webnovel

Memberikan Pelajaran Untuk Wanita Yang Tidak Patuh

Editor: Wave Literature

Meskipun taksi yang ditumpanginya tidak dihentikan oleh penjaga keamanan, tetapi Sang Xia tetap memutuskan untuk masuk dengan berjalan kaki. 

Di dalamnya, setiap villa terlihat sangat mewah dan berkelas. 

Tetapi ia tidak berhenti untuk mengagumi dan mengapresiasinya. Ia segera mengeluarkan ponsel dan menelepon nomor dari pesan yang dikirim oleh Rong Zhan. 

Panggilan telepon itu tersambung tapi tidak ada jawaban. 

Baru setelah Sang Xia melihat seseorang datang menjemputnya, ia menutup telepon dan berjalan bersamanya.

"Nona Sang, silakan lewat sini." 

Alberta, pembantu rumah tangga itu membawanya ke salah satu villa dan mengantarnya ke sebuah meja besar. Tanpa mengatakan kapan tuannya akan datang, ia langsung pergi meninggalkan Sang Xia sendirian.

Ini bukan pertama kali bagi Sang Xia bertemu dengan Alberta. 

Ia adalah pria berdarah Romawi setengah baya.

Sang Xia tidak mengetahui banyak tentang Rong Zhan, tetapi ia telah mendengar tentang keluarga mereka sebelumnya. Orang tua Rong Zhan tinggal di Roma dan Alberta berasal dari pihak orang tuanya. 

Bisa dibilang ia adalah kepala pengurus rumah Rong Zhan, tetapi juga seorang asisten. 

Namun, Sang Xia tidak bisa duduk diam. Ia terdesak waktu dan Rong Zhan tidak kunjung muncul. Sang Xia akhirnya berdiri untuk menemukan Alberta. "Alberta, tujuan saya adalah mengembalikan kartu ini. Sekarang saya sudah mengembalikan kartu ini, dapatkah saya langsung pergi?"

Sang Xia mengatakan ini dengan sungguh-sungguh. Ia tidak benar-benar ingin bertemu dengan Rong Zhan. 

Jika dikatakan pacar, ia bukanlah pacarnya... ia memejamkan matanya sejenak. 

Sang Xia tidak mau menjadi kekasihnya. 

"Maaf, Nona Sang. ini bukanlah kapasitas saya. Tuan muda sebentar lagi akan datang, tolong anda tunggu sebentar." 

Alberta merespon dengan sopan. 

Sang Xia mengerutkan kening, mau tidak mau ia harus menyetujuinya. 

Setelah ia menunggu beberapa saat, tiba-tiba terdengar langkah kaki di belakangnya dan terdengar nafas yang berat. 

Sang Xia buru-buru berbalik dan kemudian ia melihat monster besar yang berlari ke arahnya. Spontan Sang Xia berteriak. 

Terdengar auman binatang buas. Seekor singa besar melompati ke atas sofa dengan gesit dan wajah Sang Xia memucat seketika. 

Setelah singa itu turun, ia menjulurkan lidah merahnya yang besar untuk menjilat pipi Sang Xia yang halus. 

Sang Xia yang kelelahan secara fisik dan mental beberapa hari terakhir langsung pingsan. Dia tidak dapat lagi menerima ketegangan berlebih seperti itu.

Begitu Sang Xia pingsan, singa itu segera menjauhkan diri dan duduk di sisi tubuh Sang Xia. Ia mengibas-ibaskan ekornya yang panjang dan kurus sembari menunggu tuannya datang. 

Ia menunggu tuannya untuk memujinya. 

Tetapi tidak disangka saat tuannya datang, tuannya tidak melihat ke arahnya sama sekali. Rong Zhan langsung berjalan ke sisi Sang Xia lalu berjongkok. Detik setelahnya Rong Zhan menggumamkan sesuatu, "Ini yang kamu butuhkan?" 

Bukankah Sang Xia sangat berani? Bahkan berani mengancamnya?! 

"Kamu lihat? Seorang wanita yang tidak patuh akan diberi pelajaran."

Rong Zhan melirik binatang peliharaannya dan bersiul sambil tersenyum.

Kemudian lelaki itu mengulurkan tangannya untuk membopong wanita itu naik ke lantai dua dan langsung membawanya ke dalam kamarnya. 

Singa itu mengikuti di belakangnya dan terus membuntuti tuannya ke kamar untuk melihat apa yang akan tuannya lakukan dengan wanita di lengannya pada siang hari seperti ini. 

Tetapi tanpa diduga, begitu tuannya masuk, pintu kamar langsung tertutup menghalangi seluruh pandangannya dan segera setelahnya singa itu mengaum dan menggaruk-garuk pintu. 

Namun, itu semua sia-sia!

 **

Sang Xia bangun dengan linglung. 

Samar-samar ia mulai menyadari bahwa ada seseorang di sekitarnya. 

Ia melihat ke arah jendela dan sekilas ia dapat melihat lelaki berbaju hitam dan merah, berdiri membelakanginya dan lelaki itu sedang menatap ke arah matahari dengan memegang sesuatu di tangannya. 

Saat Sang Xia melihat ke arahnya, jari-jari tangannya mengepal seketika___