webnovel

BAB 22

Rayna memakai kebaya dengan anggunnya, Mama Rayna juga, Papa Rayna memakai batik yang motifnya sama seperti bawahan Mama dan Rayna. Rayna ingat semalam Vero mengirim pesan kalau besok dia yang nganterin keluarga Rayna ke hotel tempat Rayna wisuda. Tak berapa lama terlihat mobil Vero sudah sampai. Vero keluar mobil dengan memakai pakaian rapi yang ternyata sama dengan papa Rayna.

"Ma, kok baju Vero sama kayak kita?"

"Oh... iya mama emang sengaja beliin dia baju sama kayak kita. Kan ngga enak ntar dikira Vero supir kita gara-gara bajunya bed sendiri."

"Udah ayo berangkat! cuma baju apa jangan dipermasalahin." Kata Papa Rayna menengahi ibu dan anak itu.

Vero sampai tak berkedip melihat Rayna yang tampak anggun dengan kebayanya. Wajahnya yang ramping, dan riasan natural yang membuat Rayna semakin anggun.

'Sab, Rayna terlihat sangat cantik hari ini. Lu pasti bahagia andai lu sekarang masih ada.' Batin Sabda sambil matanya tak hentinya melihat Rayna.

"Ver, lu bisa nggak jangan lihatin gue segitunya?" Pertanyaan Rayna menyadarkan Vero. Vero langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Mama dan Papa Rayna terlihat menahan tawanya.

"Oke yuk berangkat!" Ajak Vero.

Di sepanjang perjalanan Papa Dan Vero mengobrol tentang pekerjaan. Rayna dan Mamanya jadi pendengar setia di belakang.

"Rayna, mulai besok senin kamu ke kantor papa ya, papa mau kenalin kamu ke karyawan papa. Nanti kamu ikut divisi pemasaran dulu ya, biar kamu makin jago nanti ngembangin usaha papa." Kata Papa Rayna. Dia ingin anaknya belajar dari nol apa-apa saja yang bisa dikerjakan di perusahaannya.

"Oke." Kata Rayna. Dia sedikit tau apa saja yang ada di divisi pemasaran. Rayna membuat data untuk skripsinya pun dari divisi pemasaran di perusahaan papanya karena skripsinya berhubungan dengan pemasaran. Vero sedikit tidak nyaman karena Rayna pernah bercerita ketika mencari data untuk skripsinya banyak dibantu oleh karyawan papanya yang bernama Andro. Andromeda, Vero sedikit tahu siapa Andromeda. Dia satu angkatan dengan Sabda dan Vero ketika SMA. Tapi mereka tidak pernah main bareng. Kalau di list 10 anak terpandai versi SMAnya, Andro pasti masuk ke list itu. Vero tau Andro juga jomblo. Vero takut Rayna jadi dekat sama Andro.

"Kalau Vero yang antar berangkat kerjanya gimana?" Tanya Vero.

"Nggak ah nggak. Sama papa aja gue berangkat. Ya kan pa?" Rayna langsung menyahut.

"Ya udah gini aja, papa juga mau diantar sama nak Vero. Karna nak Vero relasi papa juga jadi nak Vero papa undang juga untuk perkenalan karyawan baru papa. Gimana nak Vero?"

"Dengan senang hati om, saya akan datang." Kata Vero sambil tersenyum puas. Rayna memeijit pelipisnya padahal kepalanya tidak pusing. Kalau orang tuanya udah bicara dia hanya bisa diam.

Di hotel tempat wisuda Rayna sudah ramai. Lita dan Anin menunggu Rayna datang di lobi. Ada Dimas dan Satria juga disana. Setelah bertemu Rayna, Lita dan Anin saling berpelukan. Mereka tampak bahagia karena akan menyandang gelar sarjana. Dimas dan Satria saling menyenggol lengan melihat Vero yang bajunya samaan sama Papa Rayna.

"Udah dapat restu nih." Goda Satria.

" Restu sih mungkin ada, tapi Rayna susah sekali didekatin."

"Sabar bro, kita tau gimana dia dulu sama Sabda. Pastilah susah. Seenggaknya lu udah dapat dukungan dari siapapun buat deketin Rayna." kata Dimas. Mereka lalu masuk karen acara akan segera dimulai. Selesai acara mereka berfoto-foto. Papa Rayna juga meminta foto bersama ditambah lagi sama Vero. Rayna sedikit merasa canggung karena Vero bukanlah siapa-siapa. Keluarga bukan, Saudara bukan. Terbersit kesedihan di hati Rayna. Andai Sabda ada...

Hari senin yang dinanti pun tiba, Pagi-pagi Rayna sudah siap. Ini hari pertama dia kerja. Dia lebih suka disebut belajar daripada bekerja. Toh dia nanti yang digadang-gadang akan menjadi penerus papanya.Vero sudah datang pagi-pagi dengan setelan jas yang membuatnya tampak gagah. Dia tidak sadar kalau selama ini beberapa karyawan wanita papa Rayna sering berbisik memuji ketampanannya dan badannya yang atletis. Ketika sampai di kantor semua sudah menyambut kedatangan Rayna. Papa Rayna dan beberapa kepala divisi serta petinggi lainnya masuk ke ruang rapat disusul Rayna dan Vero. Papa Rayna memperkenalkan Rayna dan setelah itu memperkenalkan para petinggi beserta jabatannya pada Rayna. Termasuk Andromeda dan Vero. Ya, Papa Rayna mengenalkan Vero sebagai partner kerja.

"Oke untuk awal-awal bekerja Rayna akan saya minta bergabung di divisi pemasaran. Andro, tolong dibimbing ya Rayna. Usahakan dalam waktu beberapa bulan Rayna sudah tau masalah marketing perusahaan, produk apa saja yang kita punya." Kata Papa Rayna.

"Siap pak!" kata Andro tegas.

'Tuh kan, pasti bakalan cari muka nih. Biasanya aja ngga sewangi ini, ngga serapi ini, dan menjawabnya pun ngga se semangat waktu membahas iklan yang akan gue garap.' Batin Vero. Wajahnya terlihat masam. Selesai sesi perkenalan Rayna langsung diajak oleh Andro ke ruang divisi pemasaran. Rayna dijelaskan banyak hal oleh Andro. Mereka memang sudah kenal sebelumnya jadi lebih mudah berkomunikasi. Rayna dengan cepat mengenal teman-teman satu divisinya. Siapa yang tidak mau berteman sama anak pemilik perusahaan? Bahkan karyawan cowok berlomba-lomba memasang wajah mereka mode tampan ketika berkenalan dengan Rayna. Rayna senang bisa diterima dengan baik. Kalaupun dengan cepat nantinya Rayna menduduki kursi manager atau direktur di perusahaan semuanya tidak mempermasalahkan. Vero asyik mengobrol dengan papa Rayna. Papa Rayna sudah tau Vero banyak menggeluti usaha. Itu juga yang membuat poin plus buat Vero di mata Papa Rayna. Vero sedikit tidak tenang selama mengobrol dengan papa Rayna. Fikirannya terus bertanya-tanya sedang apa Rayna? Tak disangka Papa Sabda dan Mas Anton datang untuk mensuport Rayna di hari pertamanya kerja. Akhirnya Rayna pun dipanggil ke ruangan papanya untuk menemui Papa Sabda dan Mas Anton. Vero agak lega melihat Rayna sudah kembali lagi ke ruangan ini. Sampai jam makan siang tiba, Papa Rayna, Mas Anton dan Papa Sabda pergi makan siang. Rayna sudah janjian sama Lita dan Anin, Vero seperti biasa menawarkan diri mengantar Rayna. Mereka janjian ertemu di caffe tak jauh dari kantor papa Rayna.

"Bentar, gue mau ke toilet dulu." kata Rayna sebelu. keluar kantor. Rayna memeriksa riasannya sebelum bertemu teman-temannya. Dari lorong toilet terdengar para karyawan berceloteh.

"Lu lihat kan, Pak Vero tadi? Ganteng amat ya... Duh... hati gue ngga berenti berdebar pas dia lewat."

"Iya, tapi sekarang kan ada Bu Rayna. Kayaknya mereka pacaran deh. Lihat tatapan mata Pak Vero ke bu Rayna seperti menyimpan sejuta cinta gitu."

"Ya mana bu Rayna cantik, modis lagi. Lah kita?? Cuma butiran debu kalau disandingkan sama Bu Rayna."

Mendengar itu Rayna segera pergi dari toilet. Ngga enak juga mendengar namanya disebut-sebut dibelakang walaupun disebutkannya bukan tentang hal yang buruk. Dua karyawati tadi langsing diam dan tersenyum ke arah Rayna ketika Rayna melewati mereka berdua. Rayna juga balas tersenyum.

"Lu banyak punya fans ya disini ternyata?" Tanya Rayna pada Vero ketika selesai dari kamar mandi.

"Gue ngga peduli." kata Vero. Mereka pun akhirnya pergi ke caffe. Disana Rayna ngobrol sama Lita dan Anin sedangkan cowok-cowok memilih duduk di bangku sendiri.

Besoknya Vero sudah tidak bisa lagi mengantar Rayna karena mobil Rayna sudah jadi. Maka sebagai gantinya Vero mengajak Rayna makan siang.

"Mau makan siang bareng gue Rayn?" Tanya Andro.

"Dia mau makan siang bareng gue." Kata Vero yang tiba-tiba sudah muncul di ruang divisi marketing dengan wajah dinginnya lalu menggandeng Rayna keluar kantor. Rayna yang kaget hanya bisa memukul mukul bahu Vero karena malu dilihatin banyak orang lagi-lagi Rayna cuma pasrah. Beberapa karyawan melihat interaksi mereka berdua. Sebagian ada yang tersenyum sebagian lagi sedih karena patah hati melihat ke-unyu-an mereka.

"Apaan sih Ver?! malu tau, lu kenapa sih main serobot aja!" Protes Rayna setelah mereka sampai di tempat parkir.

"Rayna, jangan jatuh cinta sama Andro." Kata Vero sambil menatap Rayna.

"Maksudnya?"

"Jangan bukain hati lu untuk orang lain selain gue." Kata Vero. Dia sudah tidak bisa lagi menahan gejolak cintanya pada Rayna. Bisa frustasi gara-gara cemburu kalau lihat Rayna di dekatin Andro. Rayna menatap Vero dengan sejuta tanya di kepalanya.Dia tidak sedikitpun menaruh rasa pada Andro. Dan untuk apa Vero marah kalau dia deket sama Andro? Rayna bukan anak polos, dia tau maksud Vero. Yang dia khawatirkan sepertinya akan segera terjadi. Bagaimana kalau Vero menyatakan cinta saat ini? Apakah Rayna bisa menerimanya? Vero yang selalu ada ketika dia butuh, Vero yang secara tidak langsung menjaga dia menggantikan Sabda.