webnovel

SETELAH TRAGEDI CIUMAN

Adeline masuk ke kamarnya, ia bercermin dan terus mengusap air wajahnya.

Menambahkan level kedinginan di kamarnya, tak membuat rasa panasnya hilang. Sampai ia tak bisa tidur dan gelisah sepanjang malam.

"Clark, dimana nona muda apakah dia sudah sarapan?"

"Nona muda tidak keluar kamar sejak kemarin, dia juga tidak mau makan Tuan"jawab Clark!

"Apakah dia sakit?" pikir Smith, ia berhenti makan dan berjalan ke arah kamar gadis itu.

"Adeline, apakah kamu ingin berangkat bersama ke kampus?" ucap Smith, ia terus mengetuk pintu kamar gadis itu.

Namun tidak ada jawaban sehingga ia langsung meminta Sofia mengambilkan kunci cadangan kamar gadis itu. Begitu masuk, Smith sangat terkejut karena Adeline ada di atas ranjangnya tertidur! Tanpa menutup pintunya ia langsung berjalan menghampirinya.

Tangannya langsung teplek memegang keningnya. ''Kamu sakit, aku dengar kamu belum makan"

Adeline menyadari kehadiran Smith dan menyingkirkan tangan itu dari keningnya.

"Apa yang mau kamu lakukan lagi?"

"Hei, apakah kamu sakit karena hal kemarin?"

"Ah sudahlah jangan di bahas lagi aku kesal sekali"

Smith kemudian meminta maaf, atas kelancangan itu.

Smith kemudian membuka kancing kemejanya, ia kemudian duduk di tepi ranjang. "Apa yang kau lakukan?"

"Aku akan mengurus mu sekarang, aku tidak akan berangkat kerja"

Smith meletakan tangannya di belakang punggung Adeline, tanpa aba-aba ia menggendongnya dan tangan gadis itu reflek mengalungkan nya di leher Smith. "Smith mau kau bawa kemana aku jangan konyol"

"Ayo makan, jangan sampai kamu sakit berlarut"

Gadis itu malu sekali saat Tuan Muda membawanya keluar dari kamar dan di perhatikan setiap pasang mata. Sofia yang tak menyangka hal ini terjadi di depan matanya tampak sangat marah, ia berlari ke area belakang dan menangis tanpa di ketahui siapapun.

Ia merasakan Adeline mencuri semua perhatian Smith yang seharusnya tertuju padanya.

Kekesalannya Sofia berubah menjadi dendam.

"Cepat makan, atau mau aku suapi?" tawar Smith, setelah meletakan gadis itu di kursi meja makan.

Mereka selalu bertengkar dengan cara yang romantis.

Saat Smith sedang menyuapi Adeline yang terus menolak makan, Ayahnya datang tiba-tiba dari pintu utama langsung menuju ruang makan.

Ia menepuk pundak putranya, yang langsung membuat lelaki itu kaget.

"Ayah, kenapa di sini?" tanya Smith.

Melihat putranya tampak malu karena perlakuan nya pada Adeline di lihat oleh sang Ayah, membuat Smith salah tingkah.

Sebelum menjawab pertanyaan sang putra, tuan Jeremy duduk di kursi meja makan bersebrangan dengan Adeline.

"Ayah ke sini untuk memastikan seberapa jauh kemajuan untuk pernikahan kalian?"

Mendengar itu Smith langsung batuk, ia hampir belum memesan reservasi apapun.

"Aku akan menikah secara sederhana dan mengundang keluarga inti"

"Tidak!" Tuan Jeremy langsung menyela jawaban dari mulut Smith.

"Tidak ada yang akan sederhana, kamu harus memiliki pernikahan paling luar biasa tahun ini"

Mendengar itu Adeline juga sampai membelalakkan matanya.

"Ayah aku tidak suka banyak orang"

"Ya begitu pun aku" ujar Adeline.

"Biarkan saja Ayah akan memesan semuanya untuk kalian, Ayah tahu Adeline sibuk di kampus karena akan segera menjadi Dokter dan kamu sibuk di kantor karena banyak sekali pekerjaan"

"Ayah aku tidak akan membuat mu kerepotan biar aku saja yang memesan semuanya"

"Aku tidak bisa mempercayaimu"

"Ayah, ini adalah pernikahan yang akan di lakukan satu kali seumur hidup dan aku akan melakukan segalanya untuk ini, aku pastikan ini akan menjadi pernikahan yang paling bergengsi tahun ini"

Adeline yang mendengar itu seakan tak percaya bahwa lelaki di depannya akan berakting seperti ini.

Jeremy mempercayai ucapan putranya itu, karena bagaimana pun mereka yang akan menikah.

"Apa kamu tidak akan pergi bekerja hari ini?"

"Tadinya akau sudah rapih, tapi calon istriku sakit jadi aku akan mengurus nya hari ini" Smith bangkit dari duduknya dan mendekap Adeline yang tampak matanya akan meloncat karena kaget! "Nah, dia baru selesai makan dan akan segera beristirahat" Lanjut Smith.

Adeline berdiri dan tersenyum memperlihatkan giginya yang rapih. Melihat keadaan yang sedikit kaku, tuan Jeremy mengerutkan keningnya, kemudian Smith menyadari itu dan langsung mengecup pipi Adeline.

Hal itu sekaligus membuat mata Tuan Jeremy langsung berkedip dan ia tersenyum senang melihat putranya itu. "Baiklah kalau begitu Ayah akan pulang, jangan lupa mengurus semua pesta yang harus berlangsung secara mewah"

Smith mengangguk, mereka berdua akhirnya mengantar sang Ayah keluar bersama.

Setelah itu Adeline masih mematung dalam dekapan Smith. "Apakah kamu akan kaku seperti itu di depan Ayahku?"

Adeline hanya menoleh sedikit, kemudian lelaki itu kembali menggendongnya kini ia di bawa ke lantai dua kamar lelaki itu.

"Hei mau kamu bawa kemana aku?" teriakan Adeline tampak sangat mengganggu pendengaran sekaligus penglihatan orang-orang di rumah itu yang masih bekerja membersihkan rumah.

"Kemana wanita itu?" tanya Sofia pada pada Clark yang sedang membersihkan meja makan.

"Siapa, yang Anda maksud nona sofia?"

"Adeline" jawabnya ketus.

"Nona Adeline, di bawa ke lantai dua oleh Tuan Smith dan dia menggendong nya secara paksa padahal Nona Adeline sedang sakit"

Mendengar itu dadanya bergemuruh, dia benar-benar terbakar api cemburu. Sofia berjalan dengan penuh emosi ke lantai dua.

Smith membaringkan Adeline di kasurnya, ia kemudian mendekat ke arah gadis itu. "Kamu harus di ajari agar tidak kaku, kamu dan aku akan segera menikah dan kita akan sering keluar bersama sebagai pasangan"

Adeline tampak ketakutan. "Apa yang ingin kamu lakukan?" mata Adeline melotot tajam.

Wajah Smith mendekat bahkan hanya tersisa satu inci ke bibir Adeline.

BRAKK....

Pintu kamar Tuan Muda yang tak memperbolehkan siapapun naik tiba-tiba terbuka. Smith kaget begitupun Adeline yang langsung reflek namun begitu Smith menoleh Adeline yang berusaha bangun malah mencium pipi lelaki itu.

Sofia melihat hal itu dengan membelalakkan matanya.

Smith langsung berdiri sementara Adeline menutup bibirnya dengan cepat karena tak menyangka apa yang baru saja terjadi. "Apa yang kamu lakukan sehingga datang tergesa-gesa?" tanya Smith sembari melangkah ke arah Sofia yang mematung di ambang pintu dengan wajah marah.

Sofia tampak gagu, ia bahkan kebingungan akan menjelaskan kelakuan nya. "Ah, Tuan maafkan aku! Tadi aku kira anda atau nona Adeline sakit parah karena mendengar teriakkan ketika aku di belakang jadi aku segera kemari untuk bertanya apakah kalian perlu bantuan atau tidak"

"Hem, kamu bisa menanyakan apa yang terjadi pada anak buah mu di bawah, jangan terlalu khawatir lagi pula jika Adeline yang sakit aku akan mengurusnya lebih dulu, lain kali kamu juga perlu mengetuk pintu kali ini aku memaafkan mu" jelas Smith, mendengar Smith tampak memperlakukan nya seperti pelayanan di depan Adeline membuat Sofia semakin kesal.

Hari ini aku akan mengurus semua keperluan pernikahan, tolong siapkan ruangan bawah karena aku akan menelpon desainer untuk datang kemari.

"Apakah anda benar-benar akan menikahinya Tuan?"

Smith mengerutkan kepalanya. "Apa maksudmu?"

"Ah, maksudku apakah Desainer nya yang akan datang kembali sini?"

Smith mengangguk pelan, dan kemudian memegang kepalanya dan menutup pintu kamar.

Sofia hanya berdiri di sana sembari mengepalkan kedua tangannya.