webnovel

3- Varel Bolos

"Yaudah deh, gue sama Rio balik dulu ya Rel, Mommy gue dah spam chat banyak banget minta dibeliin nasi Padang dia." ucap Satria yang tengahengenakam kembali Hoodie baru milikknya.

Varel hanya diam, bukanya tak sopan atau bagaimana, mereka bertiga ini adalah sohib semenjak SD, jangan ditanya sejauh mana merek tahu sikap satu sama lain.

"Balik dulu Rel, Key," ucap Rio yang juga menyapa Keyvan yang masih memakan sisa-sisa Cheesecake.

"Iya bang Rio, bang Sat! Hati-hati." ucap Keyvan dengan senyuman manis.

Seusai Rio dan Satria pulang, rumah itu menjadi kosong, sepi bak rumah hantu di film horror yang dihuni para mahluk astral, ok cukup.

"Bang, Key mau ke kamar dulu ya, mau ngerjain PR Key sama PR abang-abang." izin Key sambil membawa piring kotor untuk ia x

cuci terlebih dahulu.

Varel hanya berlaku dengan wajah datarnya, tak menjawab atau menghiraukan apapun yang dikatakan adiknya. Varel menutup pintu kamarnya keras sekali, rasanya jika pintu itu bisa bersuara, maka pintu itu akan berteriak dan memaki Varel habis-habisan.

"Hmmm... Tak apa Key, mungkin Bang Varel sariawan, makanya dia tak menjawabmu." ucap Key yang sedang mencoba menghibur dirinya sendiri.

Segera setelah selesai degan cucian piringnya dan kemudian semua PR yang harus Key kerjakan, Key memikih untuk langsung mengistirahatkan dirinya.

"Bunda..." saat akan memejamkan matanya, sosok wanita cantik yang menjadi cinta pertamanya muncul. Bunda Key yang sudah menjadi bintang di atas sana.

"Key kangen banget sama Bunda..." Key mematikan lampu di kamarnya dengan remot, iyalah, Key orang kaya rumah aja bisa di remot.

"Kapan ya Key bisa ketemu Bunda sama ayah?" gumam Key dengan tidur bergelung sambil memeluk foto keluarganya.

"Semoga nanti pas Key merem, bunda mampir ya ke mimpinya Key."

"Selamat malam bunda, ayah... Kak Varel juga." ucap Key sambil mengecup foto masing-masing keluarganya dan kemudian tertidur dalam damai.

.

.

Pagi itu Varel yang bangun kesiangan mood nya seratus persen hancur, bahkan Key yang tak melakukan apa-apa terkena imbasnya.

"Cepet elah! Lo lelet banget!" Varel memarahi Key yang sedang berusaha secepat mungkin mengikat tali sepatunya.

Namun Varel justru memarahi dan memandang tajam dirinya membuat Key menjadi gugup dan takut di saat bersamaan.

"Astaga! Lo bisa pake sepatu gak sih?!" Karena saking tak sabarnya, akhirnya Varel berlutut dan menali tali sepatu adik ya dengan sangat kencang, dan segera setelahnya dia menarik kasar tangan Key untuk masuk ke dalam mobilnya.

Di dalam mobil, ekspresi wajah Verel sungguh sangat mendung! Bahkan rasa-rasanya Key bisa melihat kilatan petir di sana.

"Bang..." panggil Key setelah lima belas menit hanya terdiam.

Jangan berharap lebih, mana mungkin Varel akan menanggapi panggilan dari adiknya itu. Varel kan penghuni kutub, dingin, mengerikan. Bisa habis di makan jika nekat memancing emosinya lebih jauh, maka dari itulah Key memilih untuk diam.

"Turun!" bentak Verel saat mereka sudah sampai di parkiran sekolah.

Key mengangguk, dia membenarkan kaca mata bulat tebal yang ia pakai dan menyodorkan tangannya kepada Verel.

"Mau Salim bang," ucap Key polis seperti biasanya.

"Ogah. Dah buruan turun!" Verel menepis tangan Key dan dengan tatapan super datar dia melepaskan seat belt yang Key kenakan dan membuka pintu mobil agar Key segera turun.

Key sedih, walau galak dan mengerikan tapi biasanya kakaknya itu tak pernah menolak tangannya untuk disalimu oleh Key.

Dengan sedih Ket turun dan melangkahkan kakinya menuju ke kelas. Dia menoleh ke belakang dan mendapati jika Varel langsung tancap gas dan meninggalkan sekolah.

"Loh? Abang bolos?" tanya Key pada dirinya sendiri.

Kringg

Belum sempat Key berucap lebih banyak, bel sekolah sudah berbunyi.

Daripada di hukum karena telat masuk kelas Pak Arya si guru Fisika yang terkenal killer satu SMA, lebih baik Key mempercepat langkahnya.

"Duh.. Pak Arya masuknya cepet banget!" gumam Key yang mengintip dari balik pintu kelasnya yang sudah tertutup.

Jika begini sudah pasti Key akan di hukum. Tak akan lari mengitari lapangan sepuluh kali, kalian kan tahu kondisi Key yang cacat, semua guru di sekolah ini juga tahu.

Tok

Tok

Tok

Key mengetuk pintu kelasnya tiga kali dan setelahnya ia masuk dengan menundukan kepalanya.

"Telat!" ucap Pak Arya,guru dengan kumis tebal dan perut gendut.

"Ma-af pak, Key sama bang Varel kesiangan..." ucap Key apa adanya tanpa berbohong.

"Nah bener. Varel dimana? Dia tak ikut denganmu?!" tanya Pak Arya.

"Oh? Iya pak, tadi bang Varel langsung pergi lagi, pas Key mau kejar mobilnya Key baru inget kalau kaki Key cacat, Key gak bisa lari dan belnya juga udah bunyi tadi." cerita Key dengan sangat polosnya.

Pak Arya menggelengkan kepalanya, dia akhirnya membiarkan Key untuk masuk tanpa hukuman.

"Yasudah. Duduklah." ucap Pak Arya, Key mengangguk dan tersenyum cerah, "terima kasih pak!"

Saat Key melihat dengan jelas, ternyata tempat duduknya sudah terisi oleh seorang gadis.

"Kak? Ini tempat duduk Key," ucap Key yang memang bahasanya mirip anak polos minta di culik.

"Sini,". si gadis menunjuk bangku pojok, dia bahkan berdiri agar Key bisa masuk dan duduk.

"Ah, gue murid baru, baru tadi nih. Gue duduk sini ya, soalnya di belakang horror..." ucap si gadis sambil melirik ke arah cowok-cowok yang memang mata keranjang.

"Oh begitu, boleh kak! Boleh banget!" ucap Key dengan senyuman baby nya.

"Thanks!"

"Iya... Nama kakak siapa?"

"Clarissa,"