webnovel

Pergiii

Tiara pun segera menyiapkan makan malam dengan menu makanan kesukaan Boy. Boy mencium aroma masakan yang sangat sedap dan ia pun membuka pintu kamarnya dan melihat Tiara sedang masak.

"Ehhh Boy. Yok sini duduk, kita makan bareng yuk. Ini bentar lagi matang kok."

Boy pun duduk tetapi tidak mengeluarkan sepatah kata pun pada Tiara.

"Yeayyy dah matang. Nihhh selamat makan."

Boy pun langsung mencicipi masakan Tiara. Menurut Boy ini adalah masakan terenak yang pernah Boy rasakan dari jenis masakan opor ayam lainnya. ya hanya masakan Tiara.

"Gimana Boy, enak kan?"

"Hmmm" Jawab Boy dingin, tetapi dalam hatinya ia ingin berteriak karena enaknya mmasakann tiara.

"Gak enak ya? Kok lo cuek banget sihhh. Okay Boy, gw mau minta maaf sekarang dihadapan lo. Gw tau gw salah, gak ngomong dulu ke lo. Gw atur semuanya, gw yang ngarang semuanya cerita aneh ini. Tapi plisss bantu gw kali ini aja. Nanti teman teman dikampus omongin gw yang gak jls."

"Masa seorang gadis hidup berdua di satu rumah bersama seorang laki-laki yang bukan siap siapanya dan tidak punya hubungan darah sama sekali." lanjut Tiara menjelaskan

"Ya udahhh. Kalo gitu kita nikah aja." Ucap Boy dengan menatap Tiara

Tiara terkejut mendengar hal itu dari Boy, bedanya dulu ia merasa aneh dan ilfeel dengan Boy karna pernah mengajaknya nikah. Tapi sekarang jantung Tiara malah berdetak kencang dan ia merasa sangat gugup melihat tatapan Boy.

"Ra...." panggil Boy yang melihat Tiara terus menatapnya

"Ehhh iyaaa. So.. so... sorry. Gw kayanya ngantuk banget. Mau tidurrrr."

"Lo jangan lari dong. Kalo lo ke kamar sekarang dan gak jawab omongan gue tadi, berarti lo setuju." Ucap Boy da langsung memalingkan wajahnya ke makanan dan lanjut menyyantap makanannya.

"Apaaan sihhh Boy. Gak gakkk."

"gak apanyaa nihhh." tanya Boy

"Yah gak boleh gitu dong, masa lo yang nentuin keputusan gw."

"Trusss gimana..."

"Gw mau ke kamar dulu. Besok kita lanjut ngobrol." jawab Tiara, lalu ia pun pergi meninggalkan Boy dan memasuki kamarnya.

"Aduhhh gw ngomong apa sihh. astaga Boyyy lu knp sihhh. Tapi gpp Boy, toh tujuan lo kan emang nikah ama Tiara." ucap Boy setelah melihat Tiara masuk ke dalam kamar.

"Astagaaa tadi Boy kok natap aku gitu yaaa. Jantung aku juga kok berdetak sihh. gak gak lo gak mungkin suka sama Boy kan Ra? Aduhhhhh jadi gimana dong besok,. Gw ngomong bahas besok segala lagii. Mati deh lu Ra ra..." Ucap Tiara pada dirinya sendiri yang sedang berjalan mondar mandir.

"Dret dret." dering hp Bagas dan ada pesan masuk dari Desi

Pesan:"Bagas aku mau kamu bahagia ya sama Rani dan adek lo Tiara. Sekarang kamu gak perlu lagi mikirin aku, kamu boleh jalani kehidupan kamu dengan bahagia ya. Terima kasih waktuya selama ini. Sebenarnya aku tau kok kamu gak cinta sama aku, kamu hanya jadikam aku sebagai alasan aagar kamu bisa putus sama Rani. Dan sekarang aku gak akan ganggu kalian lagi. Salam ya sama sahabat aku Tiara. Aku udah buat dia marah, aku gak cocok di paggil sahabat."

Setelah membaca pesan dari Desi, Bagas khawatir apa sebenarnya yang terjadi dengan Desi dan ia pun langsung mmenelponnya.

"Halo halo Dessss. Lu mau kemana. Gw gada hubungan sama Rani Des."

"Bagas gpp kok, sekarang kita gada hubungan apa apa lagi ya. Sekarang kita udahan ya."

"Okee kalo kamu memang mau udahan. Sekarang kamu dimana? Kamu jangan macam macam ya Des."

"Aku lai jalan jalan nihhh diatap sekolah kita dulu. Kamu masih ingat kan kita pertama kali jumpa disini, jadi aku mau ngenang sedikit dulu."

"Des kamu gak mau macam macam kan?"

"Macam macam gimana maksud kamu Gas. Bunuh diri? Gak kok masa aku sebodoh itu sihh."

"Syukurlahhh. Sekarang kamu pulang ya, atau mau aku jemput?"

"Gak usah Gas, nanti aku ada yang jemput kok."

"Siapa?"

"Dia orangnya baik banget, dia bakal bantuin aku lupain semuanya Gas. Jadi kamu tenang ja yaa. Kalo aku bodoh, gak punya apa apa lagi baru aku akan macam macam hehhehe."

"Desss shutttt, gak boleh gitu ya. Sekarang kamu suruh orang bakal jemput kamu sekarang. Nanti kabari aku kalo kamu dah nyampe rumah ya."

"Oke Gas. See youuu." Desi pun mematikan telponnya

"Drt drt..." Bagas menerima pesan baru lagi dari Desi dan ia pun langsung membukkanya.

Pesan: " Bagas aku bodoh, aku udah gak punya siapa siapa lagi, semuanya udah hilang dan pergi. Jadi aku orang bodoh Gas."

Setelah membaca pesan itu, Bagas pun teringat ucapan Desi yang mengatakan bahwa ia akan di jemput orang yang baik. Bagas langsung mengerti apa yang di maksud Desi, dan ia pun langsung berlari keluar untuk menjumpai Desi ke sekolah.

"Taksiiii...Des lo gak boleh gituuu,..." Ucap Bagas dengan panikk

Setibanya Bagas di sekolah, ia sudah melihat keramaian dan suara sirine ambulan pun terdengar semakin dekat. Bagas pun langsung melihat lebih dekat, dan benar itu Desi. Bagas juga melihat kedua orang tua Desi sudah menangis histeris disana.

"Gak gak gak.... Desiiiiiii..." Teriak Bagas dan menangissss

"Bagassss kamu gak papa kan? Kan kamu tenang dulu." Ucap Rani yang menghampiri Bagas

Rani juga sudah mendengar kabar bahwa Desi sudah meinggal di sekolah mereka dulu, begitu juga dengan Ogi dan Tiara. Tetapi Rani tidak mengijinkan mereka untuk datang ke sekolah.

"Ran.... Desiiiiii ii iii . Desi dah gak ada Rann ha...ha..." Teriak Bagas dan menangis histeris

"Tenang Gas."

Mama Desi pun melihat Bagas dan langsung menghampirinya.

"Ngapain kamu ke sini. Pergi sana? Gara gara kamu anak kami satu satunya gak ada lagii. Sana sana kamuuuuu...?" Teriak mama Desi mengusir Bagas

"Iya Tante, ini semua salah aku. Aku yang salahhhhhh."

"Bagasss ini bukan salah kamu kok. kamu jangan nyalahin diri kamu sendiri." Ucap Rani

"Gak ada gunanya kamu mengakuinya sekarang. Desi dh gak adaaaa..... Sekarang kamu pergiiiii, aku gak mau liat kamu ada disini.Pergiiiii." Teriak mama Desi hingga pingsan dan langsung di bawakan ke Rumah Sakit.

"Ini salah aku Ran. Desi gak akan pergi kalo aku jemput dia tadiiii. Aku bodohhhhh."

"Bagass sekarang kamu tenang. Okee ini salah kamu, sekarang kamu mau nebusnya gimana lagi? Desi dah gada. Sekarang kamu ingat aja, Desi pesan apa sama kamu. Desi juga pasti ingin lihat kamu bahagia. Jadi kamu gak boleh lemah gibi Gas."

"Benar Ran, Desi dah gak ada. Aku harus gimana dong Rannnn." Bagas terus meneteskan air mata.