webnovel

Indigo Love Story

Ana adalah gadis yang bisa melihat hal gaib dan dia patut bersyukur berkat kemampuannya itu, dia menemukan seseorang yang sangat di cintainya. Pernah diterbitkan di Wattpad

Ayi_Lee · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
8 Chs

Indigo Love Story Part 6

Author pov

Ana sedang bersiap-siap untuk menonton film bersama Kevin ke bioskop malam ini. Fitria hanya mendengus saat tau bahwa kakaknya kembali mengingat Kevin. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak bisa menahan perasaan seseorang yang sedang jatuh cinta. Terlebih kak Luna sangat mendukung hubungan mereka berdua.

"Bawakan aku beberapa makanan" pinta Fitria yang di balas anggukkan kepala Ana "baiklah, aku akan minta traktir pada Kevin" canda Ana.

"ANA, KEVIN SUDAH MENUNGGUMU DI DEPAN!!" teriak kak Luna membuat Ana semakin gugup.

"Aku pergi dulu.." pamitnya pada Fitria dan Fitria hanya membalas lambaian tangan Ana yang kini sudah menutup pintu kamarnya lagi.

Ana segera berlari keluar rumah setelah berpamitan dengan kakaknya. Ana menarik nafas terlebih dahulu sebelum membuka pintunya. Dirasa sudah siap bertemu pujaan hati, dia segera membuka pintunya. Kevin sudah berdiri dengan gagahnya, dia memakai baju hijau botol, celana jeans warna hitam dan sneakers warna putih. Ana terpesona melihat betapa tampan pacarnya ini.

"Ana, kau sudah makan? Kenapa kau tidak pakai jaket?" pertanyaan Kevin membuatnya tersadar "ah.. jaket? Aku tidak membutuhkannya" keluh Ana yang sebenarnya tidak mau naik tangga untuk mengambil jaket di kamarnya.

Kevin yang terlalu gemas, mencubit pipi Ana "yasudah, kalau begitu.. kau bisa pakai jaket milikku" jelasnya. Ana mengangguk senang karena merasa di perhatikan oleh Kevin. Kevin mengulurkan tangannya dan Ana segera meraih tangan Kevin. Mereka mulai berjalan beriringan untuk naik ke mobil milik Kevin. Kevin membuka kan pintu untuk Ana, Ana langsung naik dan duduk di kursi penumpang samping pengendaranya. Kevin segera masuk ke dalam mobil

"Kau bisa menjalankan mobilnya?" tanya Ana dan Kevin menganggukkan kepalanya "tentu saja, jika tidak bisa. Mana mungkin, aku sampai depan rumah kakakmu" ucap Kevin yang mulai menyalakan mobilnya. Mereka pun pergi dari halaman rumah kak Luna untuk pergi ke bioskop.

Selama di perjalanan, mereka hanya diam sambil mendengarkan musik yang di putar. Karena Ana kurang terlalu suka lagu indonesia karena liriknya sudah ketahuan duluan oleh orang lain. Akhirnya dia meminta Kevin untuk memutarkan beberapa lagu kesukaannya.

"Aku suka Ost drama korea dan beberapa lagu korea. Boleh aku putarkan? Kau tidak keberatan kan?" tanya Ana yang kini menatap Kevin dari samping, Kevin menganggukkan kepalanya "iya, silahkan saja" ucap Kevin yang masih fokus untuk mengemudi. Ana tersenyum lalu dia mematikan musik yang tengah di putar oleh Kevin. Ana segera memasang usbnya dan memilih beberapa lagu yang akan di putar.

Lagu korea yang membuat suasana romantis kini terputar, lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi solo wanita Punch dengan judul heart. Ana mulai menikmati lagunya, tanpa sadar lantunan musik membuat Kevin menoleh sesekali kepada Ana. Entah kenapa dia mulai merasa nyaman dan senang melihat begitu bahagianya Ana. Seulas senyum membuat malam ini terasa sangat manis untuk hubungan mereka.

��Ana" panggilan Kevin membuat Ana menoleh untuk menatapnya. Kevin menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas berubah merah. Kevin menoleh dan balas menatap Ana "Aku mencintaimu" ucapnya yang membuat Ana langsung tersipu malu.

"Ish.. apa sih, kok mendadak?" dengus Ana yang kini buang muka dan menghindari tatapan Kevin. Kevin hanya tersenyum lebar melihat Ana yang gelagapan di dekatnya. Kevin menggengam tangan Ana, membuat Ana juga tersenyum. Lagu yang terputar juga membuat mereka lebih berwarna dan lebih merasa bahagia.

Lampu sudah berubah warna menjadi hijau lagi, Kevin segera melajukan mobilnya dan genggaman tangan mereka pun terlepas. Ana mulai mengerucutkan bibirnya, jujur dia merasa nyaman saat Kevin menggenggam tangannya. Ana menoleh untuk menatap wajah Kevin dari samping. Banyak pikiran tentang Kevin, mengapa laki-laki setampan, sepintar, dan terlihat sempurna ini mau bersamanya. Padahal, dia sudah membuat masalah saat mereka pacaran. Kecelakaan yang membuat Kevin terbanting ke dinding sebanyak dua kali oleh kembarannya.

Apakah Ana terlalu egois karena ingin memiliki Kevin seutuhnya?

Ya. Dia akan egois untuk memiliki Kevin disisinya. Dia sudah terlanjur mencintainya. Tidak ada yang boleh menyentuh atau mengambil Kevin darinya. Terdengar egois dan serakah, tapi itu yang Ana inginkan saat ini.

Sesampainya di depan bioskop, Kevin segera masuk ke lahan parkir dan memarkirkan mobilnya. Setelah terparkir dengan sempurna dan Kevin telah mematikan mobilnya. Ana segera melepas sabuk pengaman dari tubuhnya. Saat dia akan membuka pintu mobilnya, Kevin menahan tangannya dan itu membuat Ana menoleh padanya "kenapa kau menahan tanganku?"

Ana menatap kedua mata Kevin yang menatapnya dalam. Perlahan Ana seperti di hipnotis oleh Kevin, Kevin mulai menatap bibir Ana dan Ana menyadari itu. Dia segera menoleh untuk menghindari tatapan Kevin "A-ayo kita keluar" ucap Ana lalu membuka pintu mobilnya. Dia segera keluar dan menutup pintunya, meninggalkan Kevin yang terdiam karena di tolak saat akan menciumnya. Kevin tersenyum tipis lalu keluar dari mobilnya. Dia segera menghampiri Ana lalu menggenggam tangannya.

"Maafkan aku, lain kali aku akan meminta izin terlebih dahulu" ucapnya yang membuat Ana menganggukkan kepalanya kaku. Mereka berjalan beriringan sambil menggenggam tangan masing-masing. Semua wanita begitu terpesona melihat Kevin, banyak yang menjerit saat mata mereka tidak sengaja bertatapan dengan Kevin. Ana sedikit kesal karena dia sadar bahwa ketampanan Kevin bukan hanya untuk dirinya saja yang bisa lihat. Kevin memang tampan untuk dilihat semua orang dan Ana harus merelakan itu.

Kevin menyuruh Ana untuk menunggunya membeli tiket. Kevin tidak mau Ana berdiri untuk mengantri saat pembelian tiket. Jadi, Kevin mencari tempat duduk untuk Ana menunggunya. Kevin melihat meja kosong dekat pintu keluar, Kevin pun mengajak Ana untuk duduk disana.

"Kau duduk disini dulu. Aku akan mengantri untuk membeli tiketnya dan membeli popcornnya" titahnya pada Ana. Ana menganggukkan kepalanya. Kevin tersenyum, dia mencubit pelan pipi Ana sebelum pergi meninggalkannya. Ana hanya memperhatikan Kevin yang mulai mengantri, dia mulai mengerucutkan bibirnya saat banyak yang tersenyum genit kearah Kevin. Ana perlu bersyukur karena Kevin benar-benar tidak tertarik dengan mereka.

Kevin malah lebih suka mencuri-curi pandang dengan Ana. Ana hanya tersenyum gemas saat Kevin mengirim beberapa pesan padanya.

Kevin : ternyata rasanya lama jika berpisah darimu

Kevin : mereka sangat berisik

Kevin : Aku ingin menggenggam tanganmu lagi

Kevin : Maaf kau jadi menunggu lama

Kevin : seharusnya, aku membeli tiketnya secara online

Kevin : maafkan aku sayang

Ana hanya tersenyum simpul membaca semua chat yang ia terima dari Kevin. Ana dengan semangat membalas chatnya yang membuat Kevin tersenyum saat menoleh padanya.

Ana : Kau yang bilang aku harus menunggu dan tidak boleh ikut mengantri

Ana : Sepertinya mereka suka padamu

Ana : Aku juga ingin menggenggam tanganmu

Ana : Tidak apa-apa, kau yang harus traktir aku malam ini hehe

Ana : Tidak apa-apa, karena aku bisa melihatmu sedang berusaha mendapatkan tiket untuk nonton bersamaku

Ana : tidak apa-apa sayang.

Ana segera menunduk, dia sangat gugup karena baru pertamakali memanggil Kevin sayang. Ana merasakan dadanya akan meledak untuk membaca chat atau melihat Kevin lagi. Tapi, Ana memberanikan dirinya untuk menatap Kevin dan dia melihat Kevin yang tengah tersenyum sangat manis padanya. Sebuah getaran ponselnya membuat Ana segera membuka chat dari Kevin.

Kevin : Aku sangat menyukaimu, sungguh.

Kevin : Teruslah disampingku.

Ana kembali menatap Kevin yang terlihat sibuk memilih tempat duduk untuk mereka berdua. Ana tersenyum simpul, ternyata bahagia bisa segampang ini jika bersama pujaan hatinya.

***

Kini Kevin dan Ana sedang mencari tempat duduk, Kevin memilih tempat duduk yang paling belakang dan itu membuat Ana semakin gugup. Karena di belakang tempatnya sangat gelap sekali, apalagi dia harus duduk bersama laki-laki yang sangat ia sukai ini. Well, mereka menonton film hantu karena Kevin ingin menepati janjinya pada Ana. Selama filmnya di mulai, Ana tidak berhenti teriak karena kaget dengan kemunculan hantunya dan Kevin akan mentertawakan ekspresi Ana yang begitu takut. Ana yang tidak terima mulai memukuli Kevin karena berani mengejek dirinya.

"Kau berani mentertawakanku hah?!" maki Ana dan Kevin hanya tersenyum sambil mengacak rambut Ana saking gemasnya. "Masa takut, kau kan sering melihat hantu yang asli"

"Ish.. beda tau!!" dengus Ana yang kini cemberut, Kevin dengan beraninya mencium bibir Ana sekilas. Membuat Ana melotot bahkan dia langsung mencubit pipi Kevin "Ishhh.. kau bilang mau izin dulu padakuuu!!"

"Salahmu sendiri, berhenti mengerucutkan bibirmu dihadapanku hah! Jangan salahkan aku jika aku langsung menciummu!" ucap Kevin tidak terima disalahkan. Ana hanya diam sambil menatap kedua mata Kevin, begitupun dengan Kevin. Perlahan Kevin mendekatkan lagi wajahnya pada Ana, hanya saja lampu bioskop menyala membuat Ana segera mendorong Kevin menjauh darinya.

Ana berdiri lalu melewati Kevin "ayo kita pulang, aku belum mengerjakan tugas sekolahku" ajak Ana, Kevin mengerucutkan bibirnya lalu mengikuti langkah Ana yang membawanya keluar dari gedung bioskop itu. Mereka pun pulang dan Ana banyak diam selama di perjalanannya.

Semakin lama, hubungan antara Ana dan Kevin berjalan dengan mulus. Meskipun beberapa kali mereka bertengkar karena hal sepele. Dari Ana yang cemburu saat Kevin terus-terusan di dekati oleh Rena dan wanita lainnya. Ana yang marah karena Kevin sibuk dengan setumpukan tugas. Dan Kevin yang menangis saat Ana mengalami kecelakaan saat akan janjian pergi ke tempat kuliah mereka untuk mendaftar menjadi siswa baru.

Kevin kuliah lebih dulu dari Ana dan Ana hanya meringkuk diatas kasur dengan perban yang menghiasi kedua tangannya. Kecelakaan yang tidak diinginkan, membuat Ana hanya meratapi nasibnya. Dia tertinggal jauh oleh Kevin dan teman-temannya. Waktu pemulihan juga berjalan lebih lambat untuk Ana karena tangannya yang rapuh akibat kecelakaan pertamanya oleh hantu, kini ditambah oleh kecelakaan terhimpit dua mobil besar. Beruntungnya dia tidak meninggal saat itu juga.

Jadi, saat Kevin lulus dari kuliahnya, Ana masih sibuk di semester empat. Selama Ana kuliah, Kevin sibuk membuat perusahaannya sendiri. Bahkan hubungan diantara mereka mulai meregang seiring berjalannya waktu. Ana yang sibuk dengan segudang tugas dari tempatnya kuliah dan Kevin sibuk memasarkan produk yang ia jual ke masyarakat.

Ana Pov

Hari ini, aku sedang mengerjakan tugas kuliahku. Kak Luna memanggilku untuk turun dari kamarku, akhirnya aku keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga. Begitu terkejutnya aku saat melihat keluargaku dan keluarga Kevin tengah berkumpul di ruang tengah. Aku segera menghampiri mereka "Ada apa ini?" tanyaku dan aku disuruh duduk oleh Fitria. Aku pun duduk dan mendengarkan obrolan mereka, mataku sesekali menatap Kevin yang sama sekali tidak menoleh padaku.

Hey, ini sudah dua bulan aku tidak bertemu dengannya dan dia mengabaikan aku?

Aku mendengarkan mereka dan saat ibuku bertanya padaku tentang kesiapan aku menerima seseorang di hidupku untuk menjadi pendamping hidup. Saat itulah aku sadar jika Kevin tengah melamarku dengan resmi di depan kedua orangtuaku dan orang tuanya.

"Kau mau?" ucapan Kevin membuatku menatap kedua matanya yang menatapku lembut. Dengan gerakan refleks aku langsung menganggukkan kepalaku "ya, aku tentu saja mau" ucapku yang membuat semua orang mengucapkan kata syukur. Kevin berdiri lalu berlutut di hadapanku sambil memasangkan cincin di jari manisku. Air mata tidak bisa ku tahan lagi, aku menangis bahagia karena Kevin benar-benar serius dalam hubungan kami. Aku pikir, dia sudah bosan makanya jarang menghubungiku. Bahkan, aku sempat berpikir bahwa aku akan di putuskan olehnya.

Kevin menggenggam tanganku "setelah proyekku berhasil bulan ini, ayo kita menikah" ajaknya yang membuatku menganggukkan kepalaku. Aku terisak dan dia hanya tersenyum yang menenangkanku. Kini giliranku yang memasangkan cincin padanya dan kami resmi menjadi tunangan hari ini.

Beberapa bulan berlalu, proyek Kevin berhasil hingga membuatnya memiliki perusahaan besar di bidang pakaian & fashion. Ajakan dia tentang pernikahan, aku tolak karena aku ingin lulus dari sekolah terlebih dahulu. Aku pun melamar pekerjaan ke beberapa tempat. Sayangnya, aku di tolak karena riwayat sakitku di rumah sakit. Sungguh, harapanku menjadi wanita karir telah pupus.

Semakin lama, aku kini kuliah di semester akhir dan aku belum juga memiliki pekerjaan. Dengan beraninya, aku datang untuk melamar ke perusahaan tunanganku. Begitu terkejutnya dia, saat dia mewawancaraiku untuk bekerja. Padahal, aku tidak begitu banyak berharap padanya. Tapi, dia menerimaku untuk bekerja di bagian cover majalah. Sungguh aku senang hingga memeluknya setelah kami janjian bertemu di belakang gedung tempatnya bekerja.

Beberapa hari kemudian, aku pun mulai bekerja di perusahaan Kevin. Aku disini bekerja sebagai desain cover untuk majalah dan juga seorang photographer untuk pemotretan para model pakaian dari perusahaan kami. "An, bikin gambarnya yang bagus ya. Nanti bos marah kalau kau menggambarnya jelek" ucap teman kerjaku. "Iya Dewi, aku akan gambar sebagus mungkin" ujarku.

'Cih.. ini kan tugasnya dia, kenapa aku harus mengerjakannya coba?'

"An, bikini kopi dong!" pinta bu Desi, aku menganggukkan kepalaku. "Eh An, sekalian dong. Bikinin susu anget" ucap bu Dina, aku kembali menganggukkan kepalaku. "Eh An, Ana... ambilin dulu tisu" aku mendengus lalu mengambilkan sekotak tisu pada bu Dina. Beginilah kalau masih magang, pasti disuruh ini dan itu oleh pegawai tetap di perusahaan ini.

Jam istirahatku sudah lewat 'ah aku melewatkan jam siangku lagi' dengusku, ini sudah lebih dari seminggu dan aku tidak bisa menikmati waktu istirahatku. Suara notifikasi di ponselku membuatku tersadar dari lamunanku. Aku segera mengechecknya.

Kevin Ke ruanganku sekarang!

'Ah... kenapa dia menyuruhku ke ruangannya? Bahkan tubuhku sangat lemas untuk berjalan ke lantai atas' amukku dalam hati.

"Ana, kamu mau kemana. Bantuin aku dulu!" ucap Dewi, aku menganggukkan kepalaku lemah lalu membantunya. "Aku harus apa?" tanyaku lemas. "Kau ketik ini semua ya, aku mau makan siang dulu" ucap Dewi sambil menunjukkan setumpukkan kertas di meja kerjanya. "Eh tapi Dew.. ini.." ucapanku terhenti saat dia sudah berlari keluar dari ruangan tempat kerjaku. Aku mendengus 'kenapa semua pekerjaan harus aku yang mengerjakannya?'

Aku mulai mengetik semua kertas itu. Ponselku kembali berdering.

Kevin Call....

'Ah kenapa dia malah menelponku sih?'

Dengan cepat aku mengangkatnya.

Kevin : ke ruanganku sekarang, kenapa kau lama sekali sampai?

Ana : aku sedang sibuk sekarang, aku..

Kevin : apakah kau melewatkan makan siangmu lagi, Hey! Kenapa kau selalu mengalah pada mereka. Kau tunangan dari bos mereka!

Ana : aku baru tunanganmu, bukan istrimu! Jika kau mau marah-marah jangan menelponku!

Kevin : Kau lupa hari ini? Hari ini kita harus menyiapkan beberapa perlengkapan untuk pernikahan kita!

Ana : eh? Hari ini? Aku bahkan belum selesai kuliah sayang!

Kevin : cih, kau lupa? Kelurga kita memang mempercepatnya. Makanya, kalau orangtua lagi ngobrol itu dengerin bukannya main sama gadis kecil di rumahmu!

Ana : Hey! Jangan menuduhku yang tidak-tidak! Aku tidak bermain dengan gadis kecil dirumah kak Luna itu!!

Kevin : (tertawa) meskipun aku bukan lagi anak indigo, tapi aku masih bisa merasakan kehadiran anak itu.

Baru saja aku akan menyela Kevin, rekan kerjaku sudah terlihat kearah mejaku 'aish..'

Kevin : Kau merasa menyesal padaku?

Tut.. tut..tut..

Author POV

Ana memutuskan sambungan teleponnya, dengan cepat dia memasukan ponselnya ke dalam saku celananya. "Kau sedang apa Na, kau tidak makan siang?" tanya bu Desi, Ana menggelengkan kepalanya. "Aku akan mengerjakan dulu ini, setelah itu aku akan makan siang" ucap Ana, bu Desi menganggukkan kepalanya. Mereka sibuk ke pekejaan mereka masing-masing, termasuk Ana.

Seseorang datang menghampiri meja yang di duduki Ana. Semua yang ada di ruang kerja itu membungkuk sopan ke orang itu. Ana yang terlalu fokus mengerjakan tugas bahkan mengabaikan keberadaannya. Bu Desi beberapa kali membunyikan suara, agar Ana sadar dan menyadari ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Orang itu menepuk pundak Ana "sebentar, aku masih sibuk. Jangan ganggu aku" ucap Ana, orang itu hanya menghela nafasnya kasar. Bu Desi segera menunduk "maaf Pak, aku akan mendidiknya lagi" ucap bu Desi sambil menepuk pundak Ana. Karena kesal Ana menoleh ke belakang "ada apa sih..." ucapannya terhenti saat melihat bosnya berdiri di hadapannya.

Bukan. Ana bukan takut di marahi karena tidak sopan pada bosnya itu. Tapi, dia takut karena mengabaikan telepon Kevin tadi. Kevin menyilangkan tangannya di depan dada. Ana membungkuk hormat "maaf Pak, saya kira tadi bukan bapak" ucap Ana sambil cengengesan. Kevin hanya menatap datar kepada Ana "ikut ke ruanganku, sekarang!" ucapnya dingin. 'Aish dia mau apasih, dari tadi menyuruhku untuk ke ruangannya!'

Ana mengangguk kaku lalu mengikuti Kevin untuk ke ruangannya. Dewi baru saja kembali ke ruang kerjanya, dia membungkuk saat Kevin melewatinya. Ana hanya menunduk saat melewati Dewi. Dewi berlari ke mejanya dan bertanya pada teman-temannya.

"Eh kenapa si Ana, kok dia ngikutin bos?" tanyanya. Bu Desi menampakkan wajah kesal. "Dia tidak menghormat kepada bos tadi. Kau tau kan kalau bos kita itu sensitive pada pegawai wanita?" ucap Lusi, yang lain menganggukkan kepalanya. "Aku takut Ana dimarahi habis-habisan oleh Pak Kevin" ucap Dewi.

Kevin dan Ana memasuki Lift. Di lift hanya ada mereka berdua. "Ada apa sih Vin, dari tadi kau menyuruhku untuk ke ruangan kerjamu!" ucap Ana sebal. Kevin membalikkan tubuhnya untuk melihat Ana "habisnya, aku susah bertemu denganmu di tempat kerja" rengek Kevin. Pintu lift terbuka, beberapa pegawai menatap aneh kearah Kevin dan Ana. Kevin menatap dingin kearah mereka, sedetik kemudian mereka membungkukkan badan pada Kevin "kalian mau masuk atau mau membungkuk disana?" tanya Kevin.

"Cepat masuk!" titah Kevin. Kevin mendorong Ana supaya berdiri disampingnya. Ana dan Kevin saling diam karena ada pegawai lain di dalam lift bersama dengan mereka. Pintu lift kembali terbuka, Kevin dan Ana keluar bersama. Ana terus mengikuti langkah Kevin, saat Kevin akan bertanya, pegawai disana memandang aneh kepada Ana.

"Bagaimana bisa pegawai magang bersama dengan bos?" bisik mereka. Kevin merasa kesal karena banyak yang membicarakan Ana. Tapi Ana, dia hanya menganggapnya sebagai angin lalu. Kevin membuka ruangan kerjanya dan Ana masuk ke dalam. Kevin mengunci pintunya "kenapa kau mengunci pintunya?" ucap Ana panik, Kevin menatap lelah kearah Ana. "Agar kau tidak pergi begitu saja dari ruangan ini" ucap Kevin, Ana mengerucutkan bibirnya, Kevin memeluknya.

"Aku lapar" ucap Ana, Kevin menempelkan keningnya ke kening Ana "Aku sudah pesan makanan. Ayo makan siang denganku" ajaknya, Ana menganggukkan kepalanya. Kevin menyentuh pipi Ana "lihat pipimu, kau sangat kurus sekarang" ucap Kevin yang mulai bawel pada Ana. Ana memukulnya.

"Berhenti memarahiku atau kau akan menyesal nanti" ucap Ana lalu melepaskan pelukannya dari Kevin. Ana duduk disofa yang disediakan di ruang kerja Kevin "ruang kerjamu nyaman. Aku jadi mengantuk!" ucap Ana. Kevin duduk disampingnya. "Tidur saja, nanti pas makanannya datang. Aku akan membangunkanmu" ucap Kevin. "Bolehkah?" tanya Ana, kini matanya berbinar kesenangan.

Kevin menganggukkan kepalanya "di belakang rak buku itu ada kasur, kau bisa tidur disana" ucap Kevin sambil menunjukkan rak buku yang ia maksudkan. Ana mengalungkan tangannya pada Kevin "kau memang tunanganku yang pengertian" ucapnya lalu berlari ke rak buku itu, tepatnya pada kasur yang di belakang rak buku itu. Kevin hanya tersenyum melihat tunangannya itu. Ana sudah tidur, mungkin karena Ana sudah bergadang selama tiga hari. Mengerjakan tugas sekolah dan pekerjaan lemburnya. Membuatnya benar-benar mengantuk dan kelelahan. Kevin berjalan ke tempat dimana Ana tidur, dia memberikan jasnya untuk di jadikan selimut untuk Ana. "Ah... seharusnya aku menyediakan selimut disini!" ucapnya. Kevin menelpon ketua yang ada di ruangan Ana.

Kevin : Aku pinjam pegawai barumu, aku menyuruhnya untuk mengerjakan power point!

Bu Desi : Ah.. Iya pak. Silahkan saja!

Kevin : hum.. dia akan kembali ke ruangannya setelah jam tiga sore nanti!

Bu Desi : baik pak!

Kevin memutuskan telepon itu lalu menatap Ana. Dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya 'Jam 01.15'. "Tidurlah. Setidaknya, aku bisa membantumu dalam hal ini!" ucap Kevin sambil mengusap rambut Ana secara lembut. Kevin juga membatalkan pesan antar makanan. Dia mengundurnya sampai jam 02.30. Kevin memutuskan untuk mengerjakan power point untuk rapat yang diadakan besok. Sebenarnya, Kevin bisa saja menyuruh sekertaris pribadinya. Tapi, Ana sudah melarang Kevin untuk tidak dekat dengan sekertarisnya itu. Karena sekertaris Kevin ganjennya minta ampun. Mana lagi, bodynya yang plus-plus membuat Ana dengan tegas melarangnya.

Ana terbangun dari tidurnya, dia menguap dan menggeliatkan tubuhnya yang terasa kaku. "Vin, perutku lapar. Aku tidak bisa berkonsentrasi tidur" ucapnya. Kevin terkekeh "baiklah, aku akan memesannya" ucap Kevin lalu memesan makanan. Ana berjalan ke tempat Kevin, dia duduk disofa Kevin dengan wajah yang baru bangun tidur. Kevin baru saja memutuskan sambungan teleponnya. Dia menatap Ana "kau masih mengantuk?" tanyanya, Ana menganggukkan kepalanya. "Hum aku masih mengantuk tapi aku juga lapar" rengeknya.

"Sebentar lagi makanannya sampai" ucap Kevin lalu fokus ke leptopnya. "kau buat apa?" tanya Ana. "Membuat power point untuk rapat besok" ucap Kevin yang masih serius pada leptop. "Toiletnya ada dimana?" tanya Ana sambil mencari-cari pintu toilet di ruangan Kevin. "Di sebelah kiri rak buku yang itu tuh!" tunjuk Kevin pada rak buku yang satunya. Ana menganggukkan kepalanya lalu berjalan ke tempat itu. Makanan yang di pesan sudah datang, Kevin mengambilnya.

"Aneh ya, masa bos turun tangan untuk mengambil pesan makanan" bisik pegawai yang ruangannya di depan ruang kerja Kevin, Yuli. "Bukankah tadi ada pegawai magang di dalam ruangannya?" sahut pegawai wanita yang juga bekerja diruangan itu, Winda. "Coba kau periksa, kau bisa masuk dan keluar dari ruang kerja bos kan, Tasya?" ucap Yuli sambil menyenggol pundak Tasya. Tasya adalah sekertaris pribadinya Kevin.

"Kau benar juga, aku harus memeriksa tempat bos. Sepertinya, pegawai magang itu mau mengambil start duluan untuk dekat dengan bos" ucap Tasya sambil mengepalkan telapak tangannya. Tasya keluar dari ruang kerjanya lalu menghampiri Kevin yang sedang membayar pesan antar itu.

"Selamat siang pak" ucap Tasya ramah. Kevin menganggukkan kepalanya sambil tersenyum "oh selamat siang" ucap Kevin. "Pak ini berkas yang harus bapak tanda tangani" ucap Tasya, Kevin menganggukkan kepalanya. Tasya mendekat kearah Kevin dan memberikan berkas yang harus di tandatangani oleh Kevin. Kevin terlalu fokus pada berkas itu, hingga tidak sadar pintu kerja Kevin terbuka dengan lebar dan menampilkan sosok Ana yang sedang peregangan. Mata Ana maupun mata Tasya terbelalak 'ah mati aku, kenapa pintunya bisa terbuka selebar itu' pikir Ana. Ana masih dalam posisi yang sama tapi tidak bergerak.

Sedangkan Tasya, dia sudah menatap tajam kearah Ana 'apaan sih tuh pegawai magang. Bosnya mengambil pesanan dia malah peregangan di ruangan bos. Dia harus ku beri pelajaran' amuk Tasya dalam hatinya. Kevin menyerahkan berkas itu "ini, aku sudah menandatanginya. Kau bisa kembali ke ruanganmu" ujar Kevin. Tasya mengabaikan ucapan Kevin karena dia masih menatap Ana. Kevin menyadari itu lalu menutup pintu ruangannya dan Tasya tersadar. "Maaf, tapi itu tindakan tidak sopan karena mengintip ruang kerjaku" ucap Kevin dengan nada yang terdengar dingin. Tasya menganggukkan kepalanya dengan kaku.

"Kembalilah ke ruanganmu dan untuk pegawai lain jangan ada yang mengetuk pintuku sampai jam tiga nanti" ucap Kevin yang terdengar sangat dingin. Semua pegawai yang ada disana menganggukkan kepalanya. Kevin masuk ke dalam ruangan sambil membawa makanannya, dia kembali mengunci pintunya. Tasya berjalan menghampiri meja kerjanya "kupikir wanita itu memang menggoda pak Kevin" ucap Yuli.

"Ehm sepertinya dia memang menggoda Pak Kevin. Kalau di lihat dari wajah sih dia emang cantik, badannya yang kecil membuatnya terkesan imut. Ah dan lagi, ku dengar. Dia adalah murid tercantik di sekolahnya dulu" sahut Winda. Tasya mengepalkan lengannya karena mendengar ocehan kedua rekan kerjanya itu.

"Kau lupa, Tasya juga anak yang paling cantik dan pintar di sekolahnya" ucap Yuli lalu merangkul bahu Tasya. Tasya hanya tersenyum malas mendengar itu. Dia melihat kearah pintu Kevin 'mereka sedang apa di dalam?' pikir Tasya.

"Makanannya datang!" seru Kevin. Ana hanya diam dan mendekat kearah makanan itu "sudah taru di meja, aku sudah sangat lapar dan lagi, aku akan segera kembali ke ruangku untuk kembali bekerja" ucap Ana. Kevin menggelengkan kepalanya "aku sudah bilang kepada Ketuamu, bahwa aku akan meminjammu sampai jam tiga sore"

Mata Ana terbelalak "kau gila, itu terlalu lama" ucap Ana sambil memukul lengan Kevin. "Sakit.." ringis Kevin. Kevin menyimpan makanan itu diatas meja lalu memeluk Ana dari belakang "berhentilah skinship denganku" titah Ana, kening Kevin berkerut "memangnya kenapa?" tanya Kevin. Ana terdiam lalu menempelkan kepalanya pada Kevin.

"Supaya kau merindukan skinship denganku. Jadi, kau tidak akan berselingkuh dariku" ucap Ana, ada nada mengancam di dalamnya. Kevin terkekeh "sudah ku bilang, aku tidak akan selingkuh!" ucap Kevin. "Vin.. sepertinya kau memang benar. Percepat saja pernikahan kita. Lagi pula, usiaku sudah menginjak 24 sekarang" ujar Ana. Kevin merekatkan pelukannya "usiamu sudah tua haha" godanya. Ana mencubit lengan Kevin. "Aku sudah tua, terus kenapa kau mau denganku hah?" tanya Ana sebal. "Karena aku mencintaimu" ucapnya "cih.. " dengus Ana. "Kau yakin ingin menikah denganku?" tanya Ana sambil menatap Kevin yang sedang makan. "Kenapa aku tidak yakin, aku kan memang ingin membangun rumah tangga denganmu" ucap Kevin. Ana menganggukkan kepalanya "sepertinya kau benar-benar mencintaiku?" ucap Ana lalu melahap makanannya. "Tentu saja, kau nya saja yang selalu mengabaikan perasaanku" dengus Kevin, Ana menggelengkan kepalanya. "Biasanya ya, lelaki itu bosenan. Kupikir kau sudah bosan denganku karena.."

"Hubungan kita sudah lama?" sela Kevin, Ana menganggukkan kepalanya. "Aku tidak pernah bosan denganmu. Karena sampai detik ini, kau selalu membuatku merindukanmu, mengkhawatirkanmu, selalu membuat kejutan yang tidak pernah ku duga sebelumnya. Dan lagi, karena sampai detik ini. Aku hanya mencintaimu"

Ana terkekeh "sudah ah, kau membuatku malu tau" ucap Ana sambil menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Kevin tersenyum karena telah berhasil membuat tunangannya itu malu. "Jangan tutup wajahmu!" pinta Kevin sambil menarik tangan Ana. "Ayo kita menikah" ucapnya. Ana menganggukkan kepalanya.

"Hum... tapi, aku ingin pernikahaan ini rahasia dan lagi, harus diadakan di kampung halamanku" ucap Ana, Kevin terkekeh lalu mengusap rambut Ana penuh sayang "hum terserah kau saja" ujarnya, Ana hanya tersenyum sembari memakan pizza yang di pesan oleh Kevin tadi.

Setelah makan selesai, Ana membantu Kevin untuk mengerjakan power point dan yang seperti di harapkan, Ana selalu membereskan pekerjaan dengan cepat. "Bagaimana bisa kau mengetik semua materi ini dengan cepat. Aku saja yang dari dulu dapat peringkat pertama di sekolah tidak bisa mengetik secepat kau" ujar Kevin.

"Dulu aku seorang penulis dan pembuat cerita fiksi di sebuah aplikasi. Jadi, tanganku sudah ahli dalam mengetik" ucap Ana sambil memamerkan jari-jari tangannya. "Sudah jam tiga, aku harus kembali ke ruang kerjaku. Dah Vin" ucap Ana lalu mencium pipi Kevin. "Cepat hapus, ada bekas lipstikku" ucap Ana panik saat menyadari ada noda merah di pipi Kevin.

"Kenapa harus di hapus, aku tidak mau" ucap Kevin. "Ish.. nanti orang akan berpikiran aku wanita penggoda. Cepat hapus" pinta Ana, mau tidak mau Kevin menghapus bekas ciuman Ana. Ana berjalan ke pintu "nanti pulang bersamaku kan?" tanya Kevin. Ana hanya mengangkat satu tangannya keatas membentuk huruf O lalu keluar dari ruang kerja Kevin. Pas Ana sudah keluar dari ruang kerja Kevin, dia menjadi pusat perhatian pegawai disana. Mau tidak mau, dia membungkukkan badannya pada mereka "selamat sore" ucap Ana mencoba ramah.

Mereka membalas senyuman Ana, tapi hanya tiga orang yang tidak tersenyum padanya, mereka adalah Tasya, Yuli dan Winda. Tasya sudah mengepalkan tangannya saat matanya dan mata Ana beradu. Ana hanya memberikan smirknya pada Tasya lalu pergi meninggalkan lantai atas itu. "HAH... Apa-apaan dia, dia bahkan berani memberikan smirk padaku" ucap Tasya tidak terima atas perlakuan Ana pada dirinya. Ana masuk ke dalam lift lalu menekan tombol dimana ruangannya berada. Sebelum pintunya tertutup sempurna, sebuah tangan menghentikan pintu itu. Ana menatapnya dan seorang laki-laki tersenyum padanya.

***