webnovel

I'm Sorry, Love..

Cerita ini berlatar tahun 2007 an. Please, jangan hakimi Erica yaah (gadis 19 th itu). Karena dia bukan Bad Girl, Play Girl, F*ck Girl atau apalah itu. Dia hanya gadis polos yang hanya mengikuti proses pendewasaan hatinya untuk menemukan cinta dalam hidupnya. Dia ga jahat gaess, aseli, sumpah, dia ga jahat. Dia hanya gadis remaja yang kesepian dan ingin mencari kebahagiaan. Dia berlari, untuk sebuah pelarian dari semua problem keluarganya yang broken. # Erica mencoba belajar cinta dengan seorang Ari. # Erica falling in love dengan seorang Rasya. # Erica menggila dengan seorang Vino. What happened to the Love ..??? Baca sampai habiss gaess!! Dijamin lu ga bakal boring sama petualangannya Erica. Happy, Fun, Disappointed, Lies, Regret, Friend Zone, semua Erica rasakan di masa mudanya yang masih bergejolak dan tak tentu arah.

erijunior88 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
21 Chs

Kutunggu Jawabmu

Malam itu, dibawah temaram cahaya rembulan yang indah, berkolaborasi dengan semilir sang bayu yang sesekali menyapa kulit wajah halus Erica, terlihat ia berjalan gontai menyusuri gang menuju kosan, dengan headset yang terpasang di telinganya. Sementara tangan kanannya menggengam ponsel kesayangannya itu.

Pendengarannya sungguh tak terfokus pada lagu yang saat ini sedang terputar di telinganya. Seolah hanya sebagai teman pengiring derap langkah kakinya menuju jalan pulang agar tak merasa kesepian.

Pandangannya nanar, otaknya terbelenggu oleh pertanyaan atas pernyataan Ari yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya. Ia terjebak lamunan sepanjang jalan.

Kaki jenjangnya mulai menapaki anak tangga yang akan mengantarkan dia ke kamarnya. Lamunannya membuat ia tak menyadari bahwa di ujung tangga ada seseorang yang telah menghadangnya.

"Astaghfirullah hal adzim!!" Cletuk Erica dengan muka kaget hingga hedset terlepas dan spontan memegang railing tangga.

"Lebay banget sih lo, kaya liat setan aja." Ujar lelaki yang memakai hoodie berwarna putih di ujung tangga yang tidak lain adalah Vino.

"Sorry Vin, muka lo emang sebelas dua belas sih sama setan." Balas Erica yang masih terlihat mengelus elus dadanya.

"Lagian tolong dong, pencahayaannya ditambah lagi disini! Biar gue bisa bedain mana orang, mana setan?!" Protes Erica kepada Vino, anak si empu nya kosan, dengan menekankan kata terakhir yang sengaja ia tujukan ke arah muka Vino.

"Yee, malah ngeledek dia. Lo nya aja yang dari tadi jalan sambil bengang-bengong ga jelas gitu. Bagus ga kesandung lo." Balas Vino menimpali. Tangan kirinya tampak direntangkan dan memegang railing tangga. Seolah sengaja memblok jalan yang akan dilewati Erica.

"Makan yuk!" Ajak Vino saat Erica mulai mendekat dihadapannya.

"Ga laper. Minggir lo!!" Balas Erica ketus sembari menebas rentangan tangan Vino yang mengahalanginya.

"Eh, Erica tunggu dong. Bagi nomor hp lo sini! Masa kita udah temenan tapi ga tukeran nomor HP sih." Sahut Vino sambil membuntuti Erica.

"Duh, buat apaan sih?? Ga penting juga punya nomor HP lo. "Balas Erica malas.

"Jadi orang ga boleh pelit tau." Balas Vino sembari meraih tangan Erica yang sedari tadi masih menggenggam ponselnya.

Kemudian dengan inisiatif yang tinggi, Vino mulai mengambil ponsel Erica sedikit memaksa dan langsung mendial nomornya sendiri dari ponsel Erica.

Dan seketika nomer Erica pun masuk ke panggilan ponsel Vino. Secepat kilat Vino langsung menyimpan nomor Erica di kontaknya, sambil tersenyum dan mengangkat kedua alisnya ke arah Erica.

Sementara Erica membalas dengan senyuman sarkas seraya menggeleng- gelengkan kepalanya, saat mendapati tingkah temannya yang satu itu.

"Tenang aja, gue ga bakal neror lo pake sms mama minta pulsa kok." Ujar Vino lagi sambil nyengir.

"Jayus banget sih lo. Ga lucu tau ga?! Garing!!" Balas Erica sambil merebut kembali ponselnya.

"Btw, sepi amat ini kosan. Yang lain kemana Vin?" Tanya Erica kemudian sesaat ia menyebar pandangannya.

"Ga tau. Makanya nih tadi gue mau balik. Marcell dan yang lainnya belum pada pulang. Padahal gue laper tau, mau cari temen buat makan. Temenin yuk..!! Nyokap gue lagi ga masak nih." Ujar Vino mencoba merayu Erica.

"Duh, sorry Vin. Gue cape banget nih, mana ngantuk lagi." Pungkas Erica sambil berlalu meninggalkan Vino.

"Ayo dong..please!!!" Kata Vino setengah teriak.

"Bye..Vin!!!" Jawab Erica tak menghiraukan sambil melambaikan tangannya namun tetap membelakangi Vino sembari melangkahkan kaki menuju kamarnya.

"Jiahh, malah pergi dia." Lirih Vino dengan muka ditekuk. Kemudian dia pun memilih beranjak untuk kembali ke rumahnya.

Sedangkan Erica yang sudah memasuki kamarnya, langsung bersiap  mandi. Meskipun sudah malam, namun sisa keringat yang melekat erat pada tubuhnya terasa begitu mengganggunya.

Setelah mandi dan berganti baju, Erica kemudian merebahkan badannya ke ranjang. Mata bulatnya menatap gamang langit-langit kamarnya.

Dia terdiam, ingatannya kembali mengajaknya falsh back pada kejadian sore tadi. Saat dia dan Ari berada di gondola Ancol dimana Ari menyatakan perasaannya.

* Flash back On

"Aku suka kamu. Kamu mau ga jadi pacar aku?"

Ari menatap mata bulat Erica dengan penuh harapan. Sedangkan Erica dibuat tercengang bukan kepalang.

Bagaimana bisa Ari yang baru ia kenal, secepat itu menyatakan perasaan cinta terhadapnya. Dan to be honest, dari lubuk hati Erica yang paling dalam belum tumbuh benih-benih cintanya untuk seorang Ari. Walaupun memang Ari adalah sosok cowok yang bisa dikatakan perfect untuk mengisi, melengkapi hati dan menemani hari - hari Erica. Sungguh, Erica tak tau jawaban apa yang akan dia lontarkan kepada Ari cowok baik hati itu.

"Kamu jangan merasa terintimidasi yah. Kamu ga perlu jawab sekarang. Kamu bisa jawab kapanpun yang kamu mau. Dan apapun jawaban kamu, aku akan terima. Semua demi kebahagiaan kamu."

Ujar Ari setelah mendapati pandangan Erica yang datar dan cenderung bingung. Erica menarik nafasnya untuk mencoba menutupi perasaan bimbangnya.

"Kamu tuh baik banget Ri. Tapi maaf, aku belum bisa jawab sekarang. Aku..aku butuh waktu buat mikir. Secara kita kan baru kenal."

Balas Erica dengan lirih dan sangat berhati-hati karena takut mengecewakan a good boy itu.

"Iya..santai aja. Aku bakalan nunggu kok. Ga usah dipikirin banget yah."

Ucap Ari kemudian, sembari tersenyum dan mengusap-usap pucuk kepala Erica. Erica pun hanya bisa nyengir dan tersenyum palsu untuk menutupi perasaannya.

* Flash Back Off

Erica menghela nafas panjang. Kemudian dia memeluk guling disebelahnya.

"Gue mesti jawab apa dong?!!" Gumamnya dalam hati seraya menguap.

Tak lama kemudian dia mendapati ponselnya bergetar di atas meja samping tempat tidurnya. Erica meraih ponselnya dan membuka sebuah pesan dari nomor yang tak dikenal.

"Blm tidur lo ya? Kok lampunya masih nyala? Vino"

Rupanya Erica mendapat pesan sms dari Vino yang sempat mengintip kamar Erica yang masih terang benderang dari dalam rumahnya.

Dengan muka malas Erica tak menghiraukan pesan itu, malah menggeletakkan kembali ponselnya di meja. Kemudian dia kembali mencoba memejamkan matanya. Karena besok adalah hari Sabtu dimana dia masih harus bekerja setengah hari.

Dia tidak ingin bangun kesiangan. Tak kan mampu baginya untuk menghadapi muka sadis Mba Chica jika sampai dia terlambat. Iya, Mba Chica SPV berdarah dingin itu kini tengah mengintimidasi pikirannya.

Dan tiba-tiba mata Erica terbelalak, ketika mengingat wajah Mba Chica. Seketika dia bangkit dari tidurnya duduk lemas dan mengingat akan sesuatu hal.

"Besok bawa surat dokter yah kalo masuk!!!"

Erica terngiang-ngiang ucapan Mba Chica tadi pagi ketika ia membuat alasan untuk tak masuk kerja.

"Mampus. Gimana nih?!! Bisa-bisa besok gue di usir dari line lagi nih." Gerutunya lirih sambil menggigiti kuku jemarinya.

Dia mulai berfikir keras mencari ide untuk mengatasi masalahnya. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tak terasa gatal dengan kasar menandakan kegelisahan yang terasa sampai ubun-ubun kepalanya.

Namun tak lama kemudian keluar senyum sinis dari bibirnya. Erica meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Halo, Vin..?!!"

*****

Erica terlihat keluar dari sebuah klinik 24 jam.

Senyumnya tersungging, matanya menatap kearah sebuah amplop putih yang dipeganginya. Diikuti Vino yang berada dibelakangnya.

"Thanks banget Vin, untung lo tau klinik yang bisa beli surat dokter. Hehehe. Kalo ga mah, tamat riwayat gue Vin." Ujar Erica sambil terkekeh.

"Pulang yuk Vin!" Ajak Erica kemudian.

"Pulang..pulang. Enak aja lo. Temenin gue makan!" Cletuk Vino sembari mendahului langkah Erica. Kemudian duduk di motor Ninja berwarna hijau kepunyaannya sembari memakai helm full facenya.

"Besok aja deh gue temenin makannya. Gue beneran capek banget nih Vin." Balas Erica yang menghentikan langkah kakinya.

"Bawel lu ya. Kita tuh hidup harus saling menguntungkan. Kaya itu tuh, simbiosis komensalisme. Gue kan udah bantuin lo dapetin surat dokter, sekarang lo temenin gue makan. Ga pake alesan!!!" Vino mulai nerocos.

"Hah?? Simbiosis komensalisme??!! Mutualisme kali Vin. Buakakaakkkk." Ucap Erica sambil terbahak.

"Iya..maksud gue itu. Salah ngomong gue barusan." Kilah Vino dengan muka saltingnya ketika Erica mengoreksi ucapannya.

"Wkwkwk. Ternyata ada yang lebih bego dari gue ya Allah.." Erica masih mencela Vino sambil berjalan mendekatinya.

"Dibilang gue salah ngomong tadi. Cepetan ah, naik! Mau gue tinggalin? Biar pulang naik angkot?" Vino mencoba menutupi rasa malunya karena Erica masih terus menggodanya.

"Iya..iya. Gue naik." Ujar Erica sambil bersiap naik ke motor Vino dengan raut muka yang masih menahan tawa.

"Lo dulu lulus sekolah nyogok yah Vin?!! Kasian banget sih Shasa punya abang yang bego kaya lo. Hahaha." Erica rupanya masih belum puas meledek si Don Juan KW itu.

"Brisik ah!" Ujar Vino kemudian sengaja ngegas motornya sedikit kencang agar Erica berhenti tertawa dan meledeknya. Tubuh Erica pun sempat tersentak dan membentur tubuh punggung Vino.

"Ih, pelan-pelan Vin." Teriak Erica sambil menggebuk punggung Vino. Motor Vino pun melaju kencang menyisakan asap knalpot di halaman klinik itu.

*****

Jakarta belum tidur. Itulah mungkin gambaran dari salah satu tempat kuliner, dengan warung tenda yang berderet lengkap dengan berbagai ragam pilihan makanan yang Erica dan Vino sambangi.

Walaupun malam sudah mulai larut namun suasana ramai pengunjung masih terlihat pada malam itu. Samar-samar terdengar juga nyanyian dari musisi jalanan yang ikut memeriahkan tempat kuliner yang berada dipinggiran trotoar itu.

"Katanya tadi ga laper?! Tapi lahap gitu makannya." Ujar Vino kepada Erica disampingnya, yang tengah asik menyantap sate padang menu pilihan Erica dan Vino.

"Biar cepet." Balas Erica singkat tak menoleh wajah Vino.

"Yaelah buru-buru amat sih. Tar keselek tusuk sate loh." Vino kembali menimpali.

"Gue dikejar deadline." Cetus Erica kembali.

"Deadline apaan? Udah malem gini." Tanya Vino lagi.

"Deadline mimpi di pulau kapuk." Balas singkat Erica.

"Jiahh..tidur mulu otaknya." Ujar Vino sambil tertawa kecil.

"Btw, tadi gimana acara lo di Dufan? Seru? "Vino mulai membuka obrolan.

"Seru buangett dong, kan sama kesayangan." Balas Erica dengan senyum sombongnya sengaja memanas-manasi Vino.

"Masa sih? Kok tadi pas pulang mukanya murung gitu." Vino dengan kebawelannya mulai mengitrogasi Erica.

"Ohh..tadi?!! Itu..anu, pacar gue tadi pas pulang dari Ancol ga enak badan gitu. Jadi gue kepikiran dia aja. Makanya gue minta tolong lo kan, buat anter ke klinik." Erica mulai ngarang bebas menjawab pertanyaan dari Vino.

"Oooo..." Balas Vino sambil manggut-manggut.

"Lo perhatian banget yah sama cowok lo?" Tanya Vino lagi penasaran.

"Ya iyalah. Gila lo. Kaya ga pernah pacaran aja sih lo Vin. Lo kalo cewek lo sakit pasti kepikiran juga kan? Pake nanya lagi." Balas Erica yang sok berpengalaman dalam urusan berpacaran. Padahal jadian aja belum.

"Gaya banget sih lo Erica." Ujar Vino sambil tertawa kecil.

"Ehm...Vin dulu lo waktu nembak cewek lo gimana Vin?" Erica berdehem, kemudian mulai gantian mengintrogasi Vino dengan pandangan yang serius.

"Wahh panjang ceritanya." Jawab Vino singkat.

"Ya..jawabnya dipersingkat aja." Balas Erica melihat serius kearah Vino sambil menopang dagunya.

"Gue dulu nembak cewek gue, tiga kali baru diterima. Itupun pake di training dulu." Vino mulai bercerita sambil masih melahap makanannya.

"Hah?? Maksudnya di training?" Tanya Erica yang ga mengerti maksud Vino.

"Jadi dulu waktu sekolah, Fika sebenernya ga suka sama gue. Dia sukanya sama kakak kelas kita dulu. Tapi karena gue usaha terus buat ngeyakinin dia, akhirnya dia kasih kesempatan gue jadi pacarnya. Walaupun awalnya dia ga ada perasaan cinta sama gue. Tapi lama kelamaan akhirnya jadi dia yang cinta mati sama gue sampe sekarang." Ujar Vino sambil tertawa diujung kalimatnya.

"Oooo..." Balas Erica lirih masih menopang dagunya. Lalu dia terdiam dan memikirkan sesuatu.

"Vino yang modelannya kaya gitu aja dikasih kesempatan sama pacarnya, yang awalnya ga cinta sama sekali sama dia. Apa gue juga harus kasih kesempatan buat Ari?!! Siapa tau perlahan- lahan gue bakal bisa sayang sama dia.

Apalagi dia orangnya baik banget. Kayanya gue juga ga bakal tega ngecewain orang sebaik dia.

Tapi bagaimana kalo gue udah kasih kesempatan tapi gue tetep ga cinta sama dia..?????"

Erica nampaknya mendapat sedikit pencerahan setelah sharing dengan Vino. Walaupun masih ada sedikit keraguan dihati dia. Lalu apakah Erica akan menerima cinta Ari??!!

Pantas memang aku dipanggil "si bego".

Menjawab pernyataan cinta saja, rasanya seperti mengerjakan ulangan.

Harus mencari contekan.

-Erica-

Bersambung...