webnovel

Cinta Pertama

"Saya akan membuat Mr. Wil jatuh cinta dengan saya!" tawar Rafida dan membuat Mr. Wil menatap tajam. Mr. Wil berjalan dengan memicingkan matanya. Rafida terpaku ditempatnya takut. Hingga langkah Mr. Wil terhenti tepat satu senti di depan Rafida.

Mr. Wil menundukkan wajahnya menatap wajah Rafida yang tak berani menatap matanya. Tangan besarnya menaikkan wajah Rafida untuk menatapnya. Tangan satunya lagi menarik tubuh Rafida lebih dekat dengannya. Dengan menarik pinggang kecil milik Rafida, Mr. Wil pun mendekatkan wajahnya lebih dekat. Hingga membuat Rafida memejamkan matanya. Memandang wajah Rafida sekali lagi dan-

"Jangan main-main dengan saya, kamu akan menyesal," bisik Mr. Wil dan langsung menghempaskan tubuh Rafida hingga tersungkur ke lantai. Setelah itu Mr. Wil pun berbalik meninggalkan Rafida yang masih mengatur napasnya yang naik turun tak berarturan.

***

Mr. Wil sedang berada ditempat khusus merokok perusahaannya. Ia mengeluarkan sebatang rokoknya dan mematikkan api.

"Haah ..." Mr. Wil menghembuskan asap yang ia hisap. Wajahnya sangat terlihat serius.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya seseorang yang juga merokok di samping Mr. Wil .

"Bukan urusan mu," ucap Mr. Wil merasa terganggu dan langsung mematikan rokoknya. Ia pun berlalu dari sana. Sementara pria itu hanya menatap dengan wajah datar.

***

Mr. Wil berada di kantornya. Ia sedang sibuk bertelponan dengan salah seorang kliennya. Tiba-tiba terdengar sebuah langkah sepatu hak tinggi yang menggema seluruh ruang kantornya. Seorang wanita dengan memakai dress mini di atas lutut berwarna putih. Rambutnya yang digerai berwarna hitam dengan kacamata hitam menutupi sebagian wajahnya. Lipstiknya yang berwarna merah menyala sangat mencolok.

Kecantikan wanita itu terpancar dengan sangat bersinar. Menyilaukan semua orang yang memandang kehadirannya. Hingga wanita itu pun berhenti tepat di depan ruang kerja Mr. Wil .

Tok ... Tok ...

"Masuklah," ucap Mr. Wil tanpa bertanya terlebih dahulu.

"Good morning Mr. Wil ," ucap wanita itu dengan membuka kacamatanya. Mr. Wil sampai terkejut dengan apa yang ia lihat.

"Rachel ..." sapa Mr. Wil dengan senyuman sumringah.

"Hai, gimana kabar kamu?" ucap Rachel ramah dan langsung memeluk Mr. Wil dan dibalas peluk. Mereka bahkan saling mengecup pipi tanda keakraban keduanya.

"Tentu saja baik, kemana saja kamu hah? Apa kamu tidak tau berapa lamaa aku menunggu kemarin huh?" omel Mr. Wil .

"Hahahaha ... Kamu gak berubah Wil, kamu masih tetap cerewet." Tawa wanita itu begitu renyah.

"Aku ada urusan mendadak. Apa kamu mau minum kopi bersamaku? Aku akan mentraktir sebagai tanda permintaan maafku," tawar Rachel.

"Oke," ucap Mr. Wil setuju.

Kini keduanya sedang berada di sebuah kafe. Mereka pun memesan pesanannya masing-masing.

"Jadi, apa yang membuatmu memintaku untuk segera menemui dirimu setelah aku sampai di Jakarta?" tanya Rachel.

"Aku butuh bantuanmu, kamu tau bukan jika keluargaku sedang mencari jodoh untukku?"

"Usiamu memang sudah seharusnya mempunyai pasangan bahkan anak yang memasuki usia remaja. Seandainya aku tidak kehilangan putri, mungkin sekarang dia sedang cerewet menceritakan beberapa teman pria yang mendekatinya."

"Rachel ...."

"Hahahha, maafkan aku. Jika kamu mau aku untuk menikah denganmu, sorry i can't. But, kita bisa berpura-pura hendak menikah. Tunangan bagaimana?" ucap Rachel usul.

"Aku tau kamu tak akan menerima lamaranku. Jadi, aku sudah menyiapkan ini."

Mr. Wil mengeluarkan kotak kecil berisikan sepasang cincin. Ia pun mengambil cincin itu dan memasangkannya pada jari manis milik Rachel lalu pada jari manis dirinya sendiri.

"Hari ini kita resmi tunangan Rachel," ucap Mr. Wil dengan wajah datarnya. Rachel tersenyum kecut.

"Ah ... Jadi, kamu benar-benar berniat untuk tunangan bohongan denganku," ucap Rachel menatap cincinnya.

"Besok malam, aku akan membawa dirimu pada para tetua. Aku sangat lelah jika harus terus dipaksa bertemu dengan wanita yang tidak ku kenal."

"Berapa lama?" tanya Rachel.

"Apa?"

"Berapa lama aku harus menjadi tunangan palsumu? Aku tak lama berada di sini."

"Sampai urusanmu selesai, setelah itu kita putus."

"Hmm ... Aku penasaran."

"Penasaran apa?"

"Wanita seperti apa yang mereka jodohkan untukmu. Apa aku bisa, mengalahkan wanita itu?" Rachel meminum kopinya dan melirik tajam pada Mr. Wil .

"Entahlah, aku tak perduli seperti apa dia. Yang aku tau, aku tak ingin bertemu dengannya lagi."

"Lagi? Apa itu artinya kamu sudah bertemu dengannya?"

"Ya, bahkan dia wanita yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya. Maksudku, trik mereka benar-benar di luar dugaan. Mereka mengirim seorang sekretaris selama tiga tahun. Lalu menjadi calon untukku. Bukankah mereka luar biasa?" jelas Mr. Wil .

"Wah, aku sampai tidak bisa berkata. Lalu apa mereka bisa menerimaku?"

"Kamu jangan khawatir. Kamu adalah wanita terpilih dan lulus dari semua aspek. Kenapa mereka tidak mau menerimamu?"

"Karena aku palsu?"

"Rachel!"

"Hahahahaha .... Aku bercanda. Baiklah, kupikir kita sudah selesai. Kalau begitu sampai jumpa besok malam."

Rachel pun pamit undur diri. Ia menaiki mobilnya. Dengan menatap Mr. Wil sebelumnya.

"Sayangnya, aku tak ingin menjadi tunangan palsumu,"gumam Rachel.

***

Malam tiba, Mr. Wil sedang berada di sebuah pesta salah satu koleganya. Ia sedang serius berbincang dengan beberapa petinggi dari berbagai negara. Semua hadirin terkesima pada penampilan seorang penyanyi yang sudah mengakhiri penampilannya. Semua pun bertepuk tangan dengan meriah.

"Kalau begitu, saya permisi dulu," ucap Mr. Wil saat sudah selesai berbicara.

Lampu-lampu tiba-tiba saja mati. Semua terkejut, namun langkah seseorang menarik semua perhatian. Bahkan lampu sorot menyoroti keberadaannya. Di setiap langkahnya, wanita itu terlihat sangat anggun. Dengan gaun panjang berawarna hitam berkilauan. Rambutnya tergerai indah menambah kecantikannya.

Tuk ... Tuk ... Langkah kakinya menggetarkan semua hati.

"Kau begitu sempurna. Di mataku kau begitu indah. Kau membuat diriku akan selalu memujamu ...."

Mr. Wil terpana akan kencantikan wanita itu. Terlebih saat wanita itu mulai mengeluarkan suara merdunya. Lampu kerlap-kerlip pun mulai menyala. Lampu-lampu mulai menyala. Semua fokus menyaksikan pada Rafida yang sedang benyanyi di atas panggung.

"Apa yang sedang dia lakukan?" gumam Mr. Wil tak percaya. Ia pun hendak berbalik namun, langkah Rafida menghentikan langkah Mr. Wil . Rafida masih bernanyi dengan menjadikan Mr. Wil subjek nyanyiannya. Mr. Wil hanya diam menatap tajam pada Rafida.

"Sempurna ..." ucap Rafida pada lirik terakhir.

Mr. Wil dan Rafida saling menatap dalam diam. Rafida tersenyum lebar dengan anggunnya.

"Mr. Wil , mau kan menikah dengan saya?" tanya Rafida dengan masih memakai mickrofon. Semua hadirin pun ikut terkejut bersamaan dengan Mr. Wil.