webnovel

BAB 18

Pagi-pagi sekali keluarga Rayna sudah bersiap pergi ke pantai. Lita dan Anin semalam tidur di rumah Rayna. Jadilan rumah Rayna terlihat ramai.

"Bik, nanti jangan masak banyak-banyak ya? Nanti kita pulang dari pantai jajan aja di luar. Bibi masak apa pengennya bibi aja." Kata Mama Rayna ke Bik Imah. ART keluarga Rayna.

"Yuk pa, kita udah siap nih!" Teriak Rayna dari luar.

"Oke! Ayo ma!" Teriak Papa Rayna lalu dengan sigap menstarter mobilnya.

" Udah siap semua? let's go!!" Seru Papa Rayna.

"Rayn, ntar Satria katanya mau nyusul. Boleh kan?" Tanya Lita.

"Ngga papa, makin rame makin seru." Mama Rayna yang menjawab.

"Iya, ngga papa, santai aja. Tau gitu berangkat bareng semobil." Kata Rayna. Dia tidak tau aja kalau ada Vero, Dimas dan Lucky serta pacarnya juga ikut.

"Ah, ngga papa, biarin." Kata Lita.

Sampai di pantai Rayna langsung berlarian di tepi pantai bersama Lita dan Anin. Orang tua Rayna asik buka bekal.di bawah pohon yang agak jauh dari pantai.

"Capek ah, duduk dulu." Kata Rayna lalu duduk di bawah pohon kelapa yang nggak ada kelapanya. Lita dan Anin malah asyik basah-basahan.

"Andai saja ada kamu sayang." Kata Rayna pelan. Lalu dia memejamkan mata, membayangkan Sabda di pantai, memeluknya, membelai rambutnya seperti kebiasaannya. Sekarang Rayna suka menguncir rambutnya karena sudah tidak ada lagi Sabda yang selalu meminta rambutnya terurai.

"Ekhem!" Suara deheman seseorang mengagetkan lamunan Rayna. Dia segera membuka matanya.

"Hai, Rayn!" sapa Vero. Ya, Dia Vero.

"Hai." Jawab Rayna. Dilihatnya ada Satria, Dimas,Lucky dan Sandra sudah ada di pantai.

"Kenapa ngga ikut ke sana?" Tanya Vero sambil menunjuk ke arah teman-temannya.

"Capek. Tadi juga main ma Lita dan Anin. Nih, kaki gue masih basah." jawab Rayna sambil tersenyum.

"Boleh gue duduk?" Tanya Vero.

"Sure." Jawab Rayna.

Mereka duduk berdua, tanpa ada obrolan. Vero bingung harus memulai dari mana obrolannya. Dia tidak pandai berbasa basi. Rayna pun sedang menikmati keindahan pantai. Angin sepoi-sepoi membuat beberapa helai rambut Rayna yang jatuh dari kuncir nya menari-nari. Vero hanya menatap wajah Rayna.

"Cantik." Kata Vero tiba-tiba. Rayna yang mendengar kata itu lalu menoleh. Vero segera sadar dengan apa yang barusan diucapkan.

"Itu lihat, ada bule cantik." Kata Vero sambil menunjuk dua bule yang sedang berjemur. Rayna lalu tertawa.

"Oh... jadi lu sukanya bule ya, Ver? Iya sih, cantik. Mulus lagi." Goda Rayna. Vero tersenyum malu sambil menggaruk kepalanya yang nggak gatal.

"Ngga kok, gue sukanya lokal. Gue ngga pinter ngomong inggris, jadinya malah pakai google translate kalau ngomomg." Kata Vero kemudian. Mereka berdua akhirnya tertawa.

"Kenapa ngga ikut main air?" Tanya Rayna.

"Gue lihat lu sendiri ya gue temenin lu aja deh." Kata Vero. Rayna cuma manggut-manggut.

"Gue ngga apa loh kalau lu mau main ma temen-temen." Kata Rayna.

"Kalau lu gue ajak naik kapal itu mau?" Tanya Vero sambil menunjuk ke arah kapal yang bersender di dermaga. Tak jauh dari tempat mereka bersantai memang ada kapal untuk wisatawan yang mau menyewa. Ada macam-macam jenis kapal, dari yang sewanya murah sampai mahal.

"Boleh deh. Bentar ya." Kata Rayna lalu berdiri, berjalan mendekat ke orang tuanya.

"Pa, Ma, Rayna mau naik kapal ya? Sama Vero!" Teriak Rayna. Temen-temennya yang mendengar teriakan Rayna langsung mendekat karna mau ikut juga.

"Oke, hati-hati ya!" Kata Mama Rayna.

Mereka langsung menuju kapal yang dimaksud. Kapal itu berjalan pelan sampai ke tengah laut. Teman-teman Rayna asyik bercanda, begitu juga dengan Vero, Rayna lebih suka mendengarkan celotehan teman-temannya. Kemudian Rayna mendekat ke arah depan kapal. Tanpa dia tau Vero mengikutinya dari belakang. Takut terjadi apa-apa sama Rayna. Teman-temannya yang tadi asyik bercerita langsung dag dig dug melihat Rayna. Mereka saling menyenggol lengan.

"Tenang, ada Vero." Kata Lucky pelan.

Rayna melihat indahnya laut. Rindunya pada Sabda membuncah. Beberapa bulan yang lalu Sabda mengajaknya ke pantai. Romantis. Mereka memang tidak naik kapal. Tapi menghabiskan waktu berdua dengan canda tawa sudah lebih dari cukup untuk mereka. Bayangan Senyum Sabda, Tawa Sabda terus menari di ingatan Rayna. Andai saja Sabda tidak lembur cuma untuk segera bertemu dengannya, mungkin Sabda nggak sampai kecapekan. Sabda nggak sampai sakit. Air mata menetes lagi di mata Rayna.

"Sabda..." Panggilnya pelan. Vero yang tidak jauh dari Rayna mendengar panggilan Rayna untuk Sabda.

"Sabda!!! kenapa kamu tinggalin aku!!! Kenapa kamu tega ninggalin aku, mama, papa padahal kita sayang sama kamu!! Kita butuh kamu!!" Teriak Rayna sambil menangis.

"Teriaklah Rayn! Menangis sepuas lu. Tapi setelah ini lu janji lu nggak akan nangis lagi." kata Vero. Melihat Rayna menumpahkan rasa rindunya pada Sabda seperti itu, Lita dan Anin otomatis langsung ikut menangis. Bahkan Sandra juga.

"Rayn..." Anin ingin memeluk Rayna tapi ketika berdiri Dimas mencegahnya.

"Vero, Sabda sakit pasti gara-gara gue. Dia lembur cuma buat pengen cepet pulang." Kata Rayna. Air matanya tidak bisa dibendung. Reflek Vero memeluknya. Entah, Vero hanya tidak ingin Rayna sedih.

"Jangan bilang gitu Rayn, ini takdir. Sabda sangat cinta sama lu, Bukan lu yang salah. Bukan Sabda yang salah. Ini takdir. Lu harus menerimanya. Sekarang menangislah kalau pengen nangis. Habiskan tangisan lu." Kata Vero sambil terus memeluk Rayna. Rayna sudah tidak peduli lagi. Dia cuma ingin menumpahkan air matanya. Dia lelah berpura-pura bahagia. Jika dia boleh jujur saat ini dia masih hancur. Vero terus memeluk Rayna, setelah dirasa tangis Rayna perlahan berhenti dia melepaskan pelukannya. Dia raih pundak Rayna, dia tatap mata Rayna. Hatinya dag dig dug tak beraturan.

"Rayn, lihat gue!" Pinta Vero. Rayna lalu memandang Vero. Vero mengusap air mata Rayna dengan jari-jari tangannya.

"Lu ingat kata-kata gue, Sabda bahagia kalau lu bahagia. Itu udah pasti. Dari dulu kebahagiaan Sabda cuma elu. Elu bahagia dan dia akan bahagia. Lu jangan pernah lagi salahin diri lu. Lu nggak salah. Kita semua juga akan nyusul Sabda, tinggal nunggu waktunya. Lu bisa nerima kata-kata gue?" Tanya Sabda. Rayna mengangguk.

"Sekarang lu tarik nafas, pelan-pelan keluarin." Rayna mengikuti omongan Vero. Dia tarik nafas lalu menghembuskan perlahan.

"Gimana lu udah enakan?" Tanya Vero. Rayna mengangguk. Hatinya sedikit lega setelah tadi berteriak.

"Thanks, Vero." Kata Rayna lalu dia merapikan rambut dan menghapus jejak air matanya. Dia membalikan badannya menghadap ke arah laut. Vero melihat punggung Rayna. Ingin sekali rasanya Vero terus memeluk Rayna, tapi apalah daya. Kemudian Vero berdiri di samping Rayna.

'Sab, lu udah lihat Rayna bagaimana kan? Apa benar lu menitipkan Rayna ke gue? Apa lu pikir gue bisa? Lu yang dia butuhkan sekarang.' Ujar Vero dalam hatinya.