webnovel

Honkai Impact: Deviation of Imagination (Indonesia)

Di luar Laut Quanta yang penuh kekacauan, di luar Pohon Imajiner yang sistematis, Eksistensi dari luar muncul membawa kekuatan dari makhluk transenden yang asing. Dan keberadaan anomali ini, akan membawa dunia di bawah genggamannya! --- Modifikasi Konten pada [15/4/23] --- [Disclaimer!]: Picture Belong to Artist. Honkai Impact Belong to Hoyoverse!

Skartha · Derivasi dari game
Peringkat tidak cukup
31 Chs

IX. Elias: I'm a God. [So, Trust Me and Hold My Hands, Mei!]

Sebelum dipanggil ke domain Will of Honkai.

Elias melirik tangannya. Energi Honkai yang tebal dengan bebas terkumpul di tangannya. Ini adalah pertama kalinya Elias mewujudkan energi Honkai, tidak sesulit yang dirinya pikiran. Tapi dia akan jarang menggunakannya karena energi ini tidak punya privasi sama sekali.

"Ketika aku mendekatkan energi ini ke tubuhmu, kamu akan menjadi berbeda secara sepenuhnya. Entah itu tubuhmu, maupun hidupmu. Apakah kamu yakin, Mei?"

Mei menatap itu dengan mata yang menyimpan ekspresi rumit. Elias mengatakannya sendiri, bahkan, instingnya juga mengatakan hal itu.

"Segalanya tidak lagi sama setelah ini…"

Keraguan hanya akan membawa penyesalan. Mei harus yakin. Dia mengangguk, menguatkan dirinya sendiri. "Iya. Aku yakin, Elias!"

Melihat ketetapan hatinya, pemuda itu tersenyum. Dia mendekatinya lalu mendekapnya, membuat Mei mengeluarkan semburat merah dan mencicit terkejut.

Pemuda itu mendekatkan kepalanya ke telinga gadis itu, berbisik kepadanya. "Ini tidak akan sakit. Jadi selamat malam, Mei."

Ketika energi ungu di tangan Elias menyentuh tubuhnya, lalu masuk ke dalam dirinya, disaat itu juga, pandangannya menghitam. Raiden Mei kehilangan kesadarannya… atau begitulah yang dirasakan oleh individu itu.

—Boom!!

Ledakan energi Honkai yang kuat terjadi dengan Raiden Mei sebagai pusatnya. Elias terdiam menunduk di tempat sebelum memandang Mei yang bertransformasi dengan tenang.

Dia mengaktifkan Mystic Eye miliknya, memperhatikan tingkat energi yang dihasilkan oleh gadis itu. 2100 HW… dan itu adalah batasnya untuk saat ini.

Matanya yang tajam berwarna emas, melirik ke arah sekitar lokasi ledakan energi Honkai. Beberapa makhluk putih dengan aksen ungu dan merah muda di sana-sini muncul—makhluk berbasis silikon yang berpikir melalui mimpi, Honkai Beast, kelas Chariot!

Mereka mengejar orang asing itu, menghampiri satu-satunya target paling mencolok dan paling mudah. Di hanya menghela nafas. Matanya sudah melihat mereka semua, dia benar-benar waspada pada awalnya. Honkai Beast yang muncul, lemah.

Tidak ada yang bisa melukainya, bahkan jika mereka bisa menghempaskan tubuhnya—hanya itu yang dilakukan. Tidak ada luka.

Sementara Elias bukanlah penikmat di ombang-ambing seperti karung oleh makhluk-makhluk berkekuatan super, dia segera menciptakan penghalang di sekitarnya, menghalangi serangan apapun yang bisa mendekatinya.

Dia mengalirkan energinya ke tangannya dan mengayunkan tangannya dengan santai, sebelum kemudian semua Honkai Beast itu terpotong-potong menjadi banyak bagian.

Dengan kecepatan itu, dia mengakhiri semua Honkai Beast dalam beberapa detik saja. Elias segera menghilangkan pelindung di sekitarnya dan memandang monster Honkai yang masih berdatangan.

Jika itu senjata api konvensional, mereka tidak akan menghasilkan efek apapun, bahkan prajurit Valkyrie pun membutuhkan waktu membunuh satu dari mereka. Namun, Elias memotongnya seperti tahu mentah, membelahnya menjadi potongan-potongan kecil begitu saja dan hidupnya berakhir.

Dia terhenti sesaat, walaupun ekspresinya tidak menunjukkannya, pikirannya sedikit tertarik sekarang. Ada sebuah cerita yang dimana karakter utamanya memakan Honkai Beast, lalu, apa yang terjadi? Dia agak lupa soal itu dan akan menjadi bagus jika dia mendapatkan beberapa orang untuk di uji coba.

Dia menggunakan kekuatannya untuk mengisolasi beberapa bagian tubuh monster Honkai lemah sebelum mereka benar-benar menghilang dan menyimpannya ke dalam ruang penyimpanan.

Setelah mengeliminasi target dengan jenis yang sama, dia mengalihkan perhatiannya pada yang lain—yang mendekatinya tanpa segan-segan, seolah-olah mereka tidak menyadari rekan mereka mati dengan mudah dalam satu serangan.

Tapi itu bukan masalahnya, itu masalah mereka. Tanpa sedikitpun keraguan, dan bahkan mungkin ada sebuah kesenangan, dia melakukan hal yang sama pada semua monster Honkai hanya dalam beberapa saat.

Dia berjalan kembali mendekati Mei, matanya dengan tenang menatap ke arah gadis itu. Pakaiannya rusak, dan di bagian pinggang ke paha, sebuah tanda Stigmata berwarna ungu terlihat dengan jelas.

Tiga sayap ungu yang mengeluarkan petir yang berderak dengan liar muncul di punggungnya, sudah menjelaskan tanda bahwa dia memiliki kemampuan untuk mengendalikan listrik.

Matanya yang saat ini berwarna ungu —yang bercahaya— menatap segalanya seperti serangga menjijikkan—sangat jauh berbeda dengan Raiden Mei yang penyendiri dan pendiam ataupun yang lembut dan baik hati.

Sang Ratu Petir memandang sang dewa luar dengan tenang, berbeda dari mata yang memandang segalanya seperti serangga menjijikkan, dia menatapnya dengan tatapan yang jauh lebih menghargai.

"Dewa Asing, terima kasih telah membangkitkan ratu ini… dewaku telah memberitahukan segalanya kepadaku," katanya dengan angkuh. "Bekerja samalah denganku, mari kita hancurkan kemanusiaan dan mulai dunia baru bersama!"

Elias menutup matanya, bibirnya sedikit melebar, dia tersenyum kecil, lalu menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku Mei. Namun, aku tidak akan melakukannya. Ada banyak hal yang indah di dunia ini, lebih dari yang bisa dipahami oleh manusia. Bukan hanya di Nagazora, namun, di seluruh penjuru dunia. Inilah tujuanku berada di dunia ini, bukan hanya untuk menguasai mereka, tapi juga menjaga keindahannya—keindahan setiap makhluk yang ada." Matanya terbuka. Mata emas menatap langsung ke arah mata ungu. "Karena itu, aku tidak ingin kamu berpikiran sempit seperti itu. Cobalah untuk menikmati dunia ini—bersama-sama. Tidak hanya aku dan Kiana, masih banyak orang baik di dunia ini… para individu yang peduli kepada individu sepertimu. Seperti ayahmu dan Rumiko-san."

Ratu Petir terdiam. Dia bergumam, "Padahal kamu adalah dewa asing… makhluk yang menggunakan dunia seperti baterai…" Walaupun, dia sepertinya tidak peduli bahwa gumaman itu terdengar oleh sang dewa luar.

"Ya, karena aku adalah dewa, aku mengatakannya kepadamu! Maka, percayalah kepadaku dan genggamlah tanganku, Mei! Aku yakin kamu bisa melakukannya." Elias berseru mengulurkan tangannya ke arah gadis kesepian itu.

Talk No Jutsu yang legendaris dari sang protagonis ninja tertentu mulai mengeluarkan efeknya yang tidak pernah bisa dilawan oleh antagonis manapun.

Dia hanyalah gadis yang menyedihkan. Raiden Mei adalah gadis yang mengalami kehidupan tidak beruntung.

Sejak kecil, ibunya meninggal dunia karena penyakit kanker. Dia sebagai putrinya rupanya mewarisi penyakit itu.

Karena itu, ayahnya, terpaksa menanamkan Gem of Conquest ke dalam dirinya. Tetapi Mei tidak mengetahuinya. Karena semua itu disembunyikan dalam tindakan penculikan yang dilakukan oleh beberapa pihak saat dia masih kecil. Dia tidak ingat terlalu banyak tentang kejadian itu.

Setelah mengalami kejadian yang traumatis itu, Mei mengalami hari-hari yang damai. Dia memiliki kehidupan yang baik berkat pekerjaan ayahnya. Dia bahkan menjadi idola di sekolah, bahkan setelah dia memasuki kelas satu SMA.

Sampai suatu hari ayahnya terbukti melakukan tindak kejahatan menggunakan otoritasnya sebagai pemimpin perusahaan Massive Electrics. Hampir semua properti milik ayahnya di sita.

Mei sedih, berharap teman-temannya dapat membantunya sembuh dari kesedihan—namun, apa yang dia dapatkan?

Diskriminasi dan perundungan. Segala bentuk ketidakadilan dialami oleh seorang gadis muda bernama Raiden Mei. Secara alami, dia menciptakan pelindung untuk dirinya sendiri. Sebuah cangkang yang menyembunyikan segala kelemahannya di balik ketenangannya.

Mei masih bisa menahannya. Dia yakin dengan kekuatannya sendiri… namun, dia tidak yakin berapa lama itu akan terjadi. Dia lelah, dia ingin menangis dan melampiaskannya pada siapapun itu.

Untungnya, hari-harinya di akhir pekan tidak ada gangguan yang sama seperti ketika berada di lingkungan sekolahnya—setidaknya, lingkungan rumahnya damai. Dan kedamaian itu, sekali lagi berubah.

Sama seperti masa lalu ketika ibunya meninggal, dirinya diculik, dan ayahnya ditangkap. Raiden Mei menyadari perasaan bahwa hari-harinya tidak akan damai lagi.

Tidak… selama dia diam, dia tidak akan mengalami itu. —Namun tentu saja, segalanya tidak berjalan semudah itu. Dia sudah hidup terlalu tenang, dan dunia berkata bahwa dia tidak pantas.

Laki-laki itu bernama Elias… bukan laki-laki biasa, tapi dia laki-laki yang baik. Dan hanya Mei yang mengetahuinya. Orang pertama yang mengetahui identitasnya, bahkan keluarga Elias pun tidak tahu soal itu.

Itu membuatnya… merasa istimewa. Tapi, apakah dia pantas merasakan perasaan seperti itu?

Lalu Kiana, gadis energik yang suka menolong. Mei tidak pantas mendapatkan teman seperti itu…

Segalanya akan berubah. Hidupnya akan berubah, dia sendiri yang memilih perubahan itu. Melihat Elias yang kesakitan, dia dengan putus asa berpikir… dia akan ditinggalkan lagi.

Tidak apa-apa, dia sudah biasa… ya. Mei hanya perlu menahannya sekali lagi. Namun, laki-laki itu adalah penyihir. Dia mempermainkan perasaan Raiden Mei.

Dia mengombang-ambingkannya seperti perahu di tengah laut. Elias adalah penyihir, ya… dan dia sudah menjadi kucing makhluk itu. Elias tidak akan pernah melepaskan jiwanya sekarang.

Kali ini, Raiden Mei akan bertahan. Dia akan berlari dan berlari… sejauh apapun itu, dia akan terus berlari, mengulurkan tangannya pada sosok laki-laki itu dengan satu alasan.

Agar Elias dapat menjangkaunya…

Dia ingin melihat dunia yang indah ini, bersama dengannya. Dia tidak ingin terikat dalam masa lalu lagi. Sudah cukup untuk terus menjadi lemah, dia akan menyalakan tekadnya sekali lagi.

Untuk mencapai sosok sang penyihir… dewa bagi Raiden Mei, Elias Hyde.

Dunia menjadi retak, lalu pecah seperti kaca. Mei terjatuh dari udara karena kehilangan kontrol tubuh, namun Elias segera menggenggam erat tangannya, menangkap tubuhnya sebelum dia benar-benar jatuh.

Mei membuka matanya, dia melihat ke depan, atau ke atas—dia melihat Elias menatap ke arahnya dengan senyuman.

"Selamat, Mei. Kamu berhasil melaluinya dengan baik. Kamu sudah bekerja keras selama ini, kamu adalah gadis hebat, kamu bisa beristirahat sekarang." Elias berkata kepadanya dengan suara yang menenangkan.

Mei tidak bisa menahan air matanya lagi, dia menyandarkan kepalanya pada bahu Elias yang lebar dan tegas, menyembunyikan isak tangisnya. Akhirnya, Raiden Mei dapat beristirahat setelah semua kesulitan yang dia alami sepanjang hidupnya.

Beberapa waktu kemudian, mereka masih berada di posisi yang sama—dengan Elias yang berdiri dan Mei yang digendong dengan gaya bridal.

Mei malu karena itu, dan tidak berani menatap wajah Elias. Pemuda itu merasa gadis di pelukannya sangat lucu ketika dia tersipu. Dia benar-benar ingin menggodanya lagi, tapi waktu tidak akan membiarkan hal itu.

Pakaian gadis itu rusak karena kejadian tadi, tapi dia menggunakan jaket mantel selutut milik Elias saat ini —yang sebelumnya tidak ada di tubuh Elias— untuk menghangatkan tubuhnya di malam yang dingin.

Aroma dari laki-laki itu benar-benar lekat di mantel, memberikan rasa aman untuk Mei.

"Ayo kita pulang, Mei."

"Ya. Ayo pulang." Gadis itu mengeratkan genggaman tangannya pada Elias.

Mei dengan pipinya yang masih mengeluarkan rona merah—karena alasan yang berbeda, tersenyum kepada laki-laki itu.

Karena mereka berdua, beberapa pihak menjadi gempar berkat itu. Dan itu adalah hal yang Elias inginkan sejak awal.

Tanpa pihak-pihak yang kebingungan itu sadari, pelaku asli dari kejadian itu tengah bersantai dengan kehidupan damainya bersama dua temannya yang cantik.