webnovel

I'm Sorry, Love..

Cerita ini berlatar tahun 2007 an. Please, jangan hakimi Erica yaah (gadis 19 th itu). Karena dia bukan Bad Girl, Play Girl, F*ck Girl atau apalah itu. Dia hanya gadis polos yang hanya mengikuti proses pendewasaan hatinya untuk menemukan cinta dalam hidupnya. Dia ga jahat gaess, aseli, sumpah, dia ga jahat. Dia hanya gadis remaja yang kesepian dan ingin mencari kebahagiaan. Dia berlari, untuk sebuah pelarian dari semua problem keluarganya yang broken. # Erica mencoba belajar cinta dengan seorang Ari. # Erica falling in love dengan seorang Rasya. # Erica menggila dengan seorang Vino. What happened to the Love ..??? Baca sampai habiss gaess!! Dijamin lu ga bakal boring sama petualangannya Erica. Happy, Fun, Disappointed, Lies, Regret, Friend Zone, semua Erica rasakan di masa mudanya yang masih bergejolak dan tak tentu arah.

erijunior88 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
21 Chs

Help Me, Love..

Pagi itu, Erica kembali menjalankan rutinitasnya di pabrik tempat ia bekerja. Setelah kemarin sempat absen sehari karena sakit (katanya sih begitu, tapi boong ding).

Seperti biasa, di meja quality control line 5, dia bergabung dengan team Bhinneka Tunggal Eka-nya yang hari ini komplit personilnya yaitu Diana, Nia, Ibet, dan Susi.

"Awakmu ngopo ra masuk wingi cuk?" Tanya Susi kepada Erica dengan bahasa Jawa asal mereka berdua.

"Sakit aku Sus." Balas Erica singkat sambil mengambil sehelai baju untuk dia check.

"Bahh..sakit apa kau? Bisa bareng gitu sama Novie. Kemarin katanya Novie juga tak masuk karena sakit. Sehati kali rupanya kau sama si begeng itu." Diana menimpali dengan logat Medan nya yang khas.

"Janjian kali lo ye? Ngaku aje deh lo jamblang!" Tambah Ibet from betawi.

"Ga mpok. Gue aja ga tau kalo Novie kemarin ga masuk." Erica berkilah.

Tak lama kemudian muncul penampakan Mba Chica, SPV dangerous yang kali ini membuat detak jantung Erica berdegup lebih cepat dari biasanya.

"Briefing bentar yah. Gue mau kasih pengumuman!!" Cetus mba Chica kemudian. Para buruh pabrik pun mulai berkumpul dan mendekat kepada Mba Chica.

"Pengumuman apa yah?" Tanya Erica dalam hati penasaran. Terlintas sedikit kecemasan takut kalau pengumuman itu berkaitan dengan masalah izin ga masuk nya kemarin. Parno banget yah Erica 😂

"Gini yah, pabrik kita kan lagi dikejar deadline untuk ekspor hari Senin besok. Berhubung kita lagi keteter banget, jadi hari ini kita akan adakan long shift sampai semuanya selesai. Karena besok kan hari Minggu. Jadi kita ga ada waktu lagi. Tapi ga semua ikut yah, nanti bakal gue pilih siapa aja yang ikut long shift per bagiannya." Ujar Mba Chica menjelaskan.

(Long shift adalah penambahan waktu jam kerja, terkait upaya pemenuhan target industri.)

Kemudian SPV killer itu mulai menyebutkan satu persatu staff yang akan ikut long shift dimulai dari bagian Sewing, Ironing, Packing, lalu dilanjutkan bagian Quality Control.

"Untuk quality control line 5 yang ikut long shift, Diana, Susi, dan..?!! Erica." Ujar mba Chica. Mendengar namanya disebut, Erica langsung mengernyitkan alisnya dan menghela nafas panjang.

"Ya Ampun, padahal gue capek banget nih. Kemarin habis ikut gathering, terus semalem juga jadinya begadang gara- gara makan sama Vino. Berat banget hari ini Ya Allah."

Erica berkeluh kesah sendiri dalam hati sambil menunduk dan menekuk mukanya.

"Kenapa Erica? Kamu keberatan?" Cletuk Mba Chica layaknya pakar ekspresi yang memperhatikan mimik muka Erica yang terlihat lesu dan tak bersemangat. Erica lantas menegakkan kembali wajahnya dan langsung menutupi perasaannya dengan senyum palsunya.

"Ga kok Mba. A-aku siap." Ujar Erica sambil mengangkat jempolnya sambil nyengir kuda.

"Bagus." Jawab Mba Chica singkat.

"Untuk tim QC line 5 nanti aku kasih helper buat bantu buang benang yah. Nanti si Novie helper nya. Tapi kalo pas long shiftnya dimulai aja yah. Soalnya sekarang dia masih bantuin tim cutting dulu." Kata Mba Chica lagi.

Diana dan Susi mengangguk menandakan mengerti akan instruksi Mba Chica. Sementara Erica seketika mengembangkan senyum dari bibirnya, ketika mendengar nama sohibnya juga masuk daftar staff yang ikut long shift.

"Mampus si Novie, dia kena long shift juga. Akhirnya gue ada temennya juga." Ujar Erica dalam hati sembari terkekeh.

"Tadi manyun aja. Giliran disebut nama temennya langsung cengar-cengir lo. Awas aja yah kalo nanti kerjanya jadi ga fokus. Gue pindahin lagi lo ke line 6." Mba Chica mencoba memperingatkan Erica yang terlihat senyam-senyum sendiri.

"Ga Mba Chica. Aku bakal serius kok kerjanya. Hehehe." Balas Erica sambil tertawa kecil.

"O iya, mana surat dokter lo?" Mba Chica mulai menagih janji Erica.

"Ada nih Mba." Kata Erica sambil merogoh saku belakang celananya. Kemudian ia segera menyodorkan surat dokter beramplop putih yang sudah ia beli bersama Vino semalam kepada Mba Chica. Layaknya seorang detektif Mba Chica mulai melihat surat dokter Erica dengan seksama.

"Asli ga nih?" Tanya Mba Chica dengan senyum sarkasnya.

"Asli dong Mba, masa aku bohong." Balas Erica tersenyum kikuk sambil menggaruk leher belakangnya yang tak terasa gatal.

"Sial nih Mba Chica, detail banget lagi nanya nya." Ujarnya dalam hati.

"Kompak kamu yah sama Novie. Kemarin dia juga ga masuk loh. Sakit juga katanya." Cibir Mba Chica.

"Ohh..kalo itu aku ga tau Mba." Ujar Erica, pura-pura bego, sambil menggigit bibirnya.

"Hemm..masa sih ga tau?" Sindir Mba Chica sambil mengangguk-angguk masih dengan senyum sarkasnya.

Namun kemudian ia menutup kembali amplop surat dokter Erica. Rupanya dia tak mau memperpanjang masalah ketidakhadiran Erica kemarin yang sebenarnya sedikit mencurigakan baginya. Karena baginya deadline target ekspor adalah prioritas utamanya saat ini.

"Ok. Udah jelas briefing hari ini yah. Untuk yang ikut long shift harus semangat. Jangan ngedumel. Kerja itu harus ikhlas biar hasilnya juga berkah. Lagian kan hari ini gajian, jadi harus makin semangat dong kerjanya." Ujar Mba Chica memberikan supportnya.

"Baik Mba.." Jawab para buruh serentak.

"Good! Udah, sekarang pada balik kerja lagi yah. Jangan kebanyakan ngobrol sama bercanda. Biar bisa cepet kalian pulangnya." Pungkas Mba Chica.

Seketika para buruh langsung bubar menuju bagian masing-masing untuk melanjutkan tugas dan kewajiban mereka demi mendapatkan cuan.

*****

Pukul 17:00 WIB

Erica dan rekan satu tim nya masih berjibaku dengan tumpukan baju hasil produksi di meja quality control yang siap mereka check kualitasnya.

Semakin lengkap dengan kehadiran Novie yang berada disana untuk membantu proses buang benang. Namun sesuai ultimatum Mba Chica, Erica dan Novie nampak menunjukkan professional kerja mereka dengan tetap fokus berkerja dan tidak kebanyakan mengobrol. Meskipun terkadang sesekali mereka mencuri kesempatan bercanda saat Mba Chica tidak ada di area produksi.

"Kak, gue ke toilet dulu yah." Pamit Erica kepada Diana rekan seniornya.

"Iya Erica." Balas Diana singkat.

Erica pun lantas meninggalkan tempat kerjanya menuju ke toilet. Rasa lelah dan kantuk seolah menuntun langkah kakinya menuju ke sebuah wastafel untuk memabasuh mukanya. Beberapa kali dia terlihat membahasi wajah dan menepuk-nepuk mata nya dengan air untuk menghilangkan rasa kantuk luar biasa yang dirasakannya saat ini.

Ketika sedang asik bercuci muka, tiba-tiba terasa getaran dari ponsel Erica yang ada di kantong celananya. Erica lantas mengambil tisu untuk mengelap tangannya yang basah lalu kemudian mulai merogoh ponselnya. Matanya tertuju pada sebuah panggilan dari Ari yang tampak di layar ponselnya.

"Halo." Jawab Erica singkat.

"Halo Erica, kamu lagi dimana?" Balas Ari diseberang telfon.

"Aku dikerjaan Ri." Balas Erica.

"Dikerjaan? Bukannya kalo Sabtu kamu pulang jam satu?" Balas Ari keheranan.

"Iya nih, aku lagi long shift Ri. Soalnya pabrik aku lagi kejar target buat ekspor." Erica mencoba menjelaskan.

"Ya ampun..kasian banget sih. Kamu pasti cape banget yah. Kamu udah break?" Tanya Ari penuh perhatian.

"Tadi siang sih udah break. Nanti second break lagi jam enam sekalian sholat Maghrib." Ujar Erica sambil menggiti kukunya yang menjadi kebiasaan isengnya.

"Oh, bentar lagi dong yah? Kamu jangan lupa makan yah, biar ga sakit." Kata Ari dengan suara lembutnya.

"Iya Ri. Thanks yah." Balas Erica.

"Nanti kabarin aku yah, kalau mau pulang. Nanti biar aku jemput." Ujar Ari lagi.

Erica mulai resah, dia menggigit bibir bawahnya, kemudian menggaruk kepalanya. Matanya menerawang ke awang-awang. Rasanya dia masih tak siap bertemu Ari kembali. Karena dia masih belum punya jawaban untuk pernyataan cinta Ari.

"Ehmm..kayanya ga usah deh Ri. Karena aku juga ga tau pulang jam berapa. Kata SPV aku sih kita pulangnya nanti kalau udah kelar semua. Belum tau kelarnya jam berapa. Lagian dari pabrik nanti juga ada mobil jemputan kok buat nganter karyawan pulang." Ujar Erica menjelaskan sekaligus mencari alasan.

"Ohh gitu.." Balas Ari.

"Iya Ri. Gapapa kan?" Tanya Erica memastikan Ari tidak kecewa atas penolakan halusnya.

"Iya gapapa sih, yang penting bener kan ada mobil pabrik yang anter kamu pulang? Aku ga tega aja. Takut kalau kamu nanti pulangnya kemaleman." Ucap Ari dengan segala kekhawatirannya terhadap cewek yang dia cintai.

"Iya Ri, beneran kok. Kamu santai aja yah." Balas Erica dengan nada yang lebih ceria agar Ari berhenti mengkhawatirkannya.

"Oke kalo gitu." Balas Ari.

"Yaudah, aku balik kerja lagi yah Ri." Ucap Erica.

"Oke, bye Erica. Semangat yah kerjanya." Ujar Ari menimpali.

"Thanks Ri. Bye.." Pungkas Erica, mengakhiri.

Gadis belia itu pun kembali melangkahkan kakinya kembali ke habitatnya di meja Quality Control line 5.

*****

* a few moment laters

Erica, Novie, Diana, Susi terlihat berada di kantin untuk menjalani second break. Selain mereka berempat, ada juga Amel dan Tya yang merupakan tim bagian packing yang ikut bergabung satu meja dengan mereka.

Suasana kantin saat itu tak seramai biasanya, karena sebagian buruh pabrik lainnya sudah pulang terlebih dahulu dan hanya menyisakan para pejuang long shift, yang salah satunya adalah Erica. Mereka tampak asik menikmati makanan yang mereka pesan diselingin dengan obrolan yang santai dan candaan untuk sejenak melepaskan penat dan rasa lelah mereka.

"Sedih banget ga sih coy, malem minggu gini bukannya pacaran, malah nglembur dimari." Ujar si Amel, salah satu karyawan bagian packing yang terkenal centil, bucin dan selalu membanggakan pacar dan kisah asmaranya.

"Ga pacaran sehari ga mati kali Mel." Cletuk Susi dengan logat ngebas khas Jawa Timur.

"Ga mati sih emang, tapi gue kasian sama mas Bram. Pasti dia malam minggu nya kelabu ga ada gue. Tadi aja dia sedih banget pas tau kalo gue long shift. Soalnya tadi tuh kita niatnya mau nonton. Dia kan cinta mati banget sama gue. Gue aja sampe heran. Padahal Mas Bram itu kan tajir tau, tanahnya berhektar-hektar, kontrakannya berpuluh-puluh pintu, tapi ga tau kenapa dia secinta itu sama gue. Mungkin karena kecantikan gue kali yah??!!" Amel mulai nerocos membuat perut teman-temannya seketika terasa mual.

Krik...krik..krik...

Tak satupun sautan terdengar dari Erica, Novie, Diana, Susi, dan Tya. Karena memang mereka sudah bosan dengan cerita Amel yang selalu menyombongkan pacar dan kisah asmaranya. Hanya berbagai macam ekspresi yang terlihat dari wajah mereka.

Erica hanya tersenyum-senyum kecil melihat tingkah Amel. Novie memalingkan mukanya sambil mengeluarkan lidahnya, seolah ingin muntah dengan ocehan Amel. Diana mengkorek-korek kupingnya seolah dia pura-pura tak mendengar ucapan Amel yang sebetulnya sudah sering dia lontarkan. Susi terlihat menguap palsu. Dan Tya memilih fokus menyantap makannanya dan tak menggubris perkataan temannya itu.

"Hellooo..kalian denger ga sih gue lagi ngomong?" Ujar Amel saat tak mendapati tanggapan dari teman-temannya.

"Iya Amel cantik, kita denger kok. Udah makan dulu yah, kasian mie rebus lo melar tuh. Udah berubah jadi spaghetti kayaknya." Jawab Erica mencoba mengalihkan Amel supaya berhenti membual.

"Tau ngomong mulu ga cape apa?" Gerutu Novie yang duduk di samping Erica.

"Yee..kalian sirik yah sama gue." Ujar Amel dengan kepercayaan dirinya yang setinggi langit, membuat Novie terperanjat dan ingin menimpali kembali, namun Erica spontan mencolek pinggang Novie mengodekan untuk tidak meladeni. Dan Novie membalas memonyongkan bibirnya ke arah Erica.

Erica hanya tersenyum kemudian ia meniup-niup segelas susu cokelat panas yang ada dihadapannya.

Tak lama kemudian terlihat pak Rudy, security pria yang memasuki area kantin. Dia menyebar pandangannya. Kemudian terhenti pada satu sosok yang dilihatnya.

"Erica! Ada yang nyariin tuh di pos satpam." Teriak pak Rudy yang berada di depan pintu kantin.

"Saya Pak?" Tanya Erica sedikit bingung.

"Iya kamu lah. Emangnya nama Erica ada lagi disini selain kamu?" Balas Pak Rudi.

"Siapa yah?" Ujar Erica berbisik kepada Novie dengan tampang bingungnya. Novie hanya mengangkat kedua bahunya tanda tak tahu.

"Namanya Ari." Cetus Pak Rudi yang membuat Erica tercengang sejadi-jadinya dan tak bergeming bak patung Liberty.

*****

Erica berjalan mengekori pak Rudi keluar dari pabrik menuju pos satpam.

"Ari ngapain sih nyamperin kesini? Gumamnya dalam hati.

"Jangan lama-lama yah Erica. Ini karena kamu lagi break aja nih. Jadinya saya izinin." Ujar pak Rudi memperingatkan.

"Iya pak, tenang aja." Balas Erica sambil tersenyum. Kemudian Erica mulai mendekati Ari yang sudah menunggunya.

"Ari kamu ngapain kesini? Aku kan belum pulang tau." Ujar Erica sesampainya dihadapan Ari.

"Kamu lagi break kan? Aku bawain kamu Mcd nih, kesukaan kamu. Ada susu sama vitamin juga. Diminum yah biar besok ga drop kamu." Ujar Ari sambil menyodorkan bungkusan berisi makanan bawaanya. Erica menatap Ari datar. Kemudian dia menghelas nafas karena merasa tak enak hati.

"Ya Ampun Ri." Ujar Erica lirih sembari menggigit bibir bawahnya.

"Udah, diterima yah." Ujar Ari lembut dengan senyum manis yang tersungging dari bibirnya.

Erica masih diam menatap Ari dengan tatapan penuh simpati. Kemudian dia meraih bungukusan makanan yang disodorkan Ari.

"Thanks banget yah Ri. Aduh, aku jadi ga enak banget nih sama kamu." Ujar Erica lirih.

"Santai aja Erica. Aku ga pengen liat kamu sakit karena kecapean." Balas Ari dengan tatapan teduhnya.

"Aku udah biasa kok kerja kaya gini. Kuat kok aku Ri. Makasih banget yah." Ucap Erica yang semakin salah tingkah dan terintimidasi dengan ucapan Ari. Ari mengangguk sambil tersenyum.

"Yaudah aku pulang yah." Pamit Ari sambil mengenakan helm nya.

"Ari, sorry yah, aku belum bisa kasih jawaban.." Belum selesai menjawab Ari yang terlalu peka memotong ucapan Erica.

"Santai aja. Kan aku udah bilang kemarin, kalau aku bakal nunggu. Dan yang tadi bukan sogokan biar kamu terima aku jadi pacar kamu loh. Ini adalah bentuk perhatian kecil untuk orang yang aku sayang." Ujar Ari lembut sambil tersenyum, membuat hati Erica semakin meronta.

"Masuk gih. Nanti dimarahin loh kalau kelamaan." Ujar Ari kembali. Erica mengangguk.

"Bye Erica. "Pungkas Ari. Erica membalas dengan senyum dan lambaian tangan ke udara.

"Hati-hati Ri!" Seru Erica. Diikuti deru motor Ari yang mulai melaju meninggalkan Erica. Sesaat Erica masih terdiam.

"Ini adalah bentuk perhatian kecil untuk orang yang aku sayang." Ari said.

Di dalam keheningannya Erica kembali terngiang-ngiang perkataan Ari yang semakin membuatnya galau sejadi-jadinya.

"Bagaimana aku bisa menolak?

Jika tatapan, ucapan, dan perbuatannya selalu mengintimidasi hati dan pikiran.

Meskipun belum ada perasaan cinta yang mengetuk hati, tapi sungguh, aku akan merasa menjadi seorang pendosa jika harus mengecewakan orang sebaik dia."

-Erica-