Cahaya yang masuk melalui jendela yang terbuka membuatku terpaksa harus bangun. Sebel banget kenapa jendelanya gak ditutup sih? Aku mencari-cari daddy yang semalam tidur disampingku.
'Loh daddy mana?'
Aku memicingkan mata untuk menyesuaikan dengan cahaya di dalam kamar, kuperhatikan sekitar...
"Daddy?"
"Kau mencariku, baby?" Aku melihat daddy keluar dari walk in closet nya sudah rapi dengan sweeter berwarna indigo yang dipasangkan dengan celana warna hitamnya.
"Daddy mau kemana?"
"Apa maksudmu mau kemana? tentu saja kita akan ke rumah sakit"
Aku berusaha bangun dan duduk, benar saja, badanku rasanya sakit semua, terutama bagian belakang tubuhku dan pinggang. Seketika aku menghentikan gerakanku, sakit.
"Sekarang Luca mandi dulu, kita akan ke rumah sakit jam 10. Daddy sudah menyiapkan bath tub untukmu. Setelah sarapan baru kita berangkat"
"Yes, daddy" Mendengar jawabanku daddy menghampiriku dan mengelus rambutku perlahan.
"Mau daddy bantu ke kamar mandi?"
"Eh?"
Tanpa peringatan daddy langsung menggendongku, lagi. Kenapa daddy suka sekali menggendongku sih? Bukan berarti aku tidak suka, hehe aku sukakkk bangetttt.
"Kenapa kau tersenyum sendiri?"
"Emm? Tidak, Luca tidak tersenyum"
"Kau fikir bisa berbohong pada daddy?"
"Hehehe..."
Daddy memasukkanku ke dalam bath tub yang sudah dipenuhi potongan lemon dan jeruk di dalamnya.
"Daddy yang menyiapkan ini semua?"
"Iya, kau suka?"
"Suka" Ucapku dengan wajah memerah
Daddy kemudian membantuku mandi, menyuci rambutku dan membersihkan tubuhku. Setelah itu daddy membantuku berjalan ke ranjang.
"Biar daddy periksa hole mu, sayang"
"Ha?"
Daddy menatapku heran.
"Daddy ma-mau a-apa?"
"Kemarin daddy tidak sempat menyiapkan mu dengan baik. Pasti terasa sakit kan?"
"Ti-Tidak sama sekali, tidak sakit"
"Berbaringlah!"
"Daddy, Luca tidak sakittt"
"Boy!"
Aku menatap daddy dengan malu-malu, ini gilaaaa... memang sih daddy sudah melihat semuanya, tapikan ini kalau dalam keadaan sadar aku masih, malu. Meskipun begitu aku tetap menuruti perintah daddy, I'm a good boy.
Dengan tubuh telanjang aku berbaring di ranjang. Daddy mengangkat kedua kakiku.
"Pegang kaki mu dengan baik, baby boy"
"Yes, daddy"
Kemudian daddy berjalan ke meja kecil disamping ranjang dan mengambil sesuatu dari dalam.
"Daddy akan mengoleskan cream ini agar sakitnya cepat hilang"
"Eh? i-iyaa" Jawabku gugup. Daddy akan mengoleskannya di hole ku, oh my god. Jangan sampai hanya gara-gara ini pen*s ku bangun. Aku harus menahannya.
Jari daddy menyentuh hole ku, cream yang daddy maksud terasa dingin dikulitku. Daddy meratakan cream nya di sekitar hole ku.
"Aw"
Daddy menatapku
"Kenapa baby?"
"Sa-sakit daddy"
Benar kata daddy, rasanya beneran sakit. Wajar sih, pen*s daddy gede banget. Daddy menambahkan cream lagi dan memijit hole ku perlahan. Rasanya...
'Brengsekkkkk jangan sampai kau bangun pen*s ku sialan!'
Tarik nafas, keluarkan, tarik nafas, keluarkan. Bagus bagus... seperti itu, jangan sampai kau salah paham. Daddy hanya ingin mengobatimu bukan menggodamu. Jadi, jangan bangun, oke?
"Baby, kenapa kau tegang sekali? Relax saja sayang"
"Eh? i-iya ini sudah relax, daddy"
"Kau tidak terangsang hanya karena sentuhan kecil ku kan?"
Mendengar kalimat daddy seketika seluruh tubuhku memanas. Mampus, pasti wajahku sudah semerah tomat sekarang.
Dengan smirk nya yang khas, daddy menatapku kemudian berdiri dan mengambil baju yang dia pilihkan untukku tadi.
"Kau lucu sekali ketika malu-malu seperti itu, Babby"
Kututup wajahku dengan kedua telapak tangan. Aakkkhhhh.... malu bangetttt...
Setelahnya aku dan daddy bersiap untuk ke rumah sakit. 20 menit kemudian kami sampai di RS. Wilhelm. Tidak seperti rumah sakit yang pernah ku lihat, tempat ini benar-benar besar. Selain itu design bangunan dan tamannya sangat menyatu, aku hampir lupa kalau kami berada di rumah sakit jika bukan karena ada dokter dan perawatnya.
Setelah melakukan beberapa tes akhirnya hasilnnya keluar juga. Doketer ku adalah orang kemarin yang berada di rumah daddy. Sepertinya dia memang dokter disini.
"Bolehkan aku memanggilmu Lucas saja?" Tanya dokter itu
"Kau boleh memanggilku Edward, aku dan Ashlan adalah sahabat baik. Kau tidak perlu sungkan denganku" Ucapnya sambil tersenyum ramah
"Iya, terima kasih dokter"
Sedangkan daddy dari tadi terus memperhatikan kami dengan tatapan intens nya. Dokter Edward hanya tertawa melihat tingkah posesif daddy.
"Jadi Lucas, ada satu tulang rusukmu yang sedikit retak tapi kau tidak perlu khawatir karena ini akan sembuh dengan cepat. Yang penting, jangan sampai kau melakukan aktifitas berat."
"Kira-kira berapa minggu dia bisa sembuh total?" tanya daddy
"Tidak lama, hanya 1 minggu. Asalkan Lucas meminum obatnya dan mengikuti anjuranku"
"Baiklah"
"Jika ada keluhan kalian bisa datang lagi kemari"
"Iya, teima kasih dokter" ucapku
Kemudian aku dan daddy memutuskan untuk pulang setelah ke apotik dan mengurus hal lainnya. Entah kenapa rasanya tubuhku lelah sekali, diperjalanan pulang aku tertidur di mobil daddy.
"Baby, kita sudah sampai rumah. Ayo bangun, sayang"
"Hmm? rumah?"
"Iya, ayo bangun. Luca mau jalan sendiri atau digendong?"
Dengan mata yang masih mengantuk aku melihat ke arah daddy dan menggeleng.
"Kalau begitu daddy gendong saja ya?"
"Hmm"
Aku mengalungkan kedua tanganku dileher daddy dan daddy menggendongku seperti koala. Kuletakkan kepalaku di leher daddy dan tertidur lagi.
"Luca sayang daddy" Gumam ku setengah sadar.
***
"Daddy hari ini apa yang akan kita lakukan?"
"Luca maunya apa?Hm?"
"Ummm Luca pengen jalan-jalan"
"Baby, nanti setelah sembuh daddy ajak kemanapun Luca mau. Sekarang dirumah saja ya?"
"Tapi-" Daddy menghentikan kalimatku dengan meletakkan jari telunjuknya di bibirku
"Sstt"
"Daddyyyyy" Aku cemberut
Daddy kemudian mencium bibirku dengan singkat. Aku yang masih kaget seketika malu dan kututup muka ku dengan kedua telapak tangan. Akhirnya, setelah makan siang, aku dan daddy hanya menikmati waktu kami dengan berpelukan di sofa ruang tv sambil nonton Game of Thrones. Awalnya daddy tidak suka dengan serial ini, tapi setelah nonton 1 episode daddy jadi lebih fokus memperhatikan filmnya. Aku tersenyum dalam hati.
Ketika aku bangun tadi pagi, daddy sudah meminta ijin pada manager restauran tempatku bekerja. Aku mendapat ijin libur 3 hari, aku tidak akan menyia-nyiakan waktu ku hanya dengan berbaring di tempat tidur saja. Misi 'memiliki daddy sepenuhnya' DIMULAI.
"Daddyyhhh~" Godaku sambil kuarahkan kepalaku menghadap daddy, saat ini aku sedang duduk di pangkuan daddy.
"Hmm?" Jawabnya singkat
"Daddy ayok kita main"
"Main?"
"Iyaahh, m.a.i.n"
"Ini kan kita sudah nonton"
Kuputar tubuhku menghadap daddy, kurangkulkan kedua tanganku di leher daddy.
"Luca mau main yang lainn"
"Main apa? hm?"
"Main itu"
"Itu?"
"Hu'um"
"Baby, kau kan masih belum sembuh dari yang kemarin, masih sakit kan?!"
"Tapi, Luca mauuuu~" Kugesekkan pahaku di paha daddy yang membuat pen*s kami bersentuhan.
Daddy hanya menatapku, diam.
"Tidak" Ucapnya tegas
"Daddyhh~ ayolahh"
"Tidak, baby"
"Please~" Kutunjukkan ekspresi ter-cute ku agar daddy mau mengabulkan permintaan ku
"Tidak."
"Daddyyhh~" kujilat leher daddy dan kugigit pelan.
"Luca!" Kuhisap pelan leher daddy kemudian perlahan turun ke dada nya.
Daddy mengelus kepalaku yang membuatku langsung mengarahkan pandangan ke arahnya.
"Baiklah..."
"Serius? Daddy mau? okay. Kita pindah ke kamar"
"Bukan itu maksudku, baby boy"
"Eh?"
"Biar daddy bantu ganti baju, kita keluar"
"Keluar? Kemana?"
"Ssttt, Don't ask any questions. Follow my command!"
Aku terdiam sejanak, masih belum terbiasa dengan perubahan nada bicara daddy yang lembut jadi tegas.
"Y-Yes, Daddy"
Hi, It's Akii. Thanks for your support. It gives me motivation to upload a new chapter:)