webnovel

Pertunjukkan Senam Jantung

Rafida tak percaya mendengarnya.

"Apa Mr.Wil barusan ... menggodaku?" gumam Rafida dan kembali dikejutkan dengan Mr.Wil yang membuka pintunya dan bertelanjang dada.

"Oh iya. Kau masih menyimpan tiket pertunjukkan musikal yang aku berikan beberapa hari yang lalu?" tanya Mr.Wil tanpa perduli dengan wajah merah Rafida.

"Ya, kenapa?" tanya Rafida dengan menurunkan pandangannya.

Mr.Wil menyunggingkan senyumannya. Kerlingan nakal terlintas di benaknya.

Mr.Wil pun mulai melangkah mendekati Rafida yang terus mundur. Langkah mereka semakin dekat. Namun, Rafida terus menghindar hingga tak menyadari akan menabrak tembok dan membuat Mr.Wil panik. Ia pun terpaksa mendekatkan jarak keduanya dengan menghalangi kepala Rafida yang hampir membentur tembok. Melainkan membentur tangannya.

Keduanya pun terkejut. Rafida pun semakin berdegup tak karuan. Ia bahkan bisa menghirup aroma parfum yang masih melekat pada tubuh Mr.Wil.

"Harum," ucap Mr.Wil saat tak sengaja menghirup aroma rambut Rafida.

"Apa?" ucap Rafida bingung dan mengangkat wajahnya.

Mr.Wil pun menunduk menatap wajah Rafida. Ia terdiam sejenak. Keduanya pun hampir tak bernapas saat menyadari jarak kedekatan antara keduanya.

"Rara, apa kau masih lupa dengan apa yang terjadi beberapa malam yang lalu?" tanya Mr.Wil dengan suara yang berat setengah parau.

"Apa? aku tidak ingat apapun," jawab Rafida dengan mata yang saling memandang. Mr.Wil pun menatap dalam. Bahkan pandangannya terus turun ke arah bibir pink milik Rafida.

"Apa kau benar-benar tidak ingat atau lupa beneran?" tanya Mr.Wil.

Jantungnya berdegup tidak karuan. Rafida pun sama. Matanya terus tertuju pada bibir lembut Mr.Wil.

"Apa yang harus aku ingat?"

"Apa kau mau aku bantu ingatkan?" tangan Mr.Wil merengkuh wajah Rafida. Ia mendekatkan kedua wajah mereka dan menempelkan bibirnya dengan bibir milik Rafida.

Rafida menutup matanya dan menikmati setiap kecupan lembut yang Mr.Wil berikan. Hingga ingatan malam itu memenuhi pikiran nya dan membuat Rafida membuka mata nya lebar-lebar.

Mr.Wil yang masih terhanyut dalam acara mesranya tak menyadari hal itu. Hingga Rafida mendorong tubuh Mr.Wil tiba-tiba. Mr.Wil menatap Rafida bingung. Pasalnya ia masih belum ingin mengakhirinya. Tapi, Rafida pergi begitu saja tanpa sepatah katapun.

"Ada apa dengannya?" tanya Mr.Wil bingung dan masuk ke kamarnya.

Setiba di kamarnya. Mr.Wil menjatuhkan tubuhnya. Ia juga memegangi jantungnya yang terus berdegup kencang.

"Astaga, apa yang sudah aku lakukan? Wildan Kusuma sadarlah. Ini tidak boleh terus terjadi. Tapi, aku tidak bisa menolak pesonanya itu. Astaga," ucap Mr.Wil merasa lemas.

**

"Argh ... Apa yang sudah aku lakukan? Ya ampun. Ini gila. Bahkan itu berarti sudah dua kali. Ya ampun. Apa mas Wildan pakai pengaman ya? Aku tidak minum pil," ucap Rafida lemas dan merasa frustasi.

***

Mr.Wil sudah berdandan rapih. Ia terlihat sangat tampan dengan penampilan yang sangat gagah. Sementara Rafida keluar kamar dan takut-takut menemui Mr.Wil.

"Kenapa kau begitu lama-" Mr.Wil dibuat kejut akan penampilan Rafida yang entah kenapa semakin hari semakin cantik saja. Bahkan jantungnya kembali menari dengan bebasnya.

"Sudah siap kan? Ayo berangkat," ajak Mr.Wil dan keluar dari apartemen terlebih dahulu.

"Ah iya," Rafida pun mengekori di belakang.

***

Di sebuah gedung. Terlihat sangat ramai pengunjung. Bahkan mereka sudah duduk di kursi masing-masing di mana di setiap bangku sudah terdapat nama masing-masing.

Sebuah karpet merah menjulur sepanjang jalan menuju gedung itu. Mr.Wil pun menawarkan tangannya dan membuat Rafida menggandengnya. Keduanya pun saling berjalan dengan tersenyum mesra.

Bahkan Rafida terlihat berkilauan melebihi perhiasan yang ia pakai. Mr.Wil pun sama berkilauannya. Kedu nya menjadi pusat perhatian. Para reporter dan paparazi pun saling berebutan untuk memotret keduanya.

Saat hendak duduk, Mr.Wil kembali menawarkan tanganya dan membantu Rafida untuk duduk. Mereka tampak sangat romantis.

Lampu pertunjukkan pun mulai dipadamkan. Acara musikal itu pun di mulai. Di awali dengan seorang gadis belia yang bernyanyi sembari berakting. Rafida terlihat sangat antusias.

Dua jam berlalu. Acara musikal itu pun selesai dengan iringan tepuk tangan yang luar biasa. Bahkan Mr.Wil pun tampak menyukainya.

Saat keduanya hendak kembali pulang. Mereka masih menjadi buruan para reporter.

Awalnya semua berjalan dengan baik. Tapi, Rafida membuat kesalahan. Ia tak sengaja menyandung kakinya sendiri.

"Akh!"," pekik Rafida yang berjalan di belakang Mr.Wil pun mau tak mau berpegangan pada Mr.Wil.

Namun, sayangnya pegangannya terlalu kuat, hingga membuat Mr.Wil terjatuh dengan indahnya ke aspal.

GEDUBRAK!

Semua melongo kaget, begitupun Mr.Wil. Namun, bukan Mr.Wil namanya jika tidak bisa mengatasi hal itu dengan melakuan atraksi persis seperti apa yang dilakukan para musikal tadi. Sontak semua bersorak gembira karena kelihaian Mr.Wil.

"Apa-apaan ini?" batin Mr.Wil menatap tajam ke arah Rafida.

"Maafkan aku Mr.Wil," batin Rafida dengan merengutkan dahinya. Memohon maaf dalam hati.

***

Sepanjang perjalanan pulang. Mr.Wil sama sekali tidak mau bicara pada Rafida. Setiap kali Rafida hendak berbicara, Mr.Wil pun menatapnya dengan tajam dan membuat Rafida kembali membungkam mulutnya.

"Ahh ... dia marah besar, apa yang harus aku lakukan?" batin Rafida merana.

Bahkan hingga di dalam apartemen. Mr.Wil langsung berjalan cepat dan menutup pintu kamarnya. Membuat Rafida terpatung di depan kamarnya dengan sedih.

"Mr.Wil, kau marah padaku?" teriak Rafida.

Rafida mengira Mr.Wil sangat marah. Ia pun dengan lesu kembali ke kamarnya. Padahal kenyataannya, Mr.Wil sedang menahan malu karena melakukan hal konyol di depan Rafida.

"Arghh!" teriak Mr.Wil hingga kedengaran di kamar Rafida yang membuat Rafida semakin yakin akan perkiraan nya.

"Apa yang sudah kau lakukan? Kau hampir membuat istrimu malu Wildan Kusuma. Bagaimana jika dia yang jatuh? Hah syukurlah dia menarikku. Jika tidak, aku tidak tau harus berbuat apa," ucap Mr.Wil dan tersenyum bangga.

***

Paginya Mr.Wil sudah harus kembali bekerja dengan terburu. Rafida kembali kesiangan. Ia masih kepikiran akan apa yang terjadi semalam.

"Ah, Mr.Wil sudah pergi. Dia, pasti sangat marah padaku. Astaga! Kenapa aku ceroboh sekali sih!" ucap Rafida pun pusing memikir kannya.

"Baiklah, kita pikirkan sesuatu cara untuk meminta maaf padanya. Ah, apa sebaiknya aku membelikannya sesuatu?"

Tiba-tiba saja Rafida mempunyai ide. Rafida benar-benar merasa bersalah dan memutuskan ke toko baju untuk mencari hadiah permintaan maaf untuk Mr.Wil.

Rafida pun langsung terburu masuk ke toilet dan berganti pakaian. Setibanya di mall.

"Hmm, apa yang harus aku beli? Bukankah Mr.Wil sudah mempunyai semua yang dia butuhkan?" ucap Rafida bingung apa yang harus Ia beli, tapi kemudian Rafida melihat sebuah dasi yang menarik perhatiannya.

"Ini, sepertinya sangat bagus," ucap Rafida langsung membayangkan Mr.Wil memakai dasi itu.

"Mr.Wil pasti suka," ucapnya lagi. Tapi bahkan sebelum sempat bergerak, seorang pria mendadak muncul dan langsung merebut dasi yang diincarnya.

"Eh ... tunggu!" pekik Rafida kesal.

Pria itu bahkan langsung membayarnya.

"Permisi, apa masih ada lagi dasi yang seperti ini?" ucap Rafida langsung panik meminta dasi yang sama.

"Maaf, tapi dasi itu cuma tinggal satu ini saja," jawab sang kasir.

"Ahujssi tunggu. Apa kau bisa memberikan dasi itu padaku? aku akan membayarnya dua kali lipat," ucap Rafida langsung berusaha membujuk pria itu untuk memberikan dasi itu padanya.

"Kenapa?" tanya pria itu dengan wajah datarnya.

"Karena mereka bilang kalau ini yang terakhir. Lagipula, aku yang melihatnya duluan, hanya saja aku tidak lebih cepat mengambilnya," ucap Rafida menjelaskan.

"Tapi aku juga menyukainya."

"Ahjussi tolonglah. Aku dan suamiku sedang bertengkar, makanya aku ingin membelikan dasi untuk suamiku sebagai permintaan maaf. Tolonglah, yah? Yah? Yah? Yah?" Rafida langsung pasang wajah melas.

Mendengar itu, pria itu akhirnya berbaik hati memberikan dasi itu pada Rafida.

"Baiklah," ucap pria itu. Ia bahkan langsung pergi sebelum Rafida sempat mengeluarkan uang ganti rugi.

"Tunggu! Uangnya?" teriak Rafida. Tapi pria itu hanya melambaikan tangannya dan pergi menjauh.

"Dia benar-benar baik," ucap Rafida jadi kagum padanya.