webnovel

Kamu Lagi?

"Jangan nangis aku tidak punya permen," celetuk Logan membuat si cewek yang ada di pelukannya mendongakkan kepalanya.

"Kamu pikir aku anak kecil yang nangis terus mintanya permen?" protesnya membuat Logan terdiam.

"Tunggu, aku seperti mengenali suara itu?" batin Logan.

"Kalau bukan karena karena karier, tidak sudi aku menjalin hubungan dengannya," gerutunya semakin membuat Logan keheranan.

Wanita yang ada di dalam pelukannya Logan, seketika tersadar sedang berada di pelukannya orang asing. Sedikit memundurkan langkahnya untuk menjaga jarak, supaya dapat melihat lebih jelas laki-laki yang baru saja dipeluknya.

"Mata itu?" batin Logan.

"Terima kasih kamu sudah meminjamkan sapu tangan untukku, aku akan mengembalikannya kalau kita bertemu lagi," ujarnya sembari tersenyum walaupun dari balik masker yang dikenakannya.

"Ah benar dugaanku, dia Rachel." batin Logan.

"Eh sepertinya aku pernah melihat kamu? Tapi kira-kira di mana, ya?" ujarnya sembari mengingat-ingat kembali.

Logan pergi begitu saja dari hadapannya Rachel, ia juga tidak mengerti kenapa bisa bertemu lagi dengan wanita yang pernah disukainya zaman sekolah dahulu.

"Eh kamu mau pergi ke mana? Aku belum tahu siapa nama kamu?" panggil Rachel yang hendak mengejar laki-laki yang meminjamkannya sapu tangan, namun laki-laki itu sudah cepat menghilang.

"Aihh pergi ke mana laki-laki itu? Kenapa jalannya cepat sekali?" heran Rachel sembari membuka maskernya yang basah.

Rachel memutuskan untuk kembali ke kamarnya, rencananya ia ingin liburan diam-diam namun laki-laki yang berstatus sebagai pacar pura-puranya, selalu saja bisa menemukan di mana dirinya berada.

"Bisa-bisanya aku tadi memeluk laki-laki, yang bahkan aku tidak tahu siapa namanya?" ujar Rachel sembari mengistirahatkan tubuhnya di atas ranjang.

"Mr.L? Siapa dia?" gumam Rachel setelah melihat nama yang tertulis di bagian ujung sapu tangan.

Rachel sudah meminta managernya, untuk mengaturkan jadwal liburnya selama satu minggu ke depan, tidak ada pekerjaan apapun yang harus ia terima saat ia mengambil cuti.

"Aku pengen kali ini liburan dengan tenang, aku tidak ingin berurusan lagi dengan kehidupan yang penuh kepura-puraan di luar sana," ujar Rachel sembari menghembuskan nafas beratnya.

Logan tidak menyangka bisa bertemu dengan Rachel kembali, sebelumnya mereka bertemu di supermarket dan kali ini mereka bertemu secara tidak sengaja kembali dan kali ini bertemu di Lombok. Logan berpikir bahwa wanita tersebut juga menginap di hotel yang sama dengannya, kalau wanita itu tidak menginap di hotel yang sama tidak mungkin Rachel berada di parkiran satu tempat dengannya.

"Papa, kenapa lama sekali? Dari mana saja?" tanya Andi begitu melihat sang papa memasuki kamar.

"Ah maaf ya, tadi papa ngambil dompet sama tas dulu di dalam mobil. Ada apa kamu nyariin, Papa?" ujar Logan sembari menghampiri adik kesayangannya, yang duduk di atas sofa sambil menonton televisi.

"Aku pengen makan ice cream boleh, tidak?" pinta Andi membuat Logan terkekeh.

"Kamu itu kenapa suka sekali makan es krim, sih? Padahal itu bisa bikin kamu pilek? Apalagi kamu kalau sudah makan es krim tidak cukup cuma 1 biji doang?" tegur Logan membuat Andi mengerucutkan bibirnya.

"Tapi aku haus, pengen makan es krim?" rengek Andi.

"Kalau haus itu minum air putih yang banyak, bukan malah makan es krim. Jangan terlalu banyak makan es krim nanti bisa gemuk," tegur Logan membuat Andi berpikir.

"Jadi makan es krim bisa bikin gemuk?" tanya Andi.

"Bisa sayang, itu sebabnya jangan terlalu banyak makan es krim," jelas Logan sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Ada apa ini?" celetuk sang oma yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Andi, tadi minta dibeliin es krim," ujar Logan.

"Sudah malam, masa mau makan es krim? Besok saja makan es krim ya sayang, kalau malam-malam begini lebih baik minum yang hangat-hangat," nasihat sang oma.

"Ya udah deh makan ice krim besok saja, tapi double hehe," pinta Andi membuat Logan dan sang oma terkekeh.

"Sekarang ayo tidur, kamu mau tidur di ranjang siapa? Sama papa atau sama, Oma?" tawar Logan.

"Emm aku mau bobo sama papa saja," ujar Andi kemudian mematikan televisinya dan bergabung bersama papa tercinta.

Keesokan harinya Logan membawa keluarganya, untuk melihat matahari terbit di pinggir pantai. Anak kecil mana yang tidak menyukai bermain pasir di pantai, hal itu juga yang dirasakan oleh Andi.

"Papa, aku mau di kubur pasir kayak anak itu," tunjuk Andi pada anak-anak seusianya yang bermain pasir bersama orang tuanya.

"Boleh, sini papa kubur kamu. Tapi jangan menangis kalau bajunya kotor," tegur Logan.

"Emm bajuku jangan sampai kotor, gimana kalau enggak usah pakai baju aja? Biar enggak kotor," ujar Andi.

"Eh jangan, nanti kulit kamu gatal-gatal. Pakai baju saja, nanti kalau kotor tinggal dicuci." Logan menyuruh adiknya agar duduk dengan kaki berselonjor, baru setelahnya ia kubur dengan pasir kakinya.

"Ihh geli haha tapi enak," girang Andi.

Sedangkan sang oma, hanya duduk sembari memakan cemilan dan melihat dua cucunya bermain pasir. Kebahagiaan yang sungguh tidak terkira melihat keluarganya tertawa bahagia, walaupun kebahagiaan mereka tidak lengkap lantaran tidak ada orang tua yang bersama mereka, namun Logan selalu berusaha menjadi figur orang tua untuk adik kesayangannya.

"Jangan banyak-banyak ngubur pakai pasir, nanti tidak bisa gerak," tegur sang oma.

"Iya, Oma sayang."

Rachel menikmati waktu liburannya di pinggir pantai, tidak banyak pengunjung yang berada di pantai tersebut sehingga memudahkan dirinya untuk mengenakan bikini.

"Wahhh coba aja kalau setiap hari aku bisa liburan kayak gini, tanpa harus capek-capek ngambil kerjaan. Pasti aku tidak akan stres, dipaksa untuk menjalin hubungan dengan laki-laki yang tidak aku sukai sama sekali," ujar Rachel sembari berbaring telentang di atas kursi panjang, mengenakan bikini berwarna kuning lengkap dengan topi dan kacamata pantai juga.

"Pokoknya selama satu minggu depan, tidak ada yang boleh mengganggu liburanku. Siapa tahu saja di sini aku ketemu sama bule kaya, terus mereka nikahin aku dan ngajakin aku untuk menetap di luar negeri. Ah Ingin sekali aku menikah dengan orang luar," lanjutnya.

Lagi asyik-asyiknya menghayal, tiba-tiba ia mendengar ada suara berisik anak kecil yang berteriak sambil lari-larian.

"Lho, apa aku tidak salah lihat? Bukankah itu laki-laki yang memberikan aku sapu tangan kemarin?" gumam Rachel sembari melepas kacamatanya supaya dapat melihat dengan lebih jelas.

"Ah iya benar, itu laki-laki yang waktu itu aku peluk. Eh tapi dia bersama anak kecil, apa itu anaknya? Ah sayang sekali dia sudah punya anak," keluh Rachel yang bimbang haruskah menghampiri laki-laki tersebut atau tidak.

"Tapi sapu tangannya aja tidak aku bawa, terus aku nyamperin dia mau ngapain? Apa aku kenalan aja kali ya, sekalian tanya berapa nomor kamarnya di sini jadi kalau nanti mau balikin sapu tangan biar gampang." Rachel meninggalkan kacamatanya, kemudian menghampiri laki-laki yang memakai masker tersebut.

"Hai, apa kamu masih ingat aku?" sapa Rachel membuat ke dua laki-laki berbeda usia tersebut menolehkan kepalanya.

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE

DAN COMENT GAESS, TERIMAKASIH.