dua pemain yang harus segera dicarikan solusinya. Gina dan kawan-kawan baru selesai rapat sekitar jam setengah sembilan. Itu pun Gina tidak langsung pulang juga karena perutnya minta diisi asupan gizi.

***

Selesai makan, Gina bersantai sejenak lalu pulang. Bulan nebeng di mobil seniornya itu. Namun, bukan mereka berdua yang mengemudi, tapi supir pribadinya Gina, Pak Adi.

Di tengah perjalanan, Pak Adi bertanya sesuatu tentang klub tempat Gina dan Bulan bekerja.

"Maaf mbak Gina, mbak Bulan, tahu Rafli Faris kan, mba?"

"Rafli Faris yang artis ya, Pak? Kalau tidak salah dia dulu penyanyi cilik kan, Pak?" tanya balik Bulan.

"Iya, mbak."

"Oh, yang sekarang jadi youtuber itu kan?" tanya Gina.

"Emang iya, kak?" tanya Bulan.

"Iya, dek. Waktu kakak kerja di rumah sakit, pernah rawat tantenya. Kalau memang Rafli itu yang dimaksud Pak Adi."

"Iya, mbak. Rafli yang youtuber sekarang."

"Oh, berarti betul. Memangnya dia kenapa, Pak?"

"Kata istri bapak, nonton di acara gosip, si Rafli ini mau beli klub tempatnya mbak Gina sama mbak Bulan."

"Hah? Serius, pak?" tanya Gina.

"Kalau kata istri bapak sih gitu, mbak."

"Oh, pantasan kemarin dari jauh aku lihat kok kayak ada si Rafli itu."

"Emang iya, dek? Sekitar jam berapa itu?"

"Sekitar jam sebelas, kak. Tapi waktu itu kan kita lagi fokus kerja, kak, jadi kita ga ngeh."

"Oh, begitu."

"Coba tanya ke Coach Feri, kak."

"Hm.. Iya nanti saya coba tanya kalau sudah pulang dari Sumatera."

***

Lalu, pembahasan mereka beralih ke hal lain hingga tiba di depan rumahnya Bulan.

"Makasih ya, kak."

"Iya, sama-sama, dek. Langgeng ya sama Juan. Hahaha."

Bulan hanya geleng-geleng kepala merespon candaan seniornya yang usil itu. Lalu, Bulan pun berjalan masuk ke rumahnya. Sementara itu, Gina langsung melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya.

Sampai di rumah, Gina langsung ke kamarnya untuk beristirahat sejenak lalu membersihkan badannya di kamar mandi kemudian bersiap untuk tidur karena pekerjaan di kantor telah menanti esok pagi. Sayangnya, tidurnya kurangnya nyenyak malam ini karena mimpi buruk yang mengganggunya.

Setelah terbangun karena mimpi itu, dia menenangkan pikirannya dengan menonton web series komedi melalui televisi yang ada di kamarnya. Belum sampai setengah episode, Gina berhasil tidur kembali dengan nyenyak tanpa gangguan apapun.

***