webnovel

Rumah Dinas

Rumah Dinas

Hai, aku Nayshi, aku seorang gadis kelahiran April 1998 yang lahir dan dibesarkan di dekat Kota Bandung. Nama lengkapku adalah Nayshi Putri Cahyaning. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahku seorang anggota polisi, sedang ibuku hanyalah wanita sederhana yang tidak bekerja dan cukup sebagai ibu rumah tangga.

Sudah 23 tahun ini aku hidup di sebuah rumah dinas yang tak jauh dari Kota Bandung. Ada banyak sekali pengalaman dan juga kenangan yang tercipta di rumah sederhana ini, seolah rumah dinas Ayah adalah saksi bisu atas semua perjalanan hidupku. Tapi, berbeda dengan kisah masa kecil seperti kebanyakan anak lainnya, kisah hidupku selalu dibingkai oleh perjalanan mistis yang tak banyak diketahui oleh orang lain.

Masih kuingat dengan jelas ketika usiaku sekitar 4 tahun. Sebut saja asrama, sebuah rumah dinas sederhana dengan sejuta cerita yang menjadi saksi bisu atas apa yang pernah kulihat selama ini.

Sebenarnya, semua telah kusadari sejak aku masih kecil. Namun, aku tidak pernah mengakuinya dan selalu merasa bahwa tak ada yang aneh sama sekali dari diriku ini. Sudah banyak tetangga yang beranggapan kalau aku berbeda dari anak-anak yang lainnya. Tapi tentu saja kedua orang tuaku tidak mau berlebihan akan hal itu. Mereka menganggap bahwa apa yang dikatakan orang lain hanyalah sebuah penilaian dari sudut pandang mereka masing-masing.

Ayah dan Ibuku tetaplah menganggap aku sebagai anak biasa yang hidupnya tentu saja normal seperti kebanyakan orang. Ya, walaupun pada kenyataannya ibuku memang merasakan hal yang tidak biasa dengan kebiasaan-kebiasaanku di masa kecil, seperti sering menunjuk sesuatu yang ibuku sendiri tidak pernah melihat apa yang kumaksud tersebut.

Ibuku bilang, setiap anak tidak akan selalu sama dalam fase pertumbuhan dan perkembangannya, ya mungkin kebiasaanku hanya cukup berbeda dari anak lainnya. Selama masih di batas wajar, sepertinya memang tidak pernah ada yang aneh dariku ini.

Rumah dinas yang kami tempati saat itu bisa dibilang sangat lembab, ditambah lagi di dalamnya terdapat sumur tua yang berada tepat di bagian dapur rumah kami. Tidak heran, jika banyak kejadian-kejadian mistis yang dialami di rumah kami.

Jangankan malam hari, siang hari saja aku selalu takut jika harus berada di dalam rumah seorang diri. Bila keadaannya dirasa cukup mencekam, apalagi saat keadaan cuaca mendung, aku lebih memilih untuk menghabiskan waktuku di teras rumah dibanding harus berdiam diri di dalam rumah. Entah mengapa kaki dan tanganku selalu dibuat gemetar jika harus masuk ke rumah sendirian tanpa ditemani siapa-siapa, padahal aku sadar saat itu masih siang hari.

Hmm, jika harus dijelaskan, rumahku ini sangatlah sederhana. Hanya ada satu ruang tamu, dua kamar tidur, dapur yang terdapat sumur tua di sudut ruangannya, dan satu kamar mandi yang masing-masing ruangannya tidak begitu besar. Sebuah rumah asrama dinas kepolisian yang dalam satu atapnya berderet sekitar 12 rumah. Sungguh sebuah barak asrama yang sederhana dan biasa saja. Dan mungkin, kalian justru bisa membayangkannya seperti sebuah kontrakan minimalis.

Entah nyata atau tidak, semasa kecil aku selalu merasa dihantui oleh bayang-bayang hitam di dalam rumahku sendiri. Bayangan hitam itu selalu muncul ketika malam hari tiba. Kadang kala, bayangan hitam itu disertai suara-suara aneh seperti orang yang sedang berjalan menggunakan sepatu.

“Tuk... tuk… tuk… srekk… tuk… tuk....” Awalnya, aku selalu mengira bahwa itu adalah suara Ayahku yang baru saja pulang dinas. Tapi jika memang benar itu Ayahku, kenapa suara itu selalu datang tanpa aba-aba dan menghilang dengan sendirinya tanpa meninggalkan jejak suara apapun lagi.

Nyatanya, suara itu bukan hanya aku saja yang mendengarnya. Kakak dan Ibuku juga kadang mendengar suara langkah kaki bersepatu itu dengan jelas ketika tidak sengaja terbangun di jam satu malam. Bahkan tidak hanya itu, mereka juga sering mendengar suara gayung yang bergerak sendiri di kamar mandi. Mereka selalu berpikir, itu adalah suara yang berasal dari tetangga sebelah. Tapi nyatanya, keanehan itu kerap kali muncul di rumah dinas yang kami tinggali, apalagi jika Ayah sedang dinas ke luar kota.

Pagi ini Ayah berpamitan pada Ibu, Kakak, dan Aku untuk pergi menjalankan tugas ke Belitung selama 6 hari. Katanya sih, mau menangkap buronan –kebetulan saat kecil, ayahku adalah seorang anggota reserse kriminal kepolisian, jadi tidak heran jika pekerjaannya selalu berhubungan dengan tindakan-tindakan kriminalitas yang terjadi. Disela-sela kesedihan kami, Ayah menghibur aku dan kakak dengan berjanji pulang nanti akan membawakan kami oleh-oleh. Dengan begitu, aku justru sangat bersemangat ketika akan ditinggal Ayah bertugas. Ya maklum saja, pikiranku saat kecil hanyalah oleh-oleh dan mainan.

Krik... krik... krik... sshhh....

Rasa semangat yang cukup membara ketika Ayah pergi perlahan mulai pudar dan berganti menjadi rasa cemas yang tiba-tiba saja merasuk ke dalam pikiranku ketika malam tiba. Aku kembali teringat akan hal-hal mistis yang sering terjadi ketika Ayah tidak di rumah. Rasanya seperti ada sesuatu yang selalu menantikanku di malam hari untuk mengajak bermain. Entah ini memang nyata, atau memang akunya yang penakut.

Kulihat jam menunjukkan pukul 22.05 WIB. Kakak dan Ibuku sudah terlelap di sampingku. Hanya aku yang belum juga bisa memejamkan mata dan berharap Ayah tiba-tiba saja pulang karena tidak jadi dinas ke Belitung.

“srek… sreekk.. sreeekkk….” Suara itu terdengar sangat pelan dari luar kamar layaknya terdapat orang yang sedang menyeret sesuatu di lorong rumah kami.

“Mungkinkah itu maling?” pikirku polos.

"Duugg!” suara itu terhenti di kamar sebelah yang tengah kosong karena malam ini aku dan kakak tidur di kamar ibu.

Seketika, suara itu berubah menjadi suara tangisan wanita yang begitu nyaring. Tapi anehnya suara itu justru terdengar seolah menggema dan menusuk gendang telingaku. Aku coba untuk menerka-nerka, mungkinkah aku salah dengar? Mungkinkah suara itu berasal dari tetangga sebelah? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kenapa aku jadi takut begini. Suara itu benar-benar nyaring dan lembut seolah menusuk gendang telingaku.

Aku hanya bisa terdiam dan bersembunyi di balik selimut kesayanganku, berharap pagi cepat datang. “Ayah, pulang!” rengekku dalam hati.

Malam-malam tanpa Ayah di rumah terasa sangat panjang, mungkin selama 5 hari ini aku tak pernah tertidur dengan pulas. Setiap 2 atau 3 jam sekali, aku terbangun karena merasa seperti ada yang mengawasiku di rumah. Bayang-bayang hitam itu masih sering muncul bersamaan dengan suara sepatu yang misterius di setiap malamku, seolah memang sengaja membangunkanku. Aku ingin sekali mengatakan bahwa apa yang kurasakan ini pasti ada hubungannya dengan hantu, tapi aku sendiri tidak yakin kalau aku bisa melihat dan mendengar suara-suara dari bangsa mereka. Sudahlah, aku ini masih kecil. Jangan banyak pikiran!

___________________________________________________________________________

Aku tidak pernah takut ketika aku melihat sesuatu yang janggal. Aku yakin sesuatu yang janggal itu terjadi karena akulah yang terlalu penakut. Jadi aku harus berani!

___________________________________________________________________________