webnovel

Homura

hiduplah 2 orang tokoh yang bernama Enma dan tifa. "Apa yg terjadi pada dunia saat ini" kenapa semua orang bertingkah aneh? satu per satu orang-orang memakan satu sama lainnya. kenapa ini? mampukah Enma dan Tifa selamat dari musibah aneh tersebut saat ini?

eren_yeager00 · Realistis
Peringkat tidak cukup
1 Chs

BAB 0 : Prolog

Prolog

Di suatu ketika hiduplah seorang remaja laki-laki yg bernama "Enma". Perkenalkan nama aku Enma, umurku sekarang adalah 17 tahun. Aku adalah salah satu siswa sekolah menengah kelas tiga di kotaku.

Di sekolah ada satu gadis yang aku suka dari dulu. Gadis ini sekelas denganku hingga saat ini, dia ini bernama "Tifa". Sampai sekarang aku tidak tahu cara untuk mendekatinya. Disuatu hari aku memberanikan diri untuk mendekati dia dengan cara aku ingin menanyakan sebuah tugas yang diberikan oleh guru.

KELAS....

Setelah bel istirahat bunyi, aku langusng berjalan mendekati meja Tifa. Jika aku bisa jujur, sekarang aku sangat gugup sekali. Aku melihat dia sedang mendengarkan muusik dengan earphone miliknya. Aku bisa melihat rambutnya yang mengkilap karena pantulan sinar matahari. Aku pun mulai memanggil namanya dengan gugup.

"Ti-Tifa." Panggilku sambill sedikit menggoyangkan pundak kanannya.

Tifa menoleh kearah panggilanku tersebut. Dia memberiku senyum manisnya yang indah, seketika wajahku mulai memerah malu karena melihat senyumannya yang manis.

"Oh, ada apa?" Tanyanya.

"Ini Tifa aku mau tanya jawaban tugas kemarin, yang nomor 3 aku belum ketemu jawabannya." Aku pun menunjukkan sebuah soal yang belum aku isi di buku tulisku. "Bo- boleh tidak aku pinjam catatan punya kamu?"

Aku memasng wajah yang cukup tegang. Aku berharap dia bisa meminjamkannya kepadaku.

"Tentu saja. Ini, lihat saja punya ku."

Tifa pun memeberikan buku catatannya kepadaku sambil tersenyum manis. Kemudian itu wajahku memerah saat melihat senyuman manisnya lagi. Aku ini tipe yang gampang sekali baper melihat senyuman seorang gadis yang aku idam-idamkan selama ini. Setiap saat, setiap waktu aku selalu melihat dia diam diam dari jauh, Maupun dari dekat.

Sepulang sekolah...

Saat aku menuju ke tempat parkir untuk mengambil sepeda motor ku, dari jauh terdengar suara memanggil namaku.

"ENMAAA...!! TUNGGU"

Kemudian aku menoleh kearah panggilan tersebut, rupanya yang memanggil aku tersebut adalah Tifa. Aku cukup terkejut, kenapa dia memanggilku.

"Tunggu..!! Jangan pergi dulu aku ingin pulang bersama mu, bolehkah???" Tanya Tifa sambil memasang wajah memohon kepadaku.

Aku yang mendengar permintaannya, mulaii terkejut. Aku masih tidak percaya bahwa Tifa ingin pulang bersamaku, apakah ini mimpi? Aaku pun mencubit pinggangku secara diam-diam. Aw, rasa sakit ini tampaknya nyata sekali. Berati ini bukanlah mimpi.

"E-e-e-eh boleh kok."

"Yeaahh... Terima kasih ya Enma." Jawab Tifa senang. "Tapi tidak apa-apa kan? Rumah kita tidak searah soalnya."

"Tidak apa-apa kok, ayok naik.' Balasku sambil tersnyum.

Tiifa pun memasang wajah gembbiraa. Kemudian dia mulai duduk di belakangku, dengan ekspersi yang begitu senang, aku dengan senang hati mengantarnya. Ditengah pejalanan Tifa tiba tiba Menanyakan Hal yg membuat aku Terkejut.

"Enma!! Aku ingin tanya sesuatu, selama 3 tahun kita sekelas apakah kau tidak ada Rasa suka samaku??"

"Heh!?!? Kenapa kau tiba tiba menanyakan hal seperti itu tiba-tiba?" Tanyaku panik.

Aku tidak meyangka bahwa Tifa akan bertanya seperti itu. Apakah dia sudah menyadari perasaanku? Aku harap dia belum mengetahui perasaanku ini.

"Hmmm... Yaaa aku hanya memastikan sesuatu saja sih. Soalnya Ada yang bilang kau selalu memperhatikan setiap saat."

"Hah!!? Itu mustahil, lagipula siapa yang bilang kebohongan itu."

"Hehh.. Kamu yakin tidak memperhatikanku terus?"

"Iya Tifa mana mungkin, percayalah." Jawabku sambil berbohong.

"Hmmm.. Baiklah aku akan percaya."

Aku dengan paniknya dan kebingungan setelah ditanya hal seperti itu olehnya. Setelah itu sampai lah di rumahnya. Tifa turun dari sepeda motor menuju pintu rumahnya dan dia menoleh kearah ku kemudian berkata sambil Berkedip sebelah mata dan sambil tersenyum

"Sampai jumpa besok yaa." Dia berpamit kepadaku sambil mengedipkan salah satu matanya.

"Baiklah sampai jumpa besok."

Setelah aku mengantarnya pulang, aku pun langsung pulang dari rumahnya. Sesampai di rumahku, aku dan memasuki kamark. pikiranku terus terbayang bayang senyumannya Tifa tersebut tadi. Tangan ku langsung reflek menampar wajah dan berkata.

"Heh!!! Sadar sudah sudah, cukup jangan dipikirkan terus."

Malam pun tiba...

Semoga besok aku masih bisa melihat dia... Dan saatnya aku tidur."

Kemudian aku pun tertidur dengan lelap. Akuu berharap hari esok adalah hari yang sanagat bagus, dan kuharap bisa bertemu dengan Tifa lagi.

Keesokan harinya...

Setelah memakirkan sepada motorku, aku berlari dari tempat parkir menuju kelas. Tetapi tiba-tiba aku tidak melihat Tifa sama sekali biasanya Tifa Selalu datang awal. Aku pun menuju ke bangku dan meja belajarku, aku tiba tiba berfikir.

(Kenapa ya Tifa tidak masuk awal? Apa dia gak masuk hari ini? Biasanya dianya selalu awal.)

Kemudian aku melupakan saja. aku berfikir positif mungkin tifa sakit atau ada alasan lain. Semoga saja tidakk ada sesuatu yang terjadi menimpanya.

Tetapi...

-bersambung-