webnovel

Guci Wasiat

novel ini berangkat dari sebuah tempat bersejarah yang terlupakan. adalah sebuah taman makam pahlawan prajurit Jepang yang kesepian. kuburan ini tidak pernah dicintai orang, karena tidak ada yang mengenal mereka, bahkan mungkin para keluarga (orang Jepang) mengetahui sanak saudaranya ada di makam tersebut. Ditemukan sebuah guci tua di dalam gua yang tak pernah di datangi manusia sebelumnya.Goa tempat roh bersembunyi. Guci berukuran pria dewasa itu terdapat seorang pemuda tampan, bernama Ya Lam, pemuda tersebut adalah tentara Jepang. Yang melarikan diri dari tentara sekutu NICA. Kemudian dia diselamatkan oleh pasukan kerajaan gaib, selama berbulan-bulan. Ya Lam terbangun di jaman modern dan bertemu secara tak sengaja dengan Piya,seorang Polwan yang bersembunyi di goa tersebut dari kejaran preman yang ingin memperkosanya. Mereka berada pada goa yang sama dari jaman yang berbeda. Ternyata Ya Lam telah tertidur di guci dalam goa itu selama 75 tahun. Goa tempat para perompak laut menyimpan harta karun. Piya keluar dari goa dengan sejumput emas yang membuatnya kaya raya, Piya membawa Ya Lam keluar dari goa sebelumnya akhirnya goa itu mrnjadi rata dengan tanah.

Meri_Sajja · Sejarah
Peringkat tidak cukup
43 Chs

Bos Besar Musuh Utama

Arman menggantikan tugas Zay di rumah sakit jiwa. Tidak sulit bagi Arman mengawasi Mahesa di rumah sakit itu bukankah dia dokter dan pemilik rumah sakit jiwa itu. Mahesa beraktivitas normal seperti pasien sakit jiwa lainnya. Bangun pagi, berolah raga, sarapan dan makan siang di ruangannya, mendapat pemeriksaan rutin. Perbedaannya, kamar perawatannya di jaga ketat, maklum dia bukan pasien biasa tetapi pasien sakit jiwa titipan dari kepolisian.

Namun sejak berada di rumah sakit jiwa ini, Mahesa tidak mau jauh dari bangsalnya, karena apabila dia berada di luar bangsalnya, maka kuku-kuku tajam para wanita yang masih berada rumah sakit itu siap untuk mencakar kulit wajahnya. Para wanita yang menjadi korbannya sebenarnya sudah berhasil disembuhkan, tetapi mereka menolak untuk keluar di tempat itu. "Aku belum siap hidup di tempat manusia normal, karena sudah terlanjur di cap gila oleh masyarakat!" kata Vivi, dia seorang ibu rumah tangga yang menjadi kelinci percobaan Mahesa dan menjadi korban persembahan cinta untuk Mahesa. "Penjara terlalu nyaman baginya, aku ingin menguliti tubuhnya, drndamku tidak terbalas bila dia masih hidup dengan tenang...aku ingin dia bisa merasakan sakitnya dihancurkan!" Vivi patut dendam, rumah tangganya hancur, kehilangan pekerjaan dan dikucilkan keluarga. Rencana Vivi balas dendam Vivi tak dibiarkan, karena bisa mengganggu rencana besar Ryozo. Menangkap dalang penjahat utama proyek Mahesa.

Mahesa tidak merasa aman di tempat ini, dia adalah pasien normal yang mengaku tidak waras. "Mahesa terobsesi gila!" kata Anne. Dia tertawa, dia juga dulu seperti Mahesa, pura-pura depresi berat. Bedanya dengan Mahesa, Anne dulu terpaksa masuk rumah sakit jiwa supaya aman dari tekanan Mahesa, sedang Mahesa untuk menghindari jeratan hukum. Sayangnya rumah sakit ini tidak bisa di sogok memberikan rekomendasi untuk memindahkan dirinya ke rumah sakit jiwa di luar negeri, meskipun pengacara Mahesa berupaya untuk membebaskannya dengan berbagai alasan dan cara. Tetap Gagal. Mahesa penjahat cabul itu akan mendapatkan hukuman yang setimpal. Dendam mereka sudah berakar.

Mahesa memilih rumah sakit ini sebagai penjara, dia memilih berperan menjadi orang sakit jiwa daripada dipenjara kemudian menjadi sasaran para pria kejam siap menjadikan dirinya persembahan pula untuk mereka. Mahesa merinding ketakutan membayangkannya !.

Hanya saja di luaran sana, pihak pembeli dan penyandang dana proyek rahasia sudah tidak sabar ingin mendapatkan Formula iblis itu. Mereka sudah bersiap membawa Mahesa dengan berbagai cara yang mereka biasa lakukan. Dengan ilmu ninja. Akan tetapi, gedung rumah sakit itu terlindungi secara gaib, mana mungkin Ryozo mau melepaskan nya begitu saja. Ryozo akan memburu bid besar Mahesa.

....

Sementara itu di pulau Pusaka, Delima membuat alasan tak mau ikut latihan yang di bimbing Piya bersama para teman-temannya. Tentu saja dia menolak latihan yang penting tersebut, karena bukan Zay yang melatih. Delima malah berjemur di pantai. Dia tidak tahu ada bahaya sedang mengincarnya.

Amel di perintahkan Ryozo kembali ke kantor, menggantikan tugas Mahesa. Kehadiran Amel di perusahaan itu di gugat Nona Mercia, "Enak banget dia...kerja tanpa prestasi, tiba-tiba mendapat jabatan empuk, dapat tunjangan tinggi, mobil, rumah...hah hebat banget kah dia? Lalu bagaimana nasib senior di kantor ini?!" Nona Mercia mengadu ke tuan Renaldy, pimpinannya. Pria tua tertawa, " Mengapa kamu mengeluh kepadaku? Kami tanyakan aja sendiri ke tuan Ryozo, barangkali dia mau mendengarkan kamu!" Tuan Renaldy senang, Nona Mercia tidak bisa berlagak seperti dulu. Amel sangat pandai, dan dia ahli di bidangnya, lagipula dia sebelumnya sekretaris Mahesa. Semua orang sudah tahu kalau Mahesa sudah ditangkap polisi. Akan tetapi di perusahaan itu, belum ada yang tahu kalau Mahesa di tahan untuk sementara di rumah sakit jiwa. Amel tahu lebih banyak pekerjaan Mahesa selama ini, jadi wajar kalau Tuan Ryozo, presiden direktur perusahaan ini merekrut Amel kembali

Nona Mercia kesal, tetapi dia tambah kesal lagi ketika melihat Piya di kursi sekretaris ruang presiden direktur. "Wow... hebat banget...setelah mengulang selama 2 Minggu, kamu kembali bekerja...kamu pikir perusahaan ini milik moyangmu apa...kamu bisa seenaknya begitu!" Nona Mercia memukulkan kedua tangannya dengan keras ke meja Piya. "Aku cuti! sahut Piya cuek. "Ngomong-ngomong jabatan kamu sekarang HRD ya...kok kamu punya waktu ngurusin karyawan dan kerjaan orang lain!" Sindir Piya seraya menyandarkan badannya ke kursi dengan santai. Mata Nona Mercia melotot penuh marah. Di perusahaan ini dulu dia memiliki kekuasan di atas kertas dengan jabatan sebagai asisten presiden direktur tuan Ryoto dan statusnya sebagai kekasih bos, dia, bisa dengan mudah memecat karyawan begitu saja tanpa minta persetujuan Presdir lagi. Sekarang, dia cuma sekretaris Humas, direkturnya tuan Renaldy, orang yang sering dia tindas di masa lalu dan menjadi tak berdaya meskipun jabatannya sebagai wakil direktur.l. Sekarang dia bukan siapa-siapa lagi di perusahaan ini. Nona Mercia bisa saja di pecat kapan saja oleh tuan Renaldy. Terapi pria itu tak ingin melakukannya, dia senang menyiksa nona Mercia dengan cara ini. Dia menikmati penderitaan wanita ini. Sekarang gilirannya ditindas. 'Mercia... Mercia...hahaha...! Kamu belum sadarkan diri... kekuasaan mu sudah musnah!' Tuan Renaldy tersenyum puas melihat nona Mercia sakit hati karena iri dengan jabatan orang lain. 'Memangnya siapa kamu! Berani-beraninya kamu menindas orang. Kamu bakalan jantungan bila tahu yang sebenarnya!' Tuan Renaldy menunggu waktu itu dengan sabar. Dia tahu siapa Piya. 'Tunggu saja pengumuman resminya, saat tuan Ryozo membuat pesta perkenalan nanti....kamu akan tahu siapa Piya!' Tuan Renaldy tertawa sendirian di kantornya. Dia sudah bisa membayangkan seperti apa wajah nona Mercia nantinya!.

...

Sementara itu, Amel berhasil meretas akun milik Mahesa, dia dapat mengetahui siapa bos besar yang menjadi tuan bagi Mahesa. Musuh yang sebenarnya. Sungguh mengejutkan. 'Ini sangat luar biasa. Semua orang pasti terkejut bila mengetahuinya!' Amel tak mampu berdiam diri lagi. 'Tuan Ryozo harus mengetahui ini!' pekiknya dalam hati. Dia tidak tahu harus senang atau menangis mengetahui hal ini!.

Amel menghubungi Piya dan Zay. "Aku ingin bertemu tuan Ryozo...segera!" katanya di panggilan video dia, Zay dan Piya.

"Ada apa?" tanya Zay penasan, demikian pula halnya dengan Piya. "Ada apa Mel?" Piya juga bertanya uang sama.

"Nanti saja ceritanya, ajak aku ketemu dengan bis dulu..

baru ku ceritakan!" Amel tahu tidak aman bagi mereka di telepon. "Tunggu di atas gedung, ku jemput kalian berdua di sana!" kata Zay. Zay menyiapkan helikopter menjemput mereka berdua. Ryozo sedang di pulau Pusaka melatih para wanita yang bakal dijadikan pasukan terlatih. Amel khawatir, bisa jadi telponnya telah di bajak oleh para penjahat licik tersebut. Bahkan dinding kantor ini pun bisa bicara!pikir Amel dalam hati. Dia sungguh hati-hati. Gedung ini sungguh tidak aman dan harus di sterilkan dengan segera. Amel merinding mengingatnya.