Ngai tak bisa soi muk. Rasa lapar yang mendera, benar-benar tak bisa dibendung. Ya, Buddha, apa yang harus ngai lakukan? Kenapa papa atau mama belum juga masuk? Apakah dokter telah lupa dengan titipan pesan yang tadi telah disampaikan? Wo bu zi tao, semoga saja ada yang masuk ke sini, tapi jangan makhluk yang menakutkan lagi, karena ngai emoi aa! Cukup yang tadi saja, sekarang jangan lagi, harap ngai dalam hati.
Terdengar ketukan di pintu, sehingga perhatian teralih ke sana. Ngai tidak bisa berkata-kata lebih banyak, karena sudah lemas. Saat diperiksa, suster membantu dalam makan dan minum, tapi tetap saja tak puas. Mana enak makanan tak ada garam? Haiya, ngai masih suka masakan yang ada rasa, jadi yang seperti itu tak suka dan jangan harap dimakan!
"Ling." Suatu suara memanggil.
Hm? Ngai seperti mengenal suara tersebut. Jangan katakan, kalau itu adalah dari malaikat pencabut nyawa. Tangan terpasang infus, keadaan masih lemah, dan tubuh belum kuat.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com