Anggi memangku tangan sebagai sandaran kepala. Kalau dia tidak salah hitung maka kegiatannya itu telah berlangsung sekitar dua jam. Tatapannya terlihat jengah, memandang Inggrid yang masih sibuk dengan pakaian di lemari.
"Bagaimana menurutmu?" adalah kata yang diucapkan Inggrid selama dua jam ini. "Anggi, menurutmu bagaimana?"
Kepala Anggi menggeleng, memberikan senyum penuh rasa sesal karena harus mengatakan, "Kau terlihat ingin mengamen dengan pakaian itu. Kaos oblong dan celanan belel? Oh, Tuhan ... kau akan berkencan, Inggrid!"
Inggrid melipat tangan di depan dada setelah melempar baju dan jins ke sembarang arah.
"Aku tidak punya gaun di rumah ini, satu-satunya gaunku ada di kamarku sendiri. Aku tidak mungkin pulang ke rumah hanya untuk mengambil sepotong gaun."
"Kak Ghina memangnya tidak punya?" tanya Anggi.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com