webnovel

2. Love yourself first

Flora tidak langsung menjawab pertanyaan dari kedua sahabatnya. Gadis itu mencoba

berfikir, merangkai kata dalam hati agar tidak menyakiti pihak manapun.

"Engga. Lo berdua ngga salah kok. Santai aja." Flora menunjukan senyum manisnya,

berharap mereka percaya apa yang dia katakana.

"Kita temenan udah lama loh Flo." Cinta, yang memang paling mudah terbawa emosi kini

tersulut. "Kenapa si ngga ngomong dari awal? Kalo lo ngga pernah cerita gue sama Ayra ya ngga akan pernah tau Flo salah kita dimana." Jawabnya. Sedangkan Ayra hanya diam mendengarkan obrolan keduanya. Kemungkinan besar gadis cantik itu masih syok dengan penuturan Flora barusan.

Flora menarik nafas panjang. Tidak habis fikir jika perkataannya dapat membuat kedua sahabatnya merasa bersalah seperti sekarang. "Iya memang gue ngga percaya diri karena kalian berdua. Tapi itu semua bukan kesalahan elo berdua. Tapi memnag murni kesalahan gue sendiri." Flora memandang kedua sahabatnya bergantian yang membuat alis Cinta terangkat satu dan Ayra menegukk ludah tak nyaman. "Kalian berdua itu ngga pantes buat temenan sama gue." Katanya. Flora diam sejenak, mencoba mencerna pa yang baru saja dia katakana. "Eh bukan kalian. Tapi gue itu ngga pantes buat dapet temen kaya kalian berdua."

"Maksudnya gimana si?" Ayra mulai bergerak tak nyaman. "Ada yang ngomong jelek tentang lo?"

Lagi-lagi Flora menggeleng. "Ay. Stop. Ngga ada yang ngomongin hal buruk tentang gue, ngga ada yang bully gue dan ngga ada yang memperlakukan gue buruk."

"Terus klao gitu kenapa lo sampe ngga percaya sama diri lo sendiri. Kalo bukan karna omongan jahat orang lain? Kenapa elo ngga bisa nunjukin tentang siapa elo?" Cinta yang sudah bisa sedikit mengontrol emosinya mengutarakan pendapatnya.

"Semua itu ngga semudah apa yang lo omongin Cin. Kalo sekedar berkomentar si gue juga jago. Tapi insecure bukan hal remeh bagi gue."

"Jadi elo insecure?" tanya Ayra yang sudah mulai bisa menangkap pembicaraan mereka. "Tapi apa yang membuat elo insecure si Flo?"

Flora menaikan kedua alisnya terkejut. Gadis itu benar-benar tidak menyangka hal itu yang akan dikatakan Ayra selanjutnya. Apa Ayra tidak pernah sadar sebelumnya, tentang dia yang selalu disisihkan di lungkungan ini, tentang dia yang dianggap berbeda oleh teman-teman mereka, dan tentang dia yang merupakan peran pembantu ketika sedang berada bersama kedua sahabatnya.

Ayra dan Cinta tentu saja menanyakan tentang hal itu. Karena apa? Karena mereka tidak pernah merasakan kurang, karena posisi mereka selalu di atas, karena mereka selalu disanjung.

"Elo yakin nanya itu Ay?"Flora menarik satu sisi bibirnya ke atas. "Elo ngga sadar seperti apa tatapan mereka kalo gue lagi jalan sama kalian berdua, lo ngga sadar apa yang mereka ucapkan kalo gue lagi makan sama lo berdua, elo ngga sadar? Atau emang pura-pura ngga sadar?" Entahlah, kali ini Flora hanya ingin meluapkan emosinya. Hujan tadi pagi ternyata juga membuat moodnya sangat buruk hari ini. Semoga saja Ayra dan juga Cinta masih mau memaafkan kesalahan dirinya.

"Ko lo ngomongnya gitu si Flo? Kalo masalah ngga percaya diri, insecure atau apapun itu elo ngga berhak dong ngata-ngatain gue sama Ayra. Itu kan masalah elo, kenapa elo ngga bisa lebih mensyukuri apa yang lo punya? Kenapa elo selalu melihat orang lain sebagai patokan buat diri lo sendiri? Terus kalo udah gini elo nyalahin kita yang bahkan ngga tau apa-apa."

Tepat. Pada akhirnya tetap dia yang akan salah dan harus mengalah. Mungkin memang benar kalimat yang diucapkan Flora tidak tersusun dengan rapih. Tapi apa Cinta fikir kata-katanya tidak semakin menyakiti hatinya?

"Kan tadi elo yang tanya kan? Kenapa sekarang jadi nyalahin gue. Gue jawab juga sesuai sama yang gue rasain kali." Flora mengalihkan pandangannya dari Cinta, mencoba sedikit meredam emosinya. "Gue juga dari awal ngga bilang kan kalo rasa insecure gue gara-gara kalian berdua? Tapi kenapa elo nyimpulin kaya gitu?"

Ayra mencoba menatap kedua iris hitam Flora. "Flo jelas banget loh diawal lo ngomong itu semua gara-gara gue sama Cinta. Gue lagi ngga mau berdebat sama elo. Dan gue juga ngga mau denger kalian berdua adu mulut yah." Ayra meraih jemari Flora yang diletakan gadis itu di atas meja. "Kita sahabatan emang baru satu tahun. Tapi bukan berarti persahabatan kita juga harus singkat Flo."

"Terus sekarang lo maunya apa?"

"Gue mau lo jawab pertanyaan dari kita." Kata Cinta, kini sorot matanya lebih baik dari sebelumnya. "Tapi harus jujur."

Flora mengangguk singkat, yang membuat mereka berdua tersenyum tipis. Kadang hal itu juga yang membuat Flora bingung. Kenapa mereka bertiga kalo marahan ngga pernah bisa lama ya? Paling lama ya satu hari dan itupun ngga ada 24 jam. Tapi tetap saja kini kalo mereka bertiga mau hang out bareng Flora sering menolak ajakan mereka. Tentu saja karna satu masalah yang mungkin dimiliki setiap perempuan. Dan tentunya selain Ayra dan juga Cinta.

Ayra menggigit bibir bawahnya, sedikit ragu. "Yang pertama elo insecure karna apa?" tanyanya. Pertanyaan yang sama seperti sebelumnya, yang menyulut emosi Flora.

Flora diam cukup lama, jika dia jawab insecure karena kedua sahabatnya pasti itu bakal ngebuat mereka ngga enak. "Emm, mungkin karena fisik gue." Jawabnya singkat.

"Is physique so important?" tanya Ayra, mengangkat satu alisnya ke atas.

Flora mengatur nafasnya, kenapa Ayra harus menanyakan itu, sedangkan kebanyakan perempuan juga merasakan hal yang sama seperti Flora. Insecure karena fisiknya tidak sebaik yang lain.

Flora berdehem pelan. "Emm. You will never know I think. Karena elo emang ngga pernah berada di posisi itu." Flora memandang Cinta dan juga Ayra bergantian. "Lo tau kan di zaman sekaramg fisik itu paling penting. Siapa si orang yang ngga mandeng fisik dulu? Ada? Engga kan. Bahkan lowongan pekerjaan aja mengutamakan yang good looking dulu. Apa lagi untuk yang lain-lainnya.

Gue itu minder karena orang terdekat gue itu macam kalian berdua. Kalian cantik, siapa si di sini yang ngga kenal atau ngga tau kalian? Ada? Engga kan. Yang kedua kalian pinter sosialisasi, makanya temennya banyak. Ngga kaya gue yang bahkan di kelas ini aja hanya beberapa Yang ketiga kalian berdua aktif organisasi, aktif sana sini. Dan yang paling penting lo berdua ngga akan tertolak."

"Tapi lo juga pasti bisa kaya kita Flo." Cinta menyanggah, mencoba mengenyahkan pikiran buruk yang sudah lama tertanam di otak Flora. "Lo harus berani nyoba dulu. Pelan-pelan."

Memang benar apa yang dikatakan Cinta. Dia harus mencoba dulu, step by step.

"Udah. Gue udah pernah nyoba kok." Flora tersenyum miris. "Tapi kalian tau lah, tanggappan mereka seperti apa. Kalo respone mereka baik kita ngga akan ngobrolin ini."

"Flo gue boleh ngasih saran ya?" tanya Ayra.

Flora mengangguk singkat. "Silahkan."

"Kalo lo mikirnya fisik itu nomer satu menurut gue itu salah si Flo. Kenapa gue bilang salah. Karena mereka yang diberi fisik bagus, I mean kaya badan mereka bagus, kulit mereka putih, wajah mereka cantik, rambut lurus. Tapi dia ngga bisa menunjukan siapa dia, dia tidak percaya diri, dia menyendiri itu sama sekali ngga ada gunanya Flo. Maksud gue kecantikan yang orang agung-agungkan karena sesuatu yang dia miliki itu ngga akan ada gunanya karena aura yang dia punya ngga keluar. Itulah mengapa banyak orang yang mengatakan kalo cantik itu ngga penting."

Flora mengerutkan dahinya. "Tapi kalo lo punya muka cakep maybe hampir 99% masalah lo teratasi."

"Ya okay. Mungkin itu bener ya, tapi ngga selalu Flo. Masa iya si setiap si cantik bikin masalah selalu di maklumi. Pasti itu cuma diawal-awal aja. Kalo udah berkali-kali juga tetep mereka ngga mandang itu." Ayra diam sejenak. "Yang penting itu lo harus percaya dulu sama diri lo, percaya kalo lo bisa dan elo bangga sama apa yang lo punya. Karna nanti kalo kita udah punya itu semua, kita bakal berani buat ngomong hal-hal yang sebenarnya ngga cocok di kita. Dan lo juga jadi bisa ngebela orang lain atau minimal diri lo sendiri lah kalo ada yang ngejahatin. Semua itu dasarnya dari percaya diri Flo. Kalo lo percaya diri kan lo ngga takut, ngga ragu. Dan powernya juga makin kuat."

Flora diam mendengrakan apa yang dikatakan Ayra. 100% benar, apa yang di ucapkan Ayra memang benar. Tapi yang jadi masalah dia belum berani untuk memulai.

"Ngerti kan Flo apa yang diomongin sama Ayra?"

"Iya ngerti."

"Lo kenapa? Masih ragu? Takut?"

"Gue bingung harus mulai dari mana." Katanya jujur.

"Gini, penyebab utama yang buat lo ngga percaya diri kan karna fisik. Meskipun menurut gue elo juga udah cantik dengan ramput pendek lo dan kulit lo yang eksotis. Tapi kalo emang lo insecure langkah pertama lo bisa rubah penampilan lo atau belajar dandan deh dikit-dikit."

"Emm misal kaya maskeran, luluran gitu-gitu aja Flo. Yang penting rajin skincarean deh." Imbuh Ayra.

"Emm, okay. Terus?"

"Kunci utamanya lo harus cinta dulu si sama diri lo. Kalo lo belum cinta sama diri lo, lo mau dandan kaya apa juga pasti lo bakal ngrasa belum puas."

"Hem okay. Gue cinta sama diri gue."

Mendengar itu Cinta tertawa terbahak-bahak. "Ngga gitu juga ege."

Ayra mendesah pelan. "Udah lah itu lanjut nanti dulu. Sekarang makan dulu aja yuk." Ajaknya.

Mereka akhirnya memutuskan untuk makan di café dekat sekolah. Seperti biasa Flor amengedarkan pandangannya, melihat ke kanan kiri mereka yang memandang kedua sahabatnya tanpa kedip. Huh baru aja beberapa menit dia diberi wejangan oleh Ayra dan juga Cinta. Tapi udah gini lagi.

You have to love yourself Flo. Katanya dalam hati.