Kurang lebih satu minggu Naura berada di Jakarta. Banyak hal yang harus Naura urus setelah perpindahannya dari Bali terutama surat pindah sekolahnya. Untung saja ada Ervin yang membantunya untuk mengurus surat pindahnya.
"Gimana? Kamu udah siap berangkat ke sekolah baru kamu?" Tanya Ervin saat melihat Naura yang baru saja keluar dari dalam kamarnya. Naura terlihat begitu cantik saat menggunakan kemeja putih yang di balut dengan jas abu abu press badan, rok diatas lutut dan di padukan dengan sepatu sneakers hitam dengan alas putih, ditambah lagi dengan rambutnya yang digerai semakin menambah kecantikan Naura.
"Naura cantik banget pake seragam itu. Untung kakak ngak salah pilih sekolah kamu." Ucap Ervin menggoda Naura.
"Ih kak Ervin bisa aja. Tapi makasih ya kak udah bantuin Naura biar bisa sekolah lagi."
"Iya sama sama. Ya udah kamu berangkat gih, nanti kamu telat lagi."
"Iya kak, ini Naura mau berangkat kok." Ucap Naura sambil mengambil tas ransel lalu berjalan menuju pintu.
"Ehh tunggu dulu." Ervin merogoh saku jaketnya, setelah menemukan barang yang dia cari, Ervin langsung menyerahkan barang itu pada Naura.
"Ini apa kak?"
"Itu kunci mobil kamu, kamu pake itu buat ke sekolah." Naura langsung kaget saat mendengar ucapan Ervin.
"Ehhh ngak usah kak, Naura bisa naik angkot kok ke sekolahnya ngak usah naik mobil segala. Naura ngak bisa nerima ini kak, maaf." Ucap Naura sambil menyerahkan kembali kunci mobil yang tadi di berikan oleh Ervin.
"Naura udah cukup ngerepotin kakak, mulai dari urus pindahan Naura, urus sekolah Naura, siapin tempat tinggal buat Naura dan sekarang? Kak Ervin mau ngasih mobil? Ngak kak, Naura ngak mau." Ervin langsung mengacak- acak rambut Naura saat mendengar ucapan gadis kecilnya itu.
"Udah berapa kali kakak bilang, Naura ngak pernah ngerepotin kakak. Naura itu udah kakak anggap sebagai adek kandung kakak, jadi ngak papa dong kalo seorang kakak bantu adeknya. Jadi kakak mohon, Naura jangan nolak ya? Kalau Naura nolak kakak bakal marah sama Naura." Ucap Ervin sambil menyilangkan tangannya di depan dada lalu memajukan bibirnya.
Naura langsung tertawa melihat sikap kakaknya itu. Ervin terlihat sangat bijaksana dan juga keras di depan orang lain, namun di depan Naura, terkadang dia bersikap seperti anak anak. Naura langsung memeluk Ervin erat.
"Makasih ya kak udah selalu bantuin Naura. Naura bakal terima mobil pemberian kak Ervin, tapi Naura mohon jangan terlalu manjain Naura lagi ya, Naura mau jadi anak yang mandiri." Ucap Naura masih memeluk Ervin.
"Iya. Tapi kakak ngak janji ya hehhehe." Ucap Ervin yang langsung mendapat cubitan dari Naura.
"Udah ahh Naura mau berangkat, nanti Naura telat lagi."
"Ya udah, kamu hati hati di jalan, nyetirnya jangan ngebut ngebut. Satu lagi, semoga sekolahnya lancar."
"Amin, makasih kak. Naura berangkat ya, bye bye."
***
Saat Naura keluar dari dalam mobilnya, banyak pasang mata yang melirik ke arah Naura. Naura yang sadar sedang menjadi pusat perhatian banyak orang hanya bersikap acuh dan tidak peduli. Naura tetap melanjutkan langkahnya sambil berusaha menemukan ruang guru.
"Wihh gila, cantik bener ni cewek."
"Kayaknya dia siswi baru deh."
"Halo manis,boleh kenalan ngak?"
"Mau abang anter ke kelasnya ngak dek?"
Kira kira begitu ucapan orang orang yang sejak tadi mengganggu telinga Naura. Sepanjang koridor Naura tak menggubris ucapan semua siswa siswa yang sedang membicarakannya. Dia sudah cukup kebal mendengar ucapan ucapan seperti itu sejak dia masih berada di sekolah lamanya.
Sudah cukup jauh Naura berjalan, namun dia belum juga menemukan ruang guru yang dia cari. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang gadis yang dilihat dari seragamnya, dia merupakan siswi di sekolah ini juga, Naura memberanikan diri untuk bertanya kepada orang itu.
"Hai.. maaf gue ganggu. Emm gue mau nanya, ruangan guru di sebelah mana ya? Gue anak baru soalnya." Tanya Naura sopan.
"Ehh halo. Lo udah kelewatan, emmm gimana kalo gue anter aja?" Tawar gadis itu lalu di balas anggukan semangat dari Naura.
Selama perjalanan menuju kantor guru, gadis itu berusaha mengubah suasana akward diantara mereka. Naura menarik kesimpulan bahwa dia gadis humble dan murah senyum.
"Ehh btw, nama lo siapa?" Ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya ke arah Naura.
"Ehh kenalin nama gue Naura Adelia, lo bisa panggil gue Naura. Nama lo siapa?" Tanya Naura sambil menerima uluran tangan gadis itu.
"Halo Naura, kenalin nama gue Icha Kasandra, lo bisa panggil gue Icha atau Caca, hehhehe."
"Ehh udah nyampe nih." Ucap Naura sambil menunjuk sebuah ruangan yang ada tulisan Ruang Guru disana.
"Ohhh thank you Cha. Gue mau masuk dulu ya, dan semoga kita bisa ketemu lagi." Ucap Naura sambil melambaikan tangannya.
"Ok Ra, gue harap juga gitu. Bye bye." Balas Naura sambil membalas lambaian tangan Naura.
Naura masuk ke dalam ruangan itu dengan hati hati. Naura bertemu dengan beberapa guru disana, hingga akhirnya seseorang memanggilnya.
"Kamu siswi pindahan yang dari Bali itu ya?" Tanya salah satu guru disana sambil sibuk membolak balikkan kertas yang ada di tangannya.
"Iya pak. Perkenalkan nama saya Naura Adelia pindahan dari SMA Bali Mandara." Ucap Naura sambil membungkukkan tubuhnya memberi salam.
"Saya lihat dari surat surat dan nilai nilai kamu, kamu cukup pintar dan juga beberapa kali pernah ikut olimpiade ya?"
"Kurang lebih seperti itu pak." Ucap Naura berusaha merendah.
"Hemm kalau begitu kamu bisa masuk di kelas 11 IPA 1, saya rasa kamu lebih pantas duduk di kelas unggulan."
"Baik, terimakasih pak."
"Saya akan mengantar kamu ke ruang kelas kamu, tunggu sebentar ya?"
"Baik pak." Ucap Naura.
Saat guru itu masih sibuk dengan kertas kertasnya, tiba tiba pintu ruangan terbuka dan menaplikan seorang siswa laki laki yang berseragam sama dengan Naura memasuki ruangan. Mata Naura dan laki laki itu saling bertatapan satu sama lain.
"Ehh Alex, kebetulan kamu ada di sini. Bapak mau minta tolong, tolong kamu bawa Naura ke kelas kamu. Kebetulan kalian di kelas yang sama. Dia belum tau arah kelasnya karena dia siswi pindahan di sekolah ini. Saya masih ada kerjaan." Ucap guru tersebut yang entah kenapa membuat hati Naura seakan berteriak kegirangan.
"Baik pak. Ayo." Ucap laki laki yang tadi Naura dengar di panggil dengan sebutan Alex sambil menunjukkan jalan menggunakan lirikan matanya.
"Kalau gitu saya permisi dulu pak." Ucap Naura lalu berjalan mengikuti Alex di belakang.
Sepanjang perjalanan dari ruang guru menuju kelas, Alex dan Naura sama sekali tidak ada yang membuka pembicaraan. Alex dengan gaya cool nya, tangan di dalam kantong celana, kerah tangan yang diangkat setengah lengan, dan wajah datar menambah kegantengannya.