webnovel

JANGAN SENTUH WANITAKU

Dengan langkah tegap dan seperti tergesa-gesa namun tanpa melepaskan tangan Adeline, Smith hanya fokus sampai ke depan rumah dan membuka kan pintu untuk gadis itu.

"Masuk?" ucap Smith, setelah membuka kan mobil mewah yang tak kalah mengkilap dengan limusin yang di gunakan nya untuk menjemput Adeline.

Sebuah mobil Rolls-Royce Wraith Inspired by Film

ya, mobil dengan segala kemewahan yang ada.

Adeline sampai terkesima begitu duduk di sana dan melihat kabin nya yang di penuhi kulit mewah.

Kemudian Smith masuk dan mengendarai mobil itu, begitu kaca mobil hitam nya di naikan, keadaan menjadi sangat indah, langit-langit mobil itu berubah menjadi penuh bintang yang memanjakan mata Adeline sekarang.

Sungguh keindahan tiada tara, sampai mulutnya lebar menganga. Smith sempat melirik keadaan wajah Adeline yang tampak sangat imut saat itu juga.

"Bisakah kamu menutup mulut mu?" Smith memasangkan seat belt untuk Adeline.

Mereka kemudian pergi menuju kampus.

Begitu tiba di area kampus, Smith membuka kan pintu mobil untuk Adeline. Semua pasang mata sangat penasaran dengan siapa lelaki itu datang.

Hampir seluruh wanita di kampus itu sangat tergila-gila dan tahu tentang Smith. Namun begitu Adeline turun dari sana, mereka tidak menyadari bahwa perempuan itu adalah Adeline karena terlihat sangat berbeda.

Pakaian yang dikenakan nya memang mampu menambah kecantikan gadis itu.

"Aku akan menjemput mu nanti, kuliah yang benar agar segera menjadi Dokter!" Smith mengacak sedikit rambut Adeline, dan perlakuan itu membuat semua pasang mata membelalak.

"Apakah itu Adeline?" tanya Claire pada Clark teman yang berdiri di samping nya.

"Hah, aku baru sadar dia teman kita"

"Tapi bukankah itu adalah Smith jeremi, lelaki yang memberikan sumbangan paling besar di kampus kita?"

"Smith jeremi?" tanya Claire.

"Ya, lelaki dengan kekayaan supernya karena menjadi penerus perusahaan Ayahnya yaitu jeremi Thomas"

"Kenapa Adeline turun dari mobil mewah bersama pria tampan itu?"

Pertanyaan yang tidak ada jawaban nya itu membuat keduanya bingung.

Adeline kini berdiri tepat di depan kedua temannya nya itu setelah Smith pergi ke kantor nya.

"Kenapa tatapan mu seperti itu?" tanya Adeline pada kedua teman nya.

"Apakah kamu benar-benar Adeline dan di antarkan memakai mobil mewah itu?"

"Hem, ceritanya panjang"

"Tapi aku dengar Smith akan segera menikah, bukankah dia lelaki yang sedang memenuhi beranda sosial media?"

"Ya, dia akan menikah" jawab Adeline, ia menghela nafasnya yang berat.

"Semua orang penasaran tentang siapa calon istrinya" lanjut Clark.

"Kalian sudah tahu!" Adeline mengatakan itu sembari menatap mata Clair dan Clark bergantian.

Clair menepuk pundak teman nya itu. "Adeline, apakah kamu adalah calon istri yang di cari tahu seluruh manusia sekarang di internet?"

Adeline mengangguk pelan, namun reaksi temannya itu terlalu berlebihan.

Ia memasuki ruangan kampus nya untuk belajar karena dosen sudah datang, ia juga melihat daftar namanya di mading! Kini namanya sudah masuk ke jadwal untuk melakukan praktek, dan itu membuat nya sangat senang.

Smith bekerja seperti biasa, sekretaris nya datang menghampiri dan memberikan sebuah tablet yang sudah menyala. Smith mengambilnya, ia mengira itu adalah jadwal pekerjaan nya namun ternyata sebuah berita dimana Adeline tampak sedang di lempari telur dan tomat juga balon air.

Melihat itu Smith sangat geram, ia bisa tahu posisinya ada di area kampus. Tanpa pikir-pikir lagi ia langsung bergegas ke sana.

Begitu tiba, gadis cantik yang tadi di antar nya itu sedang kesulitan berdiri karena licin nya sepatu ber hak tinggi yang ia gunakan, karena air dan telur yang sudah membasahi lantai di tempat ia berada.

Adeline menundukkan kepalanya, namun ia tak menangis sedikit pun. Melihat kedatangan Smith, semua mahasiswa dan mahasiswi itu memberikan jalan, mereka tak menyangka lelaki itu datang.

Smith berjalan mendekat kemudian menekuk lututnya di samping Adeline, gadis itu mengangkat wajahnya nya yang sudah di penuhi tomat yang pecah menghantam kepalanya itu.

"Maafkan aku karena telat datang" ucap Smith, ia membuka jas hitam yang di kenakan nya kemudian menutupi tubuh Adeline yang sudah basah kuyup.

Ia membantu Adeline berdiri. Kemudian menatap setiap pasang mata yang melihat nya. "Siapa yang memulai ini? pasti ada seseorang yang mengusulkan untuk menyiksa calon istriku" Smith bersikap tegas dan membuat pasang mata itu menunduk ketakutan.

Mereka berjalan melewati orang-orang itu, namun langkahnya tertahan dan Smith berbalik sebentar. "Siapapun yang menyentuh wanitaku aku akan mematahkan tangan mereka" ucapan Smith tampak tak bercanda, ia kembali memegangi lengan Adeline dan membantunya masuk ke mobil .

Setelah berada di dalam kabin, dan Smith masuk ke sana Adeline mulai tak enak perasaan. "Smith apakah ini tidak masalah, aku sangat bau dan kotor" ucap Adeline.

"Aku punya banyak mobil dan baju, aku memikirkan mu dan langsung ke sini tepat setelah foto mu di unggah di sosial media"

"Smith, aku tidak tahu akan menjadi seperti ini maafkan aku"

Sembari melajukan mobilnya Smith tetap mendengar kan ucapan Adeline. "Kenapa kamu minta maaf?"

"Karena mungkin aku tidak sesuai dengan kriteria mereka untuk menjadi pendamping mu, walau ini hanya kontrak"

"Adeline, berhenti mengatakan hal seperti itu! Aku yang memilihmu, jadi bukan di tangan mereka keputusan itu berawal"

Adeline melirik Smith yang fokus dengan kemudinya.

Sesampainya di rumah, Smith segera memanggil dua pelayanan pribadi Adeline. Mereka berdua tampak sangat terkejut juga dan segera menghampiri gadis itu. Sementara Sofia ia panik melihat baju putih Smith yang sedikit kotor karena tadi membantu Adeline.

"Smith, apakah kamu baik-baik saja?" Sofia panik biasanya ia sangat tenang dan santai.

"Tidak, bukan masalah besar tolong bantu Adeline membersihkan dirinya" jawab Smith.

"Aku akan membantunya setelah membantu mu"

"Sofia, aku bisa sendiri tolong lakukan untuk Adeline" ulang Smith, dia langsung masuk ke rumah.

Melihat sikap Sofia pada Smith membuat Adeline menatap mereka, bukan hanya Adeline tapi para pelayan lain juga.

Gadis itu masuk ke kamarnya, melewati Sofia yang berdiri menatap Smith yang masuk lebih dulu ke dalam rumah. Hatinya tercabik melihat Smith lebih memikirkan gadis lain tanpa mengkhawatirkan dirinya.

Akhirnya Adeline membersihkan diri dan berganti pakaian, setelah di bantu menyiapkan baju oleh kedua pelayan pribadi nya.

"Nona muda, Tuan muda menyuruh anda naik ke lantai dua!"

"Aku, apakah boleh naik ke lantai dua?" Adeline bertanya, agar tak terjadi kesalahan serupa.

"Ya, lagi pula anda adalah calon istrinya"

Mendengar itu akhirnya Adeline menaiki anak tangga menuju lantai dua, mata merah dan sedikit kedinginan tampak di raut wajahnya akibat kejadian tadi di kampus.

Sofia menatap punggung Adeline yang sedang menuju ke atas, akhirnya hilang dari pandangan.

Ia melihat Smith duduk di sofa lantai dua, menyalakan televisi dan kemudian meliriknya.

Wajahnya tersenyum, tampak tangannya menepuk sofa di samping tempat duduknya. "Kemari!" ucapnya.

Senyuman tulus itu membuat dada Adeline berdegup sangat kencang.