webnovel

Boleh Kenalan?

"Apa kamu masih ingat sama aku? Kamu yang memberikan aku satu tangan kemarin, kan?" sapa Rachel membuat Logan terkejut bukan main, lagi-lagi mereka bertemu untuk yang kesekian kali.

"Tante? Tante, yang waktu itu kita bertemu di supermarket, kan?" celetuk Andi kemudian berdiri di depan papanya.

"Supermarket? Supermarket yang mana?" heran Rachel.

"Kita pernah bertemu sebelumnya di supermarket, tetapi yang ada di Jakarta. Sekarang kita ketemu lagi di sini, Tante lagi liburan juga?" tanya Andi membuat Rachel tersenyum gemas.

"Oh jadi kita pernah bertemu sebelumnya? Dih maaf ya tante tidak ingat hehe, tapi sebagai gantinya nanti tante akan membelikan kamu ice cream. Kamu masih suka es krim, kan?" ujar Rachel membuat Andi mengangguk antusias.

"Aku suka banget sama ice cream, ak..."

"Maaf, tapi kami harus pergi sekarang, tidak perlu repot-repot membelikannya ice cream. Nanti dia bisa pilek kalau keseringan," potong Logan.

"Tapi aku mau es krim," pinta Andi.

"Sayang, kamu dari kemarin sudah makan es krim," tegur Logan membuat Andi mengerucutkan bibirnya.

"Papa, aku mau es krim pokoknya," rengek Andi membuat Logan tetap menggelengkan kepalanya.

"Ya sudah, nanti kalau seandainya kamu sudah diperbolehkan makan ice cream kamu bisa temui, Tante," ujar Rachel sambil mencubit gemas pipinya Andi.

"Apa Tante menginap di hotel yang sama dengan kita?" tanya Andi sembari menunjuk hotel yang tidak jauh dari pantai.

"Iya, tante menginap juga di sana. Tante ada di kamar 97, kamu jangan lupa untuk main ke sana," ujar Rachel yang diangguki oleh si kecil.

"Maaf, kami harus pergi sekarang," pamit Logan sambil menggendong Andi, kemudian pergi dari hadapan wanita yang pernah disukainya.

"Papa, Tante itu seksi, ya?" bisik Andi membuat Logan yang mendengarnya seketika membulatkan matanya.

"Ssttt anak kecil tidak boleh berbicara seperti itu," tegur Logan namun dalam hati membenarkan apa yang dikatakan adik kesayangannya.

Setiap mata yang melihat penampilannya Rachel, pasti akan mengatakan hal yang sama. Rachel begitu seksi hanya mengenakan bikini, mata laki-laki mana yang tidak akan tergoda walaupun melihatnya sekilas.

"Kalian berdua kenapa bisik-bisik seperti itu?" tanya sang oma cucu-cucunya sudah selesai berjalan-jalan.

"Tadi ada tante-tante cantik, Tante itu hanya memakai pakaian dalam saja. Apa dia tidak takut masuk angin, ya?" jawab Andi dengan polosnya.

"Hanya memakai dalaman saja? Di mana kamu melihatnya?" heran sang oma.

"Itu tadi di sana, tapi mungkin sekarang tantenya sudah pergi," tunjuk Andi mengarah ke kursinya Rachel yang sudah kosong tanpa penghuni lagi.

"Aih bisa-bisanya kamu mengajak adik kamu, melihat wanita yang setengah telanjang seperti itu?" tegur sang oma.

"Lah kenapa jadi aku yang disalahin? Di pantai ini kan memang banyak cewek-cewek yang memakai bikini?" protes Logan.

"Ya tetap saja, harusnya kamu mengajak adik kamu pergi dari sana bukan malah stay. Kasihan matanya Andi masih kecil tapi sudah ternodai," omel sang oma membuat Logan memanyunkan bibirnya.

"Papa, jelek kalau bibirnya kayak gitu," ledek Andi membuat Logan melebarkan matanya.

"Bisa-bisanya kamu mengatai papa sendiri jelek? Berarti kamu juga jelek wleekkk," ledek balik Logan membuat matanya Andi berkaca-kaca.

"Huwaaaa hikss.. hiks.. Papa, ngatain aku jelek?" adu Andi kemudian memeluk oma tercinta dan mengadukan perbuatan papanya.

"Hadeh, kalian berdua ini selalu saja bikin pusing," heran sang oma sembari menenangkan cucunya yang paling kecil.

Logan tidak bisa berbuat apa-apa kalau sudah melihat adik kesayangannya menangis, hanya satu cara yang bisa dilakukannya untuk bisa membuatnya berhenti menangis yaitu dengan membelikan ice cream favoritnya. Terpaksa ia mengingkari janjinya yang hari ini tidak ingin membelikan adiknya es krim, demi supaya omanya tidak pusing lagi menenangkannya.

Rachel sedang bersantai di sebuah kedai es krim, sembari menikmati pemandangan indah di pinggir pantai. Matanya tidak sengaja menangkap seorang laki-laki yang sepertinya membutuhkan bantuan.

"Yahh pak, saya tidak membawa uang cash, bagaimana kalau saya bayar pakai kartu kredit saja?" bujuk Logan kepada tukang es krim di pinggir.

"Maaf mas, bukannya saya tidak mau, tapi saya tidak menyediakan mesin yang biasanya digunakan untuk menggesek ATM. Mas ambil saja es krimnya tidak perlu bayar, lagian itu es krim juga untuk anaknya, kan? Tidak papa mas bawa saja," ujar si pemilik kedai es krim.

"Yahh jangan seperti itu juga nanti bapak bisa rugi, emm gimana, ya? Kalau harus balik ke hotel dulu pasti makin lama, duh apa aku minta aja sama, Oma?" Logan jadi bingung sendiri.

"Nih, kamu bisa pakai uangku," ujar seorang wanita sembari menyodorkan selembar uang kepada penjual es krim.

"Eh jangan, aku tidak mau merepotkan siapapun," tolak Logan membuat wanita di sampingnya terkekeh.

"Tidak masalah, lagian cuma lima puluh ribu. Tidak perlu dikembalikan juga," ujarnya membuat Logan merasa tidak enak.

"Aku akan mengembalikannya nanti, aku tidak ingin punya hutang kepada siapapun." Apa yang dikatakan Logan membuat Rachel tertawa.

"Ayolah, lagian cuma lima puluh ribu tidak perlu terlalu dipusingkan. Kamu pasti membeli untuk anak kamu, kan? Kasian dia kalau tidak segera mendapatkan es krim," ujar Rachel kemudian berjalan kembali menuju tempat duduknya.

Logan buru-buru pergi ke ATM terdekat kemudian menarik uang cash, sebelumnya ia tidak pernah mempunyai hutang kepada siapapun. Dirinya juga tidak pernah diajarkan untuk meminta pada orang lain, selagi masih bisa berusaha sendiri jangan pernah sekalipun meminta-minta.

"Dia duduk di mana tadi? Aihh aku lupa lagi," gumam Logan sembari clingak-clinguk mencari keberadaan Rachel.

"Ah itu dia." Logan langsung berlari begitu melihat Rachel dari kejauhan.

"Nih uang kamu, terima kasih untuk bantuannya," ucap Logan sembari menyodorkan uangnya.

"Astaga, bukankah tadi aku sudah bilang tidak perlu dikembalikan, kenapa kamu masih saja ngeyel?" heran Rachel.

"Ya tidak papa, aku hanya tidak ingin mempunyai hutang. Ya sudah kalau begitu." Logan yang tadinya hendak pergi, namun lebih ditahan oleh Rachel.

"Sebelum kamu pergi, bisakah kita berkenalan dulu? Kita sudah beberapa kali bertemu, namun kita belum mengetahui nama satu sama lain. Namaku, Rachel. Nama kamu, siapa?" tanya Rachel.

"Logan."

Setelah berucap demikian, Logan melepaskan tangan wanita yang tadi menahannya. Ini adalah pertama kalinya, tangannya dipegang oleh wanita yang pernah diidolakannya di masa lalu. Walaupun Rachel tidak mengenalnya pas dulu zaman SMA, tapi setidaknya sekarang mereka sudah mengetahui nama satu sama lain.

"Logan? Walaupun dia menggunakan masker, Tapi udah terlihat tampan, ah sayang sekali karena dia sudah menikah dan punya anak. Coba saja kalau dia belum ada yang punya, pasti aku akan maju untuk mendapatkannya," gumam Rachel kemudian kembali menikmati es krimnya, tanpa memperdulikan pengunjung yang lalu-lalang melihatnya.

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE

DAN COMENT GAESS, TERIMAKASIH