webnovel

3. Orion

Setibanya di rumah Flora langsung merebahkan badannya di atas sofa, gadis itu tersenyum kecil. Memikirkan apa yang tadi siang dikatakan oleh kedua sahabatnya. Ya memang mudah sekali untuk mengatakan itu semua, karena mereka tidak merasakan apa yang Flora rasakan. Memang sangat mudah bukan untuk berkomentar?

Flora memejamkan matanya, gadis itu menutup matanya dengan tangannya. Dia bahkan belum melepas sepatu sekolah.

"Awww," gadis itu meringis pelan, ketika kakak laki-lakinya melemparkan buat jeruk yang mengenai kepalanya. Gadis itu membuka matanya, menatap nyalang ke Orian. "Lo ngapain si?!" tanya gadis itu marah.

"Ganti baju dulu lo," kata Orion. Pemuda itu duduk di sofa samping Flora. "Mamah belum pulang?" tanyanya lagi.

Flora menggeleng pelan. Gadis itu duduk dan mengamati wajah tampan milik kakaknya. Gadis itu tersenyum kecut.

"Kenapa lo?" tanya Orion ketika dia menatap pandangan yang berbeda dari adiknya ketika menatapnya.

Flora menggeleng pelan. "Nggak," jawabnya. "Nggak papa," katanya lagi. "Lo kenapa semalem nggak balik?" tanya gadis itu.

Mereka hanya tinggal bertiga, dengan rumah sederhana peninggalan papahnya. Papah tidak meninggalkan banyak harta, hanya rumah minimalis berlantai dua, sebuah toko kue yang dikelola mamah dan beberapa uang tunai. Ya setidaknya ketika papah meninggalkan mereka, mereka masih memiliki uang tunai yang lumayan banyak.

Orion yang saat itu masuk ke universitas ternama memerlukan banyak biaya, dan ditambah lagi Flora yang pada saat papahnya meninggal sedang duduk di bangku kelas tiga SMP. Membuat uang tinggalan papah yang seharusnya bisa untuk jangka panjang, habis hanya beberapa bulan.

"Masih ada urusan di kampus," jawab Orion. Pemuda itu menyalakan televisi. "Biasanya gue nggak pulang juga lo nggak nanya," katanya lagi.

"Makin lama lo makin sering nggak pulang," jawab Flora. "Emang sesibuk itu ya jadi mahasiswa?"

Orion mengangkat satu alisnya ke atas masih belum paham dengan topik yang dibawakan oleh Flora. "Maksudnya?" tanya pemuda itu, sekarang dia kehilangan selera untuk menonton film yang ditayangkan disalah satu stasiun TV nasional. "Bukannya dari dulu gue juga jarang pulang Flo?" tanyanya lagi.

Flora menarik nafas pelan, sepertinya pembahasan kali ini akan berjalan cukup lama. "Ya memang," jawabnya singkat.

"Lo kenapa si?" tanya Orion. "Ada masalah?" tanyanya lagi.

Flora kembali menatap wajah tampan Orion. Bukankan mereka dilahirkan dari rahim yang sama? Tapi kenapa Orion memiliki wajah yang tampan sedangkan dirinya tidak cantik? Pemuda itu bahkan dikaruniai otak yang lumayan encer, dan membuat mamah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuknya. Ohh mungkin itu salah satu hal yang membuat kenapa Orion jarang sekali ada di rumah.

Ingat sekali Flora, ketika dulu dia masih SD dan Orion kelas tiga SMP. Saat itu teman-teman Orion untuk uang pertama kalinya main ke rumah mereka, dan semuanya berjalan baik-baik saja. Sampai ada salah satu teman perempuan Orion yang menanyakan siapakah Flora, padahal susah jelas-jelas di ruang tamu mereka banyak terpajang foto kebersamaan Flora dan juga Orion. Dan setelah bertahun-tahun hal itu berlalu, kini Flora kembali mengingat hal itu. Mungkin dulu Flora masih terlalu kecil untuk memikirkan ini semua, tapi sekarang gadis itu sudah berumur enam belas tahun. Dan dia sadar jika dirinya juga sering dibandingkan dengan kakak laki-lakinya.

"Flo?" panggil Orion lagi. "Ada masalah?" tanya Orion lagi.

"Gue bener anak mamah sama papah bukan si?" tanya Flora tiba-tiba.

"Lo kenapa si?" tanya Orion. "Kenapa tiba-tiba tanya hal nggak penting kaya gitu coba? Ada yang jailin elo di sekolah?" tanya pemuda itu.

Flora menggeleng pelan. "Nggak kok, nggak ada,"

"Terus?"

"Nggak papa gue bingung aja,"

Orion mendesah pelan. "Nggak usah aneh-aneh deh Flo, gue tau pas mamah hamil elo. Bahkan pas elo lahir juga gue tau, ada gue disana," katanya. "Nggak usah mikirin hal nggak penting kaya gitu lah,"

"Tapi kenapa cuma gue yang nggak cantik di keluarga ini?" tanya Flora.

"Kata siapa lo nggak cantik?"

"Yon ayolah, lo juga tau kali kalo gue emang nggak cakep," kata Flora. Gadis itu tersenyum untuk menutupi kesediannya. "Gue udah tau, dan gue juga punya kaca di kamar," katanya lagi.

"Lo bukannya nggak cantik Flo," kata Orion. "Tapi elo belum tau gimana caranya untuk jadi cantik," lanjut Orion.

"Maksud lo?"

"Gue yakin temen-temen lo udah pada perawatan kan? Mereka pasti sering ke salon dan pakai produk-produk kecantikan," jawab Orion. "Tapi elo nggak, lo bahkan nggak pernah pakai apa-apa, selain lip blam," pemuda itu menepuk kepala Flora pelan. "Semua orang cantik Flo, dan menurut gue elo cantik. Ada saatnya nanti elo sadar kalo kecantikan paras bukanlah segalanya," kata Orion lagi sebelum pemuda itu pergi ke dapur dan meninggalkan Flora.

*****

Setelah sebelumnya Flora dibuat bingung sekaligus kesal oleh perkataan Cinta dan juga Ayra. Kini gadis itu dibuat lebih tenang oleh kakak laki-lakinya sendiri, Orion. Mungkin mereka berdua memang tidak begitu dekat karena kesibukan masing-masing. Tapi Orion adalah orang pertama yang akan datang jika melihat adiknya membutuhkan pertolongan. Janji Orion selalu Flora ingat, janji yang pemuda itu katakan di detik-detik papah meninggalkan mereka semua. Janji pemuda itu untuk selalu menjaga Flora dan juga mamah.

Tok tok tokk

"Flooo," panggilan Orion membuat Flora menghentikan kegiatannya.

"Iyaaa,"

"Mau ikut nggak?"

"Kemana?"

"Ke toko,"

"Tunggu bentar, gue ganti baju dulu," jawab gadis itu.

Flora dengan cepat mengganti seragamnya dengan pakaian rumah biasa. Gadis itu hanya menggunakan celana kulot hitam dan kaos berwarna putih.

"Lo nggak ke kampus?" tanya Flora pada Orion.

Mereka sedang menuju toko milik mamahnya, Florion bakery. Nama yang diambil dari gabungan nama Flora dan juga Orion.

"Nggak,"

"Tumben," jawab Flora apa adanya.

"Nggak tumben juga kali,"

"Lo belum jawab pertanyaan gue yang tadi loh,"

"Yang mana?"

"Apa semua mahasiswa emang sesibuk elo ya?"

Orion menggeleng kecil. "Nggak kalo memang mereka tercukupi dari segi finansial,"

"Maksudnya elo nggak tercukupi?" tanya Flora dengan polosnya.

"Bukan gitu," kata Orion. "Lo masih kecil, nggak perlu tau urusan orang dewasa,"

"Gue udah enam belas tahun kali, dan ini menurut gue juga bukan urusan orang dewasa," kata Flora. "Jadi kenapa elo selalu sibuk,"

"Gue kerja," jawab Orion apa adanya.

"Serius?" tanya Flora yang terkejut dengan satuan fakta yang dikatakan oleh kakaknya. "Mamah tau?"

Orion menggeleng pelan. "Nggak lah,"

"Kenapa elo nggak ngomong mamah?"

"Ya gue nggak nggak tega lah Flo," kata Orion. "Gue udah bilang kan elo masih terlalu kecil untuk tau,"

"Tapi kan elo dapet beasiswa Yon, dan mamah juga masih kasih uang jajan buat elo," kata Flora lagi.

"Beasiswa nggak bisa menutup semuanya Flo, dan uang dari mamah juga masih utuh,"

Lagi-lagi Flora dibuat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh kakaknya. "Kenapa?"

"Buat jaga-jaga aja, jadi gue nggak mau pake kalo emang nggak terlalu mendesak,"

"Tapi kenapa elo masih kerja si? Apa yang mamah kasih juga udah cukup kan?"

"Flo kita itu nggak seberuntung orang-orang diluaran sana yang bisa mencukupi kebutuhan mereka bahkan bisa buat beli barang-barang yang nggak terlalu penting. Dan kenapa gue milih nyimpen uang itu, ya kaya apa yang gue bilang tadi. Buat jaga-jaga, meskipun nggak kepake sekarang pasti kepake besok,"

"Terus elo sekarang nggak kerja?"

"Gue dipecat,"

Dan belum ada satu jam Flora dibuat terkejut oleh kakaknya. "Kenapa?"

"Ini urusan orang dewasa lo nggak perlu tau," kata Orion, dan kembali melajukan motornya dengan kecepatan sedang setelah tadi mereka berhenti di lampu merah.