"Woi! Oi! Siapa di Sana? Kau tak mendengarku? Kau manusia atau hantu?" Pertanyaan bodoh yang meluncur dari mulutku tanpa kusadari, dan seketika sosok itu membalikkan badannya ke arahku, sepertinya dia mendengar pertanyaanku tadi. Apa yang akan dilakukan padaku? Mengapa aku malah menanyakan hal bodoh seperti itu dalam situasi saat ini. Ah dasar Yena bodoh! Rutukku pada diriku yang kelewat bodoh ini.
Aku sama sekali tak melepaskan pandanganku dari sosok itu, apakah sekarang dia sedang menatapku? Aku tidak tau, karena terlalu gelap untuk melihat ekspresi wajahnya ataupun rupanya, apakah ia mempunyai taring atau mukanya penuh luka? Aku sama sekali tidak tau, sampai akhirnya aku melihatnya tersenyum kearahku setelah aku menghidupkan saklar lampu yang berada tepat di sisi pintu tempat aku berdiri.
"Hai Yena!" Sosok perempuan itu menyapaku dan berjalan menghampiriku, apakah dia akan memakanku? Mengapa ia tau namaku?
Rasa-rasanya wajahnya sangat familiar bagiku, ataukah aku pernah bertemu dengannya disuatu tempat, atau jangan-jangan dia menuntut dendam kepadaku iiiih aku tergidik ngeri dengan semua pikiran-pikiran aneh yang ada dikepalaku, akupun memundurkan langkahku seiring dengan langkahnya yang semakin dekat kearahku.
Oh benar! sekarang aku mengingatnya. aku pernah bertemu dengannya... ya aku rasa aku tidak salah kali ini
"Nana kaukah itu? Mengapa kau bisa ada disekolahku? Apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku pada sosok perempuan yang kupanggil Nana setelah aku ingat kalau tadi pagi aku bertemu dengannya. Tidak salah lagi dia adalah Nana, hampir saja aku tidak mengenalinya karena ia sangat berbeda kalau tidak memakai dandanan aneh ala peramal dengan tudung aneh dan aksesoris-aksesoris lainnya.
"Heheh maaf kalau aku mengejutkanmu, sebenarnya aku juga sekolah di sini kau saja yang tidak menyadarinya. Aku disini karena merasakan hal yang aneh akan terjadi di kelasmu karena ulah si tiga serangkai. Dan kau pastiii... ah! sudah kuduga ini akan terjadi, mengapa kau tidak mendengarkanku untuk tidak meninggalkan barangmu. Memang benar ini sudah takdirmu dan sekarang kau harus menerima takdirmu dengan jiwa dan hati yang terbuka, hahah kau tidak perlu takut, aku akan melindungimu. Tenang saja Yena!" Ucap Nana diiringi kekehan di sela-sela bicaranya sambil menggaruk tengkuknya yang mungkin saja gatal atu tidak.
"Ya ya ya, aku kalah dan kau benar. Aku meninggalkan tasku diatas meja, aku pikir jika aku mengingatnya dan mengambilnya itu akan selesai, tapi dari perkatanmu tadi aku rasa.... Ah sudahlah aku tidak peduli dengan takdir yang kau katakan, apapun itu aku akan menerimanya,,, sudahlah hari semakin larut aku pergi dulu,,, bye!" Hm aneh sekali kalau memang dia siswi sekolah ini seharusnya Mino mengenalnya.
Akupun meninggalkan Nana dan pergi kekelasku dan ternyata benar apa yang dikatakannya, di dalam kelasku sudah ada si tiga serangkai yang sedang komat kamit dengan buku besar di tengah-tengah mereka dengan suasana gelap seperti di 2A tadi.
DUAR!
JEDEERR!
TUAR!
Tiba-tiba saja petir menyambar-nyambar diiringi dengan kilat yang membuat suasana di kelas ini semakin mencekam.
JEDUWAR!
Kilat dan petir menyambar lagi mengiringi datangnya cahaya menyilaukan yang entah darimana. Aku lebih memilih berdiri di pintu tanpa mendekati tiga orang teman sekelasku yang mulai ketakutan mendapati datangnya cahaya itu,
WIUSSS SYUUHH!
Tiba-tiba datang angin kencang diiringi munculnya sebuah sosok perempuan berambut panjang yang di penuhi luka dan darah di mukanya dari arah cahaya tadi
"Kyaaaaaaa!"
"Uwaaaaaa!!! EMAAK!!! BAPAK!! Aku Takut!!"
"Haaaaaa.... ampuun, tantee ampuuun... kami tidak bermaksud mengganggumu.. jangan bunuh kami... maafkan kami... hiks.. hiks.. tolong!!!"
Teriak tiga orang itu yang kini sudak tidak bersuara lagi, ternyata mereka sudah pingsan, karena saking shocknya melihat hantu perempuan paruh baya yang berlumuran darah itu.
'Perempuan??' Bukan!! Ternyata aku salah. Dia adalah seorang Laki-laki! Sekarang sudah tidak ada lagi bekas luka ataupun darah diwajahnya, sehingga aku dapat melihat wajahnya itu dengan jelas.'Tampan' batinku.
Dia Laki-Laki!! Benar! Laki-laki yang berusia kira-kira dua puluhan, yang jelas dia lebih tua dariku... wajahnya putih pucat, rambutnya panjang sehingga ia terkesan seperti perempuan.
"Dino!! Kak Dino!! Kau kah itu?" Teriak Nana yang berlari ke arah sosok yang dipanggilnya Kak Dino itu... kemudian ditatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki Dinonya itu dan diapun memeluknya.
Apakah yang kulihat sekarang nyata atu mimpi? Aku sudah tidak tau lagi, karena yang namanya hantu biasanya tidak bisa menyentuh atupun di sentuh oleh manusia
"Kenapa kau menghilang tiba-tiba kak, kemana saja kau selama ini?" Tanya Nana dengan nada cemas kepada sosok yang dipanggilnya Dino itu.
"Aku tersesat di hutan kegelapan, sudah seminggu mencari jalan keluar, untung saja aku melihat cahaya... hah, aku pikir itu adalah kamu dan aku mengikutinya" Dino itu kemudian tersenyum untuk menenangkan Nana, senyumnya itu menghilangkan kesan menyeramkan dari wajah pucatnya dan matanya yang sendu.
"Seminggu kau bilang??? WOI!! Kak Dino! Yang benar saja! Ini sudah bulan ke-5 sejak aku melacak keberadaanmu" emangnya dia dedektif main lacak-lacakan
"Aku pikir kau pergi selamanya karena kesal padaku sebab aku tidak juga menemukan Perempuan yang ditakdirkan untukmu di ramalan itu." Ucap Nana lagi dengan sedikit berteriak, aku hanya bisa berdiri mematung karena aku tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan dan lagi-lagi kata-kata takdir yang membuatku sangat sensitif itu kembali ku dengar.
"Heh! Peramal bodoh! Sudah aku bilang aku tersesat di hutan kegelapan, tentu saja kau tidak akan bisa melacakku dan waw! Rupanya kau sudah menemukannya."
"Benar! Aku sudah menemukannya, takdirmu yang akan menolong bla bla bla ssssssssssssssssss sssssss......"
Siapa yang sudah ditemukan? Aku tidak bisa lagi mendengar apapun yang mereka bicarakan karena mereka semakin memperkecil volume suara mereka layaknya berbisik. Lebih baik aku pura-pura tidak tau dan tidak bisa melihatnya, daripada aku harus berurusan dengan kedua makhluk yang tidak jelas apakah mereka hantu atau manusia.
Aku pun berjalan ke arah si tiga serangkai untuk membangunkan mereka.
"Hoii~! Lia, Julia! Bangun!"
"Oi! Oi! Oi! Dew, Dewi kau juga bangun!! Aduh!"
"Woi! Kunci! Kunci Inggris cepat bangun! " Ucapku di telinga mereka masing-masing.
"Namaku Keyla, Bukan kunci apalagi kunci Inggris! Jangan mengartikan namaku seenakmu! Berapa kali lagi harus kubilang padamu Yena! Hadeh perempuan gesrek ckck! Kapan kau bisa sembuh dari kegesrekanmu ini Yena" Gerutunya sambil berusaha duduk lalu menjentik keningku.
Akhirnya ada juga satu orang yang konek, kuusap dadaku lega "Iya! Iya! Baiklah! Kenapa kau cerewet sekali Key! Itukan jurusku untuk membangunkanmu hehe dan kau tau juga kan kalau aku sangat suka dengan responmu yang luar biasa ini hahaha, wleee"
"Hey! Awas kau! Dasar teman gila!" Teriak Keyla dengan suaranya yang nyaring itu.
"Aduh kenapa kalian berisik sekali?" "Benar! Mengganggu orang lagi tidur saja" Ucap Julia dan Dewi yang ternyata sudah sadar juga.
"Siapa juga yang menyuruh kalian tidur disini?" Ucapku heran, bisa-bisanya mereka tidak ingat dengan ulah mereka.
"Oh ya! Hantu Tante-tante itu mana!" Teriak mereka bertiga serentak membuat telingaku pecah.
"Itu disana! Sedang bicara dengan seorang perempuan." Kataku sambil mencondongkan kepalaku ke arah Nana Dan Dino. "Dan satu lagi! Hantu itu Laki-laki bukan Tante-tante." Ucapku berbisik.
"Hah? Dia itu laki-laki? Tidak mungkin!" Teriak mereka mengikuti arah kepalaku "Yena! Kau bohong! Aku tidak melihat hantu itu di sana. Jelas-jelas perempuan itu disana sendirian. Jangan sembarangan bicara kamu ya!" Apa? Mereka tidak bisa melihat Dino? Atau hanya aku dan Nana saja yang bisa melihatnya?
Akupun menundukkan kepalaku karesa aku merasa begitu sial. Tanpa aku sengaja aku melihat buku besar yang terbuka itu dan memutuskan untuk mengambilnya lalu membalik lembarnya satu-persatu lalu segera meletakkannya lagi seperti semula takutnya ada hal aneh lagi yang muncul dari buku itu. Aku pun bertanya darimana mereka mendapatkan buku yang berisi mantra-mantra, lambang-lambang dan hal aneh ini di dalamnya.
"Julia yang menemukannya di tempat pembakaran sampah kemarin dan ia melihatkannya kepada kami." Ucap Keyla.
"Iya! Aku menemukannya! Soalnya aku heran dengan buku ini, sampah yang lainnya sudah terbakar tetapi dia tidak. Jadi aku memutuskan untuk membawanya, siapa tau bisa dijual." Ucap Julia membela diri.
Lalu aku pandang lagi buku yang terbuka itu dan melihatnya menutup dengan sendirinya dan di cover buku nya terukir sebuah nama, mungkin itu nama pemiliknya.
"Oi! Trio Bodoh! Kalian tau siapa pemilik buku ini?" Tanyaku setengah berbisik.