Setelah hari yang penuh penderitaan di desa Suwak, Irhamovsky menyadari satu hal: hidupnya tidak bisa lagi diterima begitu saja. Rasa sakit yang terus-menerus ia alami telah berubah menjadi tekad yang tak terbendung. Ia tahu bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri penderitaan itu adalah dengan mengubah segalanya. Namun, untuk melakukannya, ia harus berani melangkah ke dalam kegelapan yang belum pernah ia kenal.
Pada malam hari setelah kejadian pengambilan pajak oleh pasukan kerajaan, Irhamovsky menyusuri jalanan yang sunyi di luar desa. Tidak ada suara selain angin yang berhembus pelan dan gemerisik daun yang gugur. Langit malam dihiasi oleh bintang-bintang yang tampak jauh dan tak terjangkau, seolah menggambarkan betapa terasingnya dirinya di dunia ini.
Malam itu, di bawah cahaya rembulan, ia menuju hutan yang terletak tidak jauh dari desa. Di sanalah, konon, kelompok pemberontak yang bernama "Mata Angin" bersembunyi. Mereka adalah orang-orang yang telah merasakan langsung kekejaman kerajaan dan memilih untuk melawan. Setiap langkahnya terasa berat, namun hatinya dipenuhi rasa penuh harapan dan keteguhan. Ia tahu bahwa ini adalah satu-satunya jalan yang harus ia pilih.
Setibanya di pinggir hutan, ia berhenti sejenak, memandang sekelilingnya. Hutan itu tampak lebih gelap dari biasanya, dan udara di sekitar terasa lebih berat. Ia merasa ketegangan yang tidak biasa—mungkin itu hanya perasaan takut yang mencoba merayapi dirinya, atau mungkin itu adalah tanda bahwa ia benar-benar berada di ambang sesuatu yang besar dan berbahaya.
Tiba-tiba, dari dalam kegelapan, muncul seorang pria bertubuh besar dengan wajah tertutup tudung hitam. Ia berjalan mendekat dengan langkah cepat dan hati-hati. "Siapa kau?" suara pria itu terdengar tegas, namun ada kelelahan yang tersembunyi di dalamnya.
"Aku Irhamovsky, dari desa Suwak," jawabnya dengan suara sedikit gemetar. "Aku ingin bergabung dengan kelompok kalian. Aku ingin melawan kerajaan Zuva."
Pria itu memandangnya dengan ragu, lalu mengangguk pelan. "Ikut aku," katanya singkat, sebelum berbalik dan memasuki hutan.
Irhamovsky mengikuti pria itu melalui jalan setapak yang sempit, berbelok-belok dan penuh dengan rintangan alami yang menghalangi perjalanan mereka. Mereka berjalan cukup lama, hingga akhirnya sampai di sebuah tempat yang tampaknya menjadi markas dari kelompok pemberontak. Di sana, beberapa orang sedang duduk melingkar, berbicara dalam bisikan yang serius.
Pria bertubuh besar itu memberi isyarat agar Irhamovsky duduk. Seorang wanita, dengan wajah yang tampak tegas namun penuh dengan kelelahan, melangkah mendekat. "Apa yang membuatmu datang ke sini, anak muda?" tanyanya dengan suara penuh curiga.
"Aku... aku tak bisa hidup seperti ini lagi. Kerajaan Zuva telah merampas segalanya dari kami. Mereka merampas hasil panen kami, merampas hak hidup kami. Aku ingin melawan," jawab Irhamovsky dengan penuh semangat, meskipun dalam hatinya ia tahu bahwa perjalanannya tak akan mudah.
Wanita itu menatapnya lama, seolah mencoba menilai apakah Irhamovsky benar-benar memiliki keberanian untuk mengikuti jalan yang gelap ini. "Melawan kerajaan berarti memilih jalan yang penuh darah. Tidak ada tempat bagi yang lemah di sini," katanya akhirnya.
Irhamovsky mengangguk dengan tekad yang kuat. "Aku siap."
Wanita itu akhirnya menghela napas, lalu berkata, "Baiklah. Kamu harus membuktikan dirimu terlebih dahulu. Ikuti kami, dan lihat apakah kau benar-benar siap untuk hidup dalam kegelapan ini."
Irhamovsky diterima menjadi bagian dari kelompok pemberontak yang dikenal dengan nama "Mata Angin". Hari-harinya mulai berubah menjadi latihan fisik dan mental yang keras. Ia dilatih untuk bertahan hidup di hutan, menggunakan senjata, serta bersembunyi dari pengawasan pasukan kerajaan. Setiap hari, ia merasa semakin dekat dengan tujuan yang telah ia tetapkan. Namun, ia juga merasakan tekanan yang luar biasa. Setiap langkah yang ia ambil menuju perlawanan semakin menguji batas kemampuannya.
Dalam kelompok pemberontak, Irhamovsky bertemu dengan berbagai macam orang. Ada yang memiliki latar belakang seperti dirinya, petani yang terpaksa melawan setelah melihat keluarganya menderita. Ada pula yang berasal dari keluarga bangsawan yang menentang kekuasaan Raja Razog karena rasa keadilan yang hilang. Setiap orang memiliki alasan mereka sendiri untuk melawan, namun semua itu bersatu dalam satu tujuan: untuk menghancurkan kerajaan yang tiran.
Beberapa bulan berlalu, dan Irhamovsky semakin terbiasa dengan kehidupan baru ini. Ia belajar banyak tentang taktik perang, strategi serangan gerilya, serta cara bertahan hidup dalam kondisi yang serba terbatas. Namun, meskipun ia semakin mahir dalam segala hal yang diajarkan oleh kelompok pemberontak, rasa takut dan keraguan kadang datang menghampirinya. Ia bertanya-tanya apakah ia akan mampu menanggung segala konsekuensi dari pilihan yang telah ia buat.
Pada suatu malam, saat Irhamovsky sedang berjaga di sekitar markas, seorang pemuda datang menghampirinya. Pemuda itu terlihat lebih muda darinya, dengan wajah penuh luka dan mata yang kosong.
"Apa yang kau cari di sini?" tanya Irhamovsky dengan sedikit curiga.
Pemuda itu menghela napas, lalu duduk di sampingnya. "Aku berasal dari desa yang jauh lebih besar. Tempat kami dibakar habis oleh pasukan kerajaan. Keluargaku... mereka semua... hilang. Aku ingin membalas semua itu. Aku ingin melihat Raja Razog jatuh."
Irhamovsky menatap pemuda itu, merasakan kedalaman rasa sakit yang ada dalam setiap kata-katanya. Ia menyadari bahwa setiap orang di kelompok ini memiliki luka mereka masing-masing, dan semua luka itu akhirnya menjadi bahan bakar untuk perlawanan mereka.
Malam itu, Irhamovsky tidak bisa tidur. Ia terjaga sepanjang malam, memikirkan segala yang telah terjadi dan apa yang akan datang. Ia tahu bahwa jalan yang ia pilih tidak akan mudah, dan tidak ada jaminan akan kemenangan. Namun, ia juga tahu bahwa tidak ada lagi jalan mundur. Hidup di bawah tirani kerajaan telah menghancurkan begitu banyak orang, dan ia tidak bisa membiarkan itu terus berlanjut.
Esok paginya, ia dipanggil untuk menghadiri pertemuan rahasia yang diadakan oleh pemimpin kelompok, seorang pria bernama Rahim. Rahim adalah sosok yang dihormati oleh semua anggota kelompok pemberontak. Meskipun usianya tidak muda lagi, wibawa dan ketegasannya membuat semua orang mempercayainya.
"Persiapan kita sudah matang," kata Rahim dengan suara tegas. "Kita akan memulai serangan pertama kita. Sasaran utama kita adalah gudang persediaan senjata yang dimiliki oleh kerajaan. Jika kita berhasil merebutnya, kita akan memiliki kekuatan yang cukup untuk memperluas gerakan ini."
Irhamovsky mendengarkan dengan seksama, hatinya dipenuhi dengan kegelisahan. Serangan itu sangat berisiko, namun ia tahu ini adalah langkah pertama yang harus mereka ambil. Mereka tidak bisa lagi bersembunyi di hutan. Ini adalah waktu untuk bertindak.
Dengan penuh tekad, Irhamovsky bersama kelompok pemberontak lainnya mempersiapkan serangan mereka. Mereka menyusun rencana, mempersiapkan senjata dan perlengkapan, serta memastikan bahwa setiap langkah diambil dengan hati-hati. Namun, di dalam hatinya, Irhamovsky merasakan sesuatu yang lebih dalam—sebuah perasaan bahwa perjalanannya baru saja dimulai. Dan apa pun yang terjadi, ia tidak bisa mundur.