webnovel

If It's The Last For Us

Coba bayangkan, bagaimana rasanya jika kalian menjadi seorang Wang Yiren yang harus menunggu cukup lama dan dibuat kecewa saat orang yang dia harapkan kembali, tiba-tiba menghilang??? Atau coba kalian bayangkan, bagaimana rasanya menjadi para Crew Unicorn Space Beam Missions Planet Mars dari NASA, yang harus bertahan melawan ekstreamnya kondisi alam Planet Mars? Akankah semua berjalan seperti apa yang diharapkan? -[USB MISSIONS MARS 2049]-

yejixstories · LGBT+
Peringkat tidak cukup
3 Chs

1. Manusia Aneh

Korea Selatan – Seoul, 25 Oktober 2040

Tahun 2040, yang sempat di rumorkan akan menjadi tahun masa depan bagi Bumi, ternyata masih menjadi sebuah harapan bagi umat manusia. Bumi masih saja seperti sebelumnya, tidak ada perubahan yang begitu signifikan.

Keserakahan, ketidakadilan, pembunuhan, perampokan, dan lain sebagainya masih saja terjadi dimana-mana. Di tambah lagi, di tahun ini semua orang baru saja memulai kembali kehidupan mereka setelah hampir selama 2,5 dekade mengalami pandemik yang melumpuhkan beberapa sistem tatanan di setiap negara dan masalah keuangan global.

Nama ku Wang Yiren, orang-orang memanggilku Yiren. Aku lahir di China, 29 Desember 2025 dan pindah ke Korea pada tahun 2034 karena Ayah yang harus menggantikan posisi kepala rumah sakit di sana selama sementara waktu.

Saat ini aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Dikarenakan beberapa bulan mendatang aku akan memasuki masa ujian kenaikan kelas, jadi sekarang aku lebih sering menghabiskan waktu akhir pekanku di sebuah perpustakaan. Dan di sanalah aku sering bertemu dengan seorang mahasiswa yang aneh.

Entah siapa namanya, tapi hanya dialah yang selalu ku lihat di perpustakaan setiap akhir pekan. Sebenarnya aku sudah sering melihatnya, bukan cuma akhir pekan, tapi saat hari-hari biasa pun juga aku selalu melihatnya ada di sana. Aku tidak mengenal orang itu secara dekat. Kami hanya sering bertukar senyum jika tidak sengaja berpapasan dan tidak lebih dari itu.

Ada hal yang membuatku selalu ingin tertawa setiap kali melihatnya. Yang pertama, aku sering melihat dia melamun di perpustakaan dengan wajah konyolnya, lalu melihatnya menangis tanpa suara saat melihat tumpukan-tumpukan buku yang ada dihadapannya.

Dan yang kedua, aku juga sering melihatnya sibuk menghitung semua benda yang ada disekitarnya. Sampai-sampai aku pernah melihatnya berdebat dengan seorang pengendara motor yang mengebut dan hampir saja menabrak seorang nenek tua yang sedang menyebrang.

Ya, awalnya tidak ada pertikaian diantara mereka. Bahkan, si pengendara motor itu pun juga sudah meminta maaf terlebih dahulu. Tapi, karena dia mengeluarkan rumus fisika saat menasehati si pengendara, disitulah awal perdebatan panjang mereka di mulai.

Sejak saat itulah aku mulai menyebutnya Manusia Aneh.

Oh iya, hari ini, sekolahku hanya berlangsung setengah hari. Aku memutuskan pulang dengan berjalan kaki karena jarak rumahku yang tidak terlalu jauh.

Diperjalanan pulang, aku melihat seorang anak berusia 7 tahun sedang menangis karena balon yang dia pegang terlepas dan terbang tinggi ke langit.

Tanpa diduga, ternyata aku melihat manusia aneh itu sedang melakukan hal konyolnya lagi. Bukannya menolong atau membujuk, manusia aneh itu malah sibuk menghitung kecepatan balon yang terbang disamping anak yang sedang menangis itu dengan santai.

Melihat itu, aku hanya bisa menggelengkan kepalaku. Aku pun menghampiri anak kecil itu dan berniat untuk membujuknya agar berhenti menangis.

"Hey ada apa? Mengapa menangis?" tanyaku mengusap kepala anak kecil itu.

Dan dia masih saja menangis sambil menunjuk balonnya yang sudah terbang tinggi padaku.

"Ya... Kecepatan angin hari ini 16-18km/jam." gumam manusia aneh itu tiba-tiba sambil melihat kembali catatannya tanpa menghiraukan keberadaanku dan anak kecil tadi.

Setelah berbicara seperti itu, aku lihat manusia aneh itu melemparkan senyumannya Dan mengeluarkan botol kecil dari saku celananya. Setelah itu, tanpa basa-basi dia langsung menyemprotkan botol yang berisi cairan hand sanitizer pada kedua lengan anak itu hingga terdiam. Bukan cuma anak itu, tapi dia juga menyemprotkan tanganku dengan sangat rusuh sekarang.

Aku dan anak kecil itu hanya terdiam karena tidak bisa memahami sikapnya.

Setelah menyemprotkan hand sanitizer dengan seenaknya, manusia aneh itu pun bangkit sambil melihat kearah jam ditangannya.

"Bisa kalian tunggu aku sebentar disana?" pintanya sambil menunjuk bangku yang ada di dekat danau.

Sebenarnya aku agak kesulitan menjawab, karena aku masih mencoba mencerna apa yang akan dia lakukan lagi setelah ini?

Menghitung perbandingan gerak daya tubuhku dan anak kecil tadi atau apa?

"Ayoklah! Tunggu sebentar saja. Aku tidak akan lama," lanjutnya langsung pergi saat aku akan menjawabnya.

Anak kecil tadi tiba-tiba menarik bajuku beberapa kali. Dan, saat aku menoleh kearahnya, anak itu berkata, "Apa dia orang gila baru dikota ini?"

Mendengar apa yang terlontar dari bibir mungil anak kecil itu malah jadi salah tingkah. Aku hanya takut manusia aneh itu kembali dan mendengar apa yang dikatakan anak kecil itu.

Tanpa merespon pertanyaannya, aku segera menarik tangan anak itu untuk menuruti apa yang di suruh manusia aneh tadi. Ya, menunggu di bangku taman dekat danau.

Tidak berselang lama, aku melihat manusia aneh itu kembali, dia berlari kearah dimana aku dan anak tadi duduk sambil membawa bungkusan kecil ditangannya.

Aku menatap heran saat si manusia aneh terhenti dihadapanku sambil mengatur nafasnya yang terdengar memburu.

"Maaf lama menunggu, ini untuk mu, untukmu, untukmu dan untukmu." katanya sambil mengeluarkan 2 buah es krim dan 2 botol air mineral untukku dan untuk anak kecil tadi.

"Waaaahh, es krim?? Terima kasih kak."

Anak itu pun terlihat senang sekarang. Dia langsung memakan es krimnya dengan lahap.

Manusia aneh itu pun hanya tersenyum sambil ngusap lembut pucuk kepala anak itu beberapa kali.

Aku? Aku juga sedang menikmati es krim gratisku saat ini. Tapi pandanganku tidak beralih dari interaksi mereka berdua.

"Hyunjiii...!"

Teriakan itu berhasil membuat kami bertiga menoleh kearah sumber suara.

Seorang wanita dewasa sedang melambai kearah anak yang duduk disampingku.

"Ibu...!" teriak anak kecil itu langsung pergi meninggalkanku dan manusia aneh yang masih berdiri di hadapanku.

Aku tidak mengerti mengapa dia tidak duduk dan malah berdiri menghalangi pandanganku untuk melihat Hyunji berjalan kearah ibunya.

Ah, anak itu bernama Hyunji rupanya.

"Aku kira dia adikmu?" tanya si manusia aneh padaku dan malah membuatku kaget.

"Apa?!"

"Hehe tidak tidak." katanya terkekeh dan langsung duduk disampingku dengan seenaknya.

Karena merasa kurang nyaman, aku pun sedikit bergeser untuk menjaga jarakku dengan manusia aneh yang sekarang duduk begitu dekat disampingku.

Walaupun aku sering melihatnya di perpustakaan, dan selalu melihatnya tersenyum padaku, tapi tetap saja kan dia itu adalah orang asing.

Tidak peduli, aku pun kembali menyantap es krimku yang mulai meleleh.

Dan, tiba-tiba aku kembali dibuat kaget saat manusia aneh itu mencoba mengulurkan tangannya kearahku.

Aku hanya terdiam dengan penuh tanda tanya dalam otakku.

"Mbie..."

Oh namanya Mbie?

Dasar bodoh! Aku malah melamun sambil mencoba mengingat namanya.

Karena lama menunggu respon dariku, Mbie pun malah menatap tangannya dengan heran. Dan setelah itu dia langsung menyemprotkan cairan hand sanitizer ke tangannya dan kembali mengulurkan tangannya lagi kearahku.

"Percayalah, tanganku bebas dari virus, kandungan hand sanitizer punya ku memiliki kadar alcohol 75%, standar dan tidak akan membuat tanganmu rusak." jelasnya sambil tersenyum.

Mendengarkan penjelasan darinya, tentu saja itu malah membuatku jadi ingin tertawa.

Ternyata keherananku malah berbeda dengan apa yang difikirkan olehnya.

Sebenarnya aku sama sekali tidak memikirkan tentang virus-virus yang ada ditangannya. Hanya saja, aku merasa sedikit keheranan karena baru saja aku diajak berkenalan oleh orang asing.

Setelah puas tertawa, Aku pun raih tangannya, dan ku jabat lembut tangannya sambil berkata, "Wang Yiren."

Dia yang sebelumnya menatapku heran karena melihatku tertawa, akhirnya mulai tersenyum.

"Namaku Mbie Debby, Mahasiswa Science and Technology bidang studi Astrophysics tingkat 2. Kau boleh memanggilku Mbie, kiyowo, cute, atau apapun itu terserah." katanya kembali memperkenalkan diri dengan sangat lengkap.

"Manusia steril." kataku nemotong perkataannya sambil terkekeh dan itu berhasil membuatnya kembali terdiam.

"Katamu bukankah aku boleh memanggilmu apapun?" tanyaku heran karena dia malah terdiam menatapku dengan matanya yang membulat.

"I-iya..."

"Baiklah, manusia steril."

Ku lihat dia hanya terkekeh dengan wajah heran sambil beberapa kali menggaruk tengkuk lehernya.

Aku yakin, dia sebenarnya tidak senang dengan panggilan yang aku buat untuknya. Dia hanya terlihat berpura-pura menyukainya.

Entahlah, tapi dia memang manusia steril.

Dan ini adalah awal perkenalanku dengan Mbie si manusia steril, manusia aneh, dan apalagi ya? Sepertinya akan ada banyak nama panggilan untuknya setelah ini.

-[USB MISSIONS 2049]-

Korea Selatan - Seoul, 13 April 2041

Sudah beberapa hari ini, aku menjadi kelinci percobaan seorang manusia Alien. Haha ya, itu adalah sebutan baru ku untuk Mbie.

Sejak perkenalanku dengannya saat itu, setiap kami bertemu di perpustakaan kami pasti selalu pulang dan makan siang bersama. Dari hari ke hari kami pun semakin akrab layaknya seorang teman.

Oh iya, tentang kelinci percobaan, saat ini dia sedang mengerjakan project karya ilmiahnya tentang sebuah alat yang mirip GPS yang sengaja dia pasang di lenganku seperti sebuah jam tangan.

Memang terlihat biasa saja, tapi ternyata lama-kelamaan benda ini malah mengangguku.

Bayangkan saja, dia selalu tahu dimana posisiku, dan tahu apa yang sedang ku kerjakan.

Apakah aku sudah tidur atau belum bahkan saat aku berada di dekat Ayah, ibu atau kakakku pun juga dia tahu.

Dasar penguntit nakal!

Sungguh menyebalkan, dan rasanya ingin sekali aku lepas benda aneh ini. Tapi jika aku lepas, manusia alien itu tidak akan memberikanku imbalan atas kerja kerasku ini.

~Pluuuppp!!!

Saat aku akan melangkah menuju ke kamar mandi, aku mendengar sebuah pesan masuk di ponselku. Saat aku lihat layar ponselku ternyata Mbie mengirimiku pesan.

MBIE

Mbie

[ 37°29′4 8″LU 127°01′39″BT ]

[ Temp : 18°C ]

Yiren

[ Apa? ]

Mbie

[ Teraktir aku. ]

Yiren

[ Heh, untuk apa aku mentraktirmu? ]

Mbie

[ Sedikit beramallah pada pengembara. ]

Yiren

[ Tidak mau! ]

[ Lagi pula aku harus pergi dengan kakak. ]

Mbie

[ Kemana? ]

Yiren

[ Bukan urusanmu! ]

Mbie

[ Kenapa jahat sekali? ]

Itulah percakapan terakhir kami.

Sungguh, aku tidak berbohong. Kakak memang memintaku mengantarnya untuk menemui seseorang.

Entah siapa yang sebenarnya akan dia temui hingga dia harus meminta bantuan ku untuk berbohong pada ayah dan ibu.

-[USB MISSIONS 2046]-

Aku dan kakak, kami sedang berada di sebuah taman sekarang.

Sebenarnya, aku sedikit merasa berdosa pada ayah dan ibu karena sudah berbohong meminta izin pada mereka untuk mencari buku. Padahal kami bukan pergi ke toko buku, melainkan menemani kakak bertemu dengan seorang pria.

Awalnya aku kira dia hanya akan menemui seorang kakak tingkatnya yang berambut seperti mangkuk sup yang biasa aku lihat.

Tapi, aku sangat terkejut saat aku menyadari bahwa kakak ternyata memiliki hubungan dengan seorang aktor terkenal dan mantan boygroup bernama Lee Hyunjae.

Ya Tuhan, sihir apa yang kakak gunakan untuk menarik seorang Lee Hyunjae?

Dunia benar-benar gila, Hyunjae seorang aktor terkenal bagaimana mungkin bisa menyukai kakak yang hobbynya mendengkur, si koyo lovers jika sedang demam, dan hobby menjilat lendir hidungnya saat kecil??

Eeeewwwhhhh...

Aku tidak berhenti menatap keduanya menurutku ini adalah sebuah kejanggalan yang cukup aneh. Apalagi saat aku lihat Hyunjae terlihat begitu tergila-gila pada kakak, sementara kakak? Dia malah terlihat jual mahal.

Ingin sekali rasanya aku memaki kakak yang berlaga seperti seorang putri saat ini.

Baiklah, sampai dirumah nanti aku berjanji akan mendesak kakak agar memberikan mantra sihirnya itu padaku. Siapa tahu, aku bisa menarik perhatian seorang pria kaya raya yang tampan melebihi Hyunjae kan.

Setelah mengantarkan kakak bertemu dengan Hyunjae, kami pun pulang kerumah.

Aku mengikuti langkah kakak masuk ke kamarnya sambil mencoba mendesak kakak agar dia memberitahuku rahasia bagaimana Hyunjae bisa menyukainya, dan mantra apa yang dia gunakan.

"Cepat beri tahu aku apa mantranya?!"

Kakak malah mendelik saat aku merengek memaksanya.

"Mantra apa?"

"Mantra sihir mu?"

"....."

Tidak ada respon dari kakak, dia hanya menatapku heran.

Kakak bangkit merubah posisi yang sebelumnya telengkup menjadi duduk lalu dia mensejajarkan posisinya denganku.

"Sebenarnya mantra apa yang kau bicarakan?!" ketusnya.

Aku pun memutuskan untuk menghentikan pembicaraanku. Apalagi ketika aku melihat wajah kakak sudah memasuki aura menyeramkannya sekarang. Tapi, sepertinya kakak yang malah terlihat antusias sekarang.

"Kau pasti berfikir yang tidak-tidak kan tentangku? Mantra? Kau fikir aku Elsa dalam film frozen? Ah, Yiren yang benar saja!"

"Bagaimana tidak, ini begitu mengejutkan. Mana mungkin Hyunjae bisa menyukaimu? Dia itu seorang aktor dan mantan Idol Kpop bagaimana mungkin? Sungguh diluar nalar." kataku melipat tanganku didepan dada.

"Ya, mungkin karena aku memang mempesona?" jawabnya sombong dengan percaya diri dan itu membuatku sangat mual sekarang.

"Hey kau cemburu?!"

"Cemburu? Tentu saja tidak!" tegasku.

"Halah, bukankah kau penggemarnya?"

"Tidak!!!"

"Bohong!"

"Kakak kumohon hentikan!" bentakku kesal dengan wajah yang ku buat sinis.

Kakak hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Baiklah nona pemarahku." katanya langsung mencium pipiku dan setelah itu dengan tanpa dosanya dia meninggalkanku sendirian di kamarnya.

Menyebalkan sekali!

-[USB MISSIONS 2049]-

Korea Selatan - Seoul, 10 Mei 2041

Hari ini adalah hari terakhirku melaksanakan ujian kenaikan kelas. Ada beberapa nilai mata pelajaran yang sudah muncul dan membuatku sedikit sombong saat melihat hasilnya.

Ya, aku mendapatkan nilai terbaik dengan hasil tidak kurang dari 95 dengan poin tertinggi di kelas.

Aku sangat senang karena apa yang ku lakukan dengan mengorbankan akhir pekanku selama ini ternyata membawakan hasil yang sangat baik.

Saat aku masih berdiri di papan pengumuman, aku tidak sengaja mendengar beberapa anak di belakangku sedang membicarakanku.

"Bagaimana bisa si perempuan China itu mendapat poin tertinggi di kelas?"

"Kau benar, bahasa Koreanya saja tidak jelas."

Entah memang disengaja atau tidak tapi itu berhasil membuatku mulai tidak nyaman.

"Sepertinya dia menyogok kepala sekolah."

Karena kesal aku pun menoleh dan mereka pun langsung terdiam dan saling menyikut satu sama lain.

Tidak, aku bukan seorang remaja perempuan dengan julukan badgirl yang bisa mengutarakan kemarahanku secara langsung di depan banyak orang. Dan aku juga bukan tokoh utama dalam film yang memiliki keberanian penuh untuk itu. Aku hanyalah Wang Yiren, seorang remaja perempuan berkewarganegaraan China yang hanya besar di Seoul.

Alasanku tidak membalas perkataan mereka, karena aku hanya ingin mencoba menunjukan citra terbaik wanita China di negara ini. Karena jika aku ikut berkoar untuk memarahi mereka satu persatu. Sudah dipastikan citra wanita China akan buruk di mata mereka.

Aku hanya terdiam dan setelah itu aku pergi meninggalkan mereka yang mungkin akan kembali membicarakanku setelah aku pergi.

-[USB MISSIONS 2049]-

Aku duduk di sebuah bangku taman, rasanya sedikit menyakitkan mengingat perkataan teman-temanku.

Bagaimana mungkin hasil kerja kerasku selama ini mereka anggap aku telah menyogok kepala sekolah?

Ah yang benar saja!

Aku hanya butuh 10 bulan lagi untuk melanjutkan pendidikanku di sekolah itu. Ya, 10 bulan bukan waktu yang lama untukku. Setelah itu, aku tidak akan bertemu lagi dengan mereka.

Saat ini pandanganku hanya menatap lurus. Entah apa yang sebenarnya aku lihat. Tapi, otakku masih saja terbayang tentang pembicaraan mereka tadi.

Apa yang salah dari ku?

Apa karena aku seorang imigran China, jadi aku tidak berhak mendapat nilai tertinggi sekolah Korea?

Sangat menyebalkan.

Tiba-tiba aku mendengar suara.

Tittt...

Tittt...

Tittt...

Dan itu berhasil membuatku sedikit kaget. Aku lihat dengan seksama benda yang menempel di lenganku. Dan ku coba dekatkan benda itu ke telingaku. Ternyata memang benar, suara itu memang muncul dari benda itu.

Saat aku mencoba mencari cara untuk mematikan bunyi yang keluar dari benda itu, tiba-tiba seseorang datang.

"Suasana hatimu sedang kurang baik. Suhu badanmu bahkan sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. Apa yang membuatmu seperti ini?"

Siapa lagi kalo bukan si manusia aneh.

Dia datang sambil memegangi keningku yang langsung aku tepis. Dan setelah itu dia pun duduk disampingku sambil menatapku dengan tatapan cemas.

Dan, benda itu pun berhenti berbunyi dengan sendirinya.

Aku hanya bisa diam. Entah apa yang harus aku jawab sekarang. Aku tahu dia adalah teman baruku sekarang, tapi aku masih belum bisa bercerita banyak padanya. Lagi pula jika ku lihat-lihat, manusia ini terlihat sedikit menyebalkan. Bisa saja setelah aku menceritakan semuanya dia malah mentertawakanku.

"Hey, ayoklah. Aku benci melihatmu cemberut seperti ini."

Dia berkata seperti itu karena tidak merasakan apa yang sedang aku rasakan.

Aku hanya memutar bola mataku malas tanpa merespon perkataannya.

"Baiklah, jika kau tidak mau bercerita." katanya yang sekarang malah ikut cemberut.

Melihat hal itu, aku malah jadi kesal.

"Kenapa kau ikut memanyunkan bibirmu? Menyebalkan sekali melihat wajahmu seperti itu!" kataku mendelik kesal.

"Habis, kau cemberut, yasudah aku juga ikut cemberut."

Apa-apaan manusia ini?

"Ayok ikut aku!" katanya menarik tanganku.

Aku tidak tahu kemana dia akan membawaku. Tangannya menarik tanganku dengan sangat hati-hati.

Saat sampai disebuah tempat, aku sedikit heran. Aku fikir dia akan membawa ku ke tempat indah untuk membuat perasaanku menjadi lebih baik seperti adegan yang ada di film-film, tapi ternyata tidak. Dia malah membawaku ke perpustakaan.

Apa dia sedang mencoba membuatku tambah pusing?

"Kenapa kau membawaku kesini? Aku sudah menyelesaikan ujianku. Tidak ada lagi perpustakaan. Sudah cukup. Kumohon!" kataku memohon sambil menempelkan kedua telapak tanganku.

"Kau ini percaya diri sekali." katanya membuatku jadi bingung.

"Sebentar, kau tunggu aku disini. Aku akan mengembalikan buku ini dulu pada Beardy."

Beardy adalah nama penjaga perpustakaan. Aku juga mengenal Beardy semenjak aku sering mengunjungi perpustakaan. Tapi, sepertinya Mbie terlihat sangat akrab sekali dengan Beardy.

Setelah aku menunggu Mbie dengan urusannya, akhirnya dia kembali menarik tanganku dan mengajakku keluar dari sana.

Selama dia menarik tanganku, aku hanya bisa mendengus pelan.

Moodku sedang tidak bagus hari ini. Jadi, terserah padanya saja akan membawaku pergi kemana. Aku tidak peduli. Aku sedang kesal!

Sampai disebuah kedai ramen, aku lihat Mbie langsung memesan ramen dengan tangan yang masih saja menarik tanganku. Hingga membuat pandangan beberapa orang tertuju kearah ku dan Mbie.

Pasti mereka menyangka bahwa kami...

Aaaah! Aku tutup saja wajahku dengan sebelah tanganku.

Setelah memesan ramen dan mendapatkan 2 bungkus ramen, Mbie kembali menarik tanganku.

Ya Tuhan, beri aku kesabaran menghadapi manusia aneh ini.

Sampai di sebuah tempat dengan padang rumput yang luas. Mataku dibuat tidak berkedip. Jujur, selama aku tinggal di Korea aku bahkan baru mengetahui tempat ini.

Aku sangat terpukau dengan tempat ini. Sementara Mbie, dia sedang sibuk merentangkan sapu tangannya di atas rerumputan.

"Ayok duduklah!"

Eh, aku kira dia menaruh sapu tangan itu untuk alas ramen yang dia beli tadi. Tapi ternyata, itu dia siapkan untukku duduk.

Aku hanya terdiam.

"Apa kau akan terus berdiri disana? Kau tidak akan merasa gatal. Ayok." Lanjutnya lagi.

Dan akhirnya akupun menuruti apa perintah manusia yang ada dihadapanku.

Perlahan aku duduk sambil memperhatikan dia yang sedang sibuk menyiapkan ramen untukku.

"Aku tidak tahu kau suka makanan pedas atau tidak, aku lupa menanyakannya padamu tadi. Hehe." Katanya polos sambil terkekeh.

"Tidak apa-apa, aku suka makanan pedas."

"Baiklah, ini..." katanya memberikan ramen yang sudah dia siapkan untukku.

"Terima kasih."

Dia tidak menjawab dan hanya merespon dengan senyuman lalu sibuk menyeruputi ramen miliknya.

Entahlah bagaimana bisa dengan sesederhana ini aku bisa melupakan apa yang membuatku kesal sebelumnya.

Ramen hangat, padang rumput, senja hari, dan manusia aneh.

Hah?

Apa?

Kenapa aku harus tersenyum menatapnya?

Ah, tidak! Tidak mungkin!

-[USB MISSIONS 2046]-