Saat sedang meeting, Mr.Wil merasa tidak puas dengan laporan yang sedang dipresentasikan oleh Nam Do San yang terus gugup dan terus salah dalam mengeja tulisan inggris. Mr.Wil mengerutkan dahinya dan langsung melempar berkas laporan presentasi .
(B.Korea)
"Stop! Berhenti di situ. Ganti semua isi laporan ini dengan yang konsep baru. Semua isinya terlalu kuno dan sulit untuk dipahami. Apa kau mengerti?" ucap Mr.Wil menatap tajam pada Nam Do San yang hanya mengangguk dengan menunduk dalam. Ia bahkan tidak berani menatap mata Mr.Wil.
"Sore ini, saya akan tunggu hasil laporan kalian. Jika tidak selesai dan dilaporkan, BATAL! CANCEL!" teriak Mr.Wil dengan tanduk yang sudah mengacung merah.
"Yes, Sir!" ucap Nam Do San menunduk dalam hingga sembilan puluh derajat.
Mr.Wil pun keluar dari ruangan meeting itu dan berjalan menuju lift. Dan saat sedang menunggu pintu lift terbuka. Mr.Wil memperbaiki letak dasinya. Dasi baru itu kontan menarik perhatian Said.
"Apa Mr.Wil membeli dasi baru?" tanya Said merasa baru pertama kali melihat dasi itu.
"Rara yang membelikannya untukku," ucap Mr.Wil bangga.
"Seleranya Nyonya lebih bagus dari pada saya."
"Tentu saja."
Tepat saat itu juga, Mr.Wil mendapat notifikasi penggunakan kartu kreditnya yang membuatnya jadi makin bahagia.
"Ah beri tahu para pemuda itu, bahwa aku akan memberikan waktu hingga besok pagi," perintah Mr.Wil berbaik hati.
Said menunduk mengiyakan dan tidak ikut masuk saat pintu lift terbuka.
Saat pintu lift tertutup Mr.Wil pun langsung selfie-selfie memamerkan dasi baru pemberian istri tercinta.
***
Rafida dan Min Young pun pergi ke toko butik. Keduanya saling memilih gaun yang cukup bagus.
"Sepertinya ini bagus untukmu Unni," ucap Min Young.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan mencoba yang ini. Hmm, bagaimana jika kau juga mencoba yang merah itu? Aku pikir kau terlihat sangat cocok dengan gaun merah," uaul Rafida.
"Baiklah, kalalu unni bilang ini sangat cocok untukku," jawab Min Young dengan senyuman palsu.
Mereka saling memberi komentar dan menyarankan untuk memilih gaun yang cukup bagus untuk keduanya. Hingga akhirnya, mereka pun sudah memilih dan memakai gaun yang mereka beli.
"Unni, kau sangat cantik sekali. Aku sudah bilang, gaun bermotif bunga ini sangat cocok sekali untukmu," puji Min Young.
"Min Young, kau juga sangat cantik. Gaun merah memang cocok sekali untuk kulit putihmu," puji Rafida balik.
"Aku beli yang ini," ucap Rafida pada sang kasir.
"Aku juga," ucap Min Young dan iku mengeluarkan kartu kreditnya.
"Ah, unni. Apa kau ingin ke salon juga? Kebetulan aku tau salon yang sangat bagus sekitaran sini," ucap Min Young.
"Baiklah," jawab Rafida.
Setelah itu, Min Young mengajak Rafida untuk pergi ke salon langganan nya untuk berdandan.
(B.Korea)
"Unni, bagaimana kabarmu?" tanya Min Young pada pemilik salon.
"Tentu saja baik, Min Young. Apa acara yang akan kau hadiri?"
"Aku mendapatkan tawaran sebagai pemeran pembantu salah satu drama kolosal. Aku harap bisa datang ke acara konferensi pers dengan tidak terlalu mencolok tapi mendapat kesan yang sangat kuat," jelas Min Young. Rafida yang mendengarnya cukup terkejut.
"Waw, kau akan pergi untuk syuting sebuah drama?"
"Tentu saja. Apa aku sudah bilang kalau mulai minggu depan aku akan disibukkan untuk syuting. Jadi, mungkin ini akan menjadi pertemuan kita yang terakhir," jawab Min Young sangat sombong.
"Aku harap, aku bisa ikut melihatnya juga," ucap Rafida berharap.
"Tentu saja. Bahkan Oppa Wil juga akan datang. Karena dia akan menjadi sponsor yang sangat besar. Oppa Wil pasti sangat senang jika tau kalau aku juga ikut partisipasi dalam drama itu," ucap Min Young sangat antusias dan mulai memejamkan matanya. Sang pemilik salon pun mulai menghiasi wajah Min Young.
Rafida cemberut dan duduk di salah satu kursi. Seorang pelayan datang dan menawarkan Rafida ingin dihias seperti apa.
"Sederhana saja," ucap Rafida tidak semangat.
"Oh iya, aku harus tanya Mas Wildan dulu," ucap Rafida teringat harus bertanya pada Mr.Wil dan langsung menelpon Mr.Wil.
Mr.Wil yang sedang berbincang dengan seorang klien, menjeda bicara dan lebih memilih untuk mengangkat teleponnya. Hal yang sangat langka Said lihat.
"Ya," jawab Mr.Wil dingin.
"Mas Wildan, Min Young mengajakku untuk datang ke sebuah konferensi pers dramanya. Kudengar, mas Wildan juga akan datang. Apa aku juga boleh datang?" tanya Rafida dengan mata yang terpejam. Periasnya pun mulai membubuhi make up pada wajah cantik Rafida.
"Kita ada konferensi pers malam ini?" bisik Mr.Wil pada Said.
"Ada Mr.Wil," ucap Said ikut berbisik.
"Oh ya, boleh," jawab Mr.Wil.
"Oke, terimakasih," ucap Rafida langsung menutup teleponnya dan membuat Mr.Wil merasa kesal.
"Tunggu! Kenapa kau menutupnya langsung begitu?" teriak Mr.Wil tak terkontrol. Ia bahkan langsung menundukkan kepalanya merasa tidak enak dengan kliennya.
***
Di salah satu gedung, Seoul Korea Selatan terlihat sangat ramai. Beberapa artis yang membintangi drama itu datang satu persatu.
Min Young datang terlebih dahulu bersama pemain yang lainnya. Sementara Rafida datang sendiri dan masuk ke pintu khusus tamu. Karena koneksi dari Min Young, maka Rafida bisa masuk ke dalam gedung dengan mudah.
Namun, Rafida tanpa sengaja bertemu dengan seorang artis juga yang tak menggunakan pintu untuk para pemain.
"Ah anyeong haseyo," ucap Rafida.
"Ya, Anyong," ucap Wanita itu tampak baik dan ramah.
"Apa dia, memakai pakaian yang sama denganku?" gumam wanita bernama Suzy itu. Saat menyadari dia dan Rafida memakai baju yang modelnya hampir sama, ia tampak kurang suka.
"Apa kau membelinya di sebuah butik?" tanya Suzi sok akrab.
"Ya, kebetulan tadi aku membelinya sebelum datang ke sini. Apa kau akan turun ke bawah," tanya Rafida dan Suzi hanya menganggukkan kepalanya.
Lalu saat mereka turun tangga, Suzi sengaja menyenggol Rafida hingga pinggang Rafida terbentur pagar tangga dengan cukup keras sampai membuat pinggangnya kesakitan.
"Aww!" pekik Rafida meringis kesakitan.
"Ahh, maaf. Apa kau tidak apa-apa?" tanya Suzi.
"Iya tidak apa. Silahkan duluan saja," ucap Rafida ramah. Suzi pun masuk terlebih dahulu dengan menatap sinis.
Min Seok datang terlambat dan tak sengaja melihat Rafida yang tertatih berjalan menuju pintu masuk.
(B.Korea)
"Anyeong. Apa yang sedang kau lakukan di sini?" ucap Min Seok tampak khawatir. Rupanya ia menyadari kalau Rafida kesakitan.
"Aku hanya lewat. Pinggir!" jawab Rafida ketus.
"Ya sudah. Padahal pria tampan ini tampak khawatir padamu, tapi kau sama sekali tidak perduli. Meski pun pakaianmu berlumuran cat," sindir Min Seok dan masuk dengan riang.
Rafida mengernyitkan dahinya. Ia merasa bahwa ucapan Min Seok tadi ditujukan padanya. Dam benar saja, baju hitamnya kena cat putih karena railing tangga itu ternyata baru saja dicat. Gawat! Rafida panik.
"Astaga, apa yang sudah aku lakukan. Padahal ini baju mahal huhuhu."
Min Seok tampak benar-benar prihatin, tapi tetap saja dia sinis menyindir Rafida.
"Untuk apa sih datang ke sini. Pakai baju saja tidak bisa menjaganya dengan bersih. Pulang sana. Atau kau cuci saja kalau bisa," ucap Min Seok yang kembali keluar.
Rafida tak gentar, dan menatap tajam pada Min Seok.
"Aku sungguh berterima kasih karena kau membiarkanku melihat bagaimana kepribadianmu yang sebenarnya. Aku harus mencuci bajuku. Kau ingin memonopoli? Jangan harap!" ucap Rafida kesal.
Rafida langsung ke toilet dan berusaha mencuci baju itu, tapi tentu saja sulit.
Mr.Wil sudah sampai di depan gedung konferensi pers itu. Ia tetiba merasakan firasat yang tidak baik. Dan berjalan menuju toilet.
Saat hendak masuk toilet pria, ia mendengar suara wanita yang tidak asing.
"Rafida?" ucapnya dan mencoba mengintip ke dalam toilet. Tapi, ia tak bisa melihatnya dengan jelas dan mengambil ponselnya.
"Duh lagi sibuk begini, kenapa ada yang telepon sih!" Rafida ngedumel dan mencoba mengambil ponselnya dari dalam tas. Namun, tangannya yang licik membuat ponselnya terjatuh dan masuk ke dalam toilet.
"Tidaaaak!" teriak Rafida dan berhasil membuat Mr.Wil panik dan langsung segera masuk ke dal toilet.
"Rafida!" teriak Mr.Wil lagi dan membuka pintu toilet satu-satu. Hingga akhirnya menemukan Rafida yang hanya memakai pakaian dalam sementara ia sedang merogoh toilet untuk mengambil ponselnya.
"Astaga, apa yang sedang kamu lakuin di situ?"
"Eh mas Wildan kok di sini?"
"Saya tanya kenapa malah balik nanya? Cepat pakai baju kamu!"
"Ah ini, baiklah." Rafida pun menuruti perintah Mr.Wil dengan cepat.