webnovel

Hans, Penyihir Buta Aksara

[15+ Rated Stories] Sebuah kisah petualangan bocah yatim piatu, tak bisa membaca, diseleksia. Kesepian dan diremehkan, ia seolah sendirian melawan kebiungungan. Satu-satunya peninggalan orang tuanya, yang mungkin menyimpan rahasia tentang keduanya adalah sebuah buku lusuh yang tidak bisa ia baca. Pertemuannya dengan para Magi, pengguna aksara membawanya ke dunia yang bahkan tidak pernah terlintas dalam imajinasi terliarnya. Sebuah petualangan dan perjuangan di mana Aksara dan Doa mampu mengubah segalanya! Sebuah cerita tentang sihir dan pertempuran kerajaan antara manusia dan iblis, antara manusia dan saudaranya! "Aksara, sebuah goresan penghantar doa yang menggerakan semesta!" [ Support aku di halaman karya karsa berikut: https://karyakarsa.com/gulahitam/rewards ]

GulaHitam · Fantasi
Peringkat tidak cukup
90 Chs

Aksara 24a, Mengajar

"Baiklah!" Hans menjawab dengan yakin, dalam hati ia bersorak kegirangan. Meski begitu ia merasa tidak nyaman dengan senyuman percaya diri yang tersemat di wajah sang profesor.

Keduanya sampai di tempat tujuan mereka, sebuah pohon besar dengan ribuan pintu menyambut keduanya. Melihat pemandangan di hadapannya ia terkejut, tempat ini belum pernah ia datangi sebelumnya.

Semakin dalam keduanya berjalan, Hans semakin merasa ada yang mencurigakan. Perasaan itu bertambah semakin kuat ketika ia memasuki aula tempat belajar.

"Semoga berhasil nak! Hhohohohoho!" Profesor mendorongnya masuk secara paksa, ia seakan terlempar oleh energi yang luar biasa. Di tambah ia dalam keadaan tidak siap tubuhnya terjerumus masuk ke dalam aula, Hans tidak pernah menyadari pintu yang ia masuki adalah pintu masuk khusus para pengajar.

"Busss!"

Ketika Hans melewati pintu, ia menatap profesor Gyves yang melambaikan tangan ke arahnya. Hans bisa membaca bibir sang profesor ia berucap dengan nada pelan,"Semoga berhasil!"

Seketika itu juga ia menyadari sesuatu, ia berbalik dan bersalto di udara untuk mematahkan momentum dorongan dan berdiri di atas kedua kakinya. Namun ketika ia mendarat dan mengangkat kepalanya, dua ribu orang memandangnya dengan tatapan yang bermacam-macam.

"Senior...." Ujar Hans kecil, tubuhnya bergidik. Ia kemudian berbalik dan menatap pintu yang kini tertutup, hendak mengumpat dan meneriakkan nama sang profesor.

Ia bergetar kuat, namun menutup matanya dan mengepalkan tangannya.

"Hei bocah apa yang kau lakukan di sana!" Salah satu peserta kelas bertanya, kemudian tertawa.

"Hahaha kau mau menari? Aku baru tahu profesor Gyves memulai kelasnya dengan pertunjukkan." Ia berambut keriting dengan tindikan di telinga kanannya.

"Hahahahahah!" Tawa riuh keras terdengar, Hans seakan mendengar gemuruh badai ketika ribuan orang tertawa di saat yang bersamaan.

Ia mengangkat kepalanya, menatap balik senior yang mempermalukannya.

"Oh tentu saja, bukankah anda yang meminta saya mengajari anda!" Hans menatapnya tajam.

"Hahaha!" Tawa panjang menyambut ucapan Hans.

"Hei Ramsey ternyata kau suka menari juga? Biar ku tebak, kau pasti penari perut!" Salah seorang senior lain menimpali! Ia duduk di bagian paling belakang, seorang pemuda berumur tiga belas hingga lima belas tahun duduk sambil menyandarkan kepalanya pada dua tangannya yang ia silangkan di belakang kepalanya.

"Hmmm..." Ramsey mencari sosok yang berani mengucapkan itu padanya, namun ketika ia melihat sosok yang berkata demikian ia menelan perkataannya dalam-dalam.

"Maki..." Ruangan itu kemudian menjadi hening, semua mata menatap sosok Maki yang masih duduk di bangku miliknya. Ia mengedipkan mata pada Hans, hal itu membuatnya Hans tersenyum lebar dan berkedip balik. Akademi memberikan waktu sepuluh tahun bagi siswanya sampai mereka lulus, karena untuk membentuk satu kata aksara setidaknya membutuhkan waktu lima tahun atau bahkan sepuluh tahun aki para murid biasa.

Namun hal ini tidak berlaku untuk semua orang, para jenius membutuhkan waktu yang lebih singkat dari yang lain. Salah satunya adalah Todoru Maki, ia membentuk aksara pertamanya di umur sembilan tahun. Membuat kata aksara pertamanya di umur tiga belas tahun, saati ini ia berumur lima belas tahun, dan tengah berusaha membentuk kata aksara keduanya!

Kakak kelas di akademi Exeter di bagi menjadi tiga empat tingkat: Siswa baru, tingkat 1, tingkat 2 dan tingkat 3. Seorang siswa yang tidak mampu mencapai tingkat satu sebelum waktu lima tahun, otomatis akan kehilangan haknya menjadi murid akademi. Persyaratan untuk menjadi tingkat satu adalah memiliki satu aksara, sedang menjadi tingkat dua adalah memiliki satu kata aksara.

Untuk mencapai tingkat tiga seorang harus membuat satu aksara baru, dan baru dinyatakan lulus ketika berhasil membentuk aksara keduanya!

"Selamat pagi.."

"Aku Hans Swarawidya, profesor Gyves menugaskan aku untuk menggantikannya mengajar di kelas tanaman obat tingkat Lanjut."

"Pelajaran hari ini ada-" Hans belum sempat menyelesaikan perkataannya, seorang siswi berdiri di sisi lain ruangan.

"Belajar dari mu? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya, aku baru tahu profesor Gyves mempunyai murid?!" Ujar Gadis tersebut, ia memiliki rambut berwarna biru keunguan, bibirnya berwarna merah muda. Wajahnya cantik dan memiliki sisi dingin yang membuatnya terlihat sangat sombong.

"Tentu anda belum pernah melihat saya, saya baru bergabung dengan akademi beberapa Minggu lalu.."

"Perkenalkan aku Hans, murid tuan Gyves." Ia membungkuk memberi penghormatan khas daratan utara.

"Tceh!"

"Tahu apa kau?!" Ujar Ramsey kesal.

"Benar! Kau ini anak baru tahu apa?!" Suara lain saling bersambut, kali ini Maki terdiam, ia sendiri pun tak mengerti bagaimana cara membantu Hans.

Hans terdiam, ia menghitung-hitung dengan jarinya sambil berpikir.

"Baiklah, bagaimana bila kita bertanding?" Tanya Hans, memantapkan dirinya.

"Kalian bisa bertanya seratus nama tanaman obat secara acak, dari buku pengenalan tanaman obat dasar hingga lanjutan. Bila aku salah menyebutkan satu saja, maka kalian menang!"

"Bagaimana?!" Sambil tersenyum ia menatap seluruh isi ruangan.

Ruangan itu kemudian menjadi hening, para senior saling tatap satu sama lainnya. Hans hanya diam menunggu jawaban mereka, Maki menutup matanya sambil tersenyum.

"Kau boleh juga Hans! Hahahaha" Ujarnya dalam hati.

"Bila kami kalah kau bisa mengajar kami, tapi bila kau kalah lantas kau akan membayar kami dengan apa?" Tanya Ramsey.

"Kalau aku kalah, siswa yang memberi nama tanaman yang tidak mampu aku jawab akan lulus secara otomatis!" Hans memandang Ramsey tajam, namun dengan ekspresi yang percaya diri.

"Baiklah! Seratus pertanyaan dan siapa saja boleh bertanya?" Gadis yang sebelumnya memotong ucapan Hans bertanya lagi, seluruh kelas seperti memandang ke arahnya seolah ia adalah pemimpin mereka. Gadis itu bernama Clariane Beiley ia berasal dari keluarga para Alcemist keluarganya termasuk pula dalam golongan bangsawan, ia adalah siswi terpintar di angkatannya.

"Tentu saja, siapa pun boleh bertanya."

"Bisa kita mulai sekarang?" Hans masih tersenyum percaya diri.

Clariane melihat teman-teman satu kelasnya,"Baiklah, kita mulai!"

"Hani, kau uji dia, gunakan nama tanaman dari buku tingkat menengah! Gunakan seri tumbuhan pembantu persalinan!" Clariane berbisik pada siswi perempuan di sebelahnya. Gadis itu memiliki rambut luruh hitam sebahu, dengan wajah yang datar dan dingin.

Gadis itu mengangguk, kemudian membuka buku tebal yang ia pangku. Dengan tangannya ia mengurutkan nama-nama tanaman yang tertulis di sana,"Ini dia.." Bisiknya pelan.

"Folium Perillae[1]" Gadis itu berujar keras, matanya memandang Hans. Ia masuk dalam posisinya semula duduk di bangkunya sambil memangku buku tebal yang sebelumnya ia baca.

Hans memalingkan kepalanya mencari sumber suara, ia mendapati seorang gadis berwajah dingin dengan ekspresi yang datar, seakan ia tidak memiliki semangat hidup sama sekali.

Haha, sungguh kejam menanyakan tanaman yang sangat jarang di pelajari oleh para magi laki-laki..

Hans memahami betul maksud pertanyaan itu untuk menjebaknya, karena para Magi hanya berfokus pada pengobatan diri dan bukan orang lain. Magi adalah individu yang egois, terutama hal yang menyangkut masalah persalinan dan kehamilan, mereka tidak ingin membuat waktu untuk hal yang tidak berhubungan langsung dengan kekuatan mereka.

"Halo kak, siapa namamu?" Hans tersenyum, tidak langsung menjawab pertanyaan namun justru menanyakan nama orang yang baru saja melemparkan pertanyaan padanya. Senyuman dan pertanyaannya merupakan serangan psikologis yang sebenarnya Hans sendiri tidak sadari, ia mempelajarinya tanpa sadar dari Paman Wiggins ketika sang paman bersitegang dengan pedagang dan pembeli yang berusaha menawar.

"Eh?! Namaku Hani Gale!" Hani tertangkap tanpa persiapan, ia terkejut, tak mengira orang yang ia ajukan pertanyaan justru bertanya balik.

"Folium Perillae.." Hans memandang sekeliling kelas sambil berjalan.

"Tanaman ini mungkin tidak banyak kalian dengar, namun tanaman ini sangat berguna dalam persalinan untuk memperlancar proses keluarnya janin dan menghilangkan rasa mual ketika hamil."

"Aku tahu, mungkin sebagian dari kalian berpikir kegunaan tanaman ini hanya sebatas menolong ibu hamil."

"Tapi jangan salah, tanaman ini juga berguna untuk menghilangkan alergi karena makanan laut. Namun fungsi yang tidak banyak di ketahui banyak orang adalah, tanaman ini dapat membantu proses peredaran darah dan penyaluran jiha ke seluruh tubuh!" Hans tersenyum makin lebar, ia menutup penjelasannya dengan menepuk pelan kepalan tangan kanannya pada telapak tangan kirinya yang terbuka.

"Hahhh?!"

"Apa?!!" Suara decak kagum dan siswa-siswi yang terkejut memenuhi ruangan, Hans berbalik dan memunggungi mereka.

"Bagaimana bisa? Kau hanya mengada-ngada!" Hani berdiri dan berteriak, meski begitu Hans hanya tersenyum dan menggeleng.

"Buka buku tentang tanaman magis karya Melsie Decem, bagian 1, halaman dua puluh empat! Paragraf kedua!" Ia berucap pelan.

"Pertanyaan selanjutnya?" Ia mengabaikan Hani yang masih tidak percaya, ia membuka buku lain yang jauh lebih tebal dari buku sebelumnya, mencari halaman yang Hans sebutkan. Ia menemukannya, kemudian membaca kata per kata, menggunakan telunjuknya sebagai pemandu arah pandangnya.

Telunjuknya terhenti, begitu pula nafasnya.

"Bagaimanamungkin—" Ia mematung memandang deskripsi pada halaman buku yang ia buka.

Hani membacakan isi dari buku yang ia pegang, seluruh kelas seakan mengabaikan Hans dan mendengar ucapan Hani dengan seksama.

Mereka kemudian memandang Hans yang masih tersenyum polos yang jelas terlihat dibuat-buat, ia terlihat begitu sabar tak memaksa siswa untuk segera mengajukan pertanyaan lainnya.

"Oh iya, kakak-kakak senior sekalian mohon diingat waktu kelas ini hanya dua jam, sehingga bila kalian tidak bisa memberi satu nama tanaman yang tak mampu aku jawab sebelum kelas berakhir maka aku menang!" Kini wajah Hans tersenyum jahat, ia merasa percaya diri karena seratus pertanyaan membutuhkan waktu jeda di sela-selanya, belum lagi penjelasan tiap tanaman yang memakan waktu.

"Eh, kau menjebak kami rupanya?!" Teriakan marah para senior memenuhi telinga Hans, ia hanya memasukan jari telunjuk kanan dan kirinya menutup ke dua telinganya.

"Brak!" Ramsey menggebrak meja sambil berdiri, bibir Hans sedikit bergetar melihat prilaku emosionalnya.

Orang temperamental seperti mu, apa masih ada gunanya belajar? Kau lebih percaya emosi dari pada kepalamu sendiri!

"Teman-teman, kita harus cepat atau bocah kurang ajar ini akan menang dan menyombongkan diri karena telah menang dari kita!" Lanjut Ramsey, tidak mengira pada saat yang sama bocah yang ia tunjuk-tunjuk sedang berusaha menilainya.

"Betul!" Seluruh kelas menyaut dengan teriakan, kemudian membuka buku mereka masing-masing. Seluruh siswa membawa beberapa buku tebal bersama mereka, bahkan Maki pun demikian. Ia kini duduk tegap sambil menatap Hans yang mengejutkannya.

Informasi ini sangat penting, aku sepertinya harus lebih sering bertukar pikiran dengan bocah itu.

Senyuman merekah di wajah Maki, ia merasa beruntung menjadi pemandu Hans pertama kali ketika memasuki akademi.

"Flos Magnolie![2]"

"Spica Prunella [3]"

..

..

...

..

Nama demi nama berkumandang memenuhi kelas, Hans dengan sabar ia menjelaskan setiap tanam dengan jelas dan lugas, terkadang pula ia mendetil. Semakin banyak nama yang disebutkan oleh para siswa, semakin serius wajah para senior itu memandang Hans.

Catatan Kaki:

[1] Folium Perillae, latin, sebuah tanaman yang juga di sebut daun perilla. Salah satu tanaman tradisional Ina yang di gunakan untuk menghilangkan mual pagi hari ketika hamil. Daun yang telah di keringkan kemudian di rebus, tidak terlalu lama kemudian di minum. Tentunya dengan dosis yang tepat. Penggunaan obat ketika hamil membutuhkan pengawasan yang lebih tinggi, konsultasi dengan dokter dan ahli sebelum menggunakan obat tradisional.

[2] Flos Magnolie, latin, sebuah tanaman yang juga di sebut kuncup bunga mangnolia. Batangnya mengandung senyawa magnoliol, honoikol obovatol yang berguna sebagai anti kanker dan juga untuk mengurangi kecemasan tanpa efek samping. Memiliki efek penenang.

[3] Spica Prunellae, latin, sebuah tanaman obat tradisional China yang di kenal mampu memperlancar peredaran darah dan energi panas tubuh. Membuat mata bersinar dan menyembuhkan TB paru. Tanaman ini juga berguna untuk mengobati hipertensi atau darah tinggi Karena di percaya mampu menghancurkan gumpalan darah yang mengental, membuat peredaran darah semakin lancar dan sehat. Menghilangkan pusing akibat darah tinggi.