webnovel

GREAT GARDEN CITY

Di kota asing nan menawan ini, kehidupan baru menunggu mereka yang selalu melangkah maju. meskipun jauh dari kata "normal" yang mereka inginkan, arus kehidupan selalu menerjang tidak peduli baik atau buruk. Engkau yang selalu mencari secercah cahaya didalam kegelapan, yang selalu mencari kebenaran didalam lumpur kebencian, kisah inilah yang kalian cari!

Vert_E_Brata · Sci-fi
Peringkat tidak cukup
8 Chs

Insurgent

Setelah berpikir keras dan merasa tidak menemukan apapun, ia kemudian menyalakan TV dan berniat menonton drama menghibur. Setelah beberapa channel ia lewati, tombol remotenya terhenti di channel lokal milik GGC. Channel ini memang menyampaikan informasi yang terkait di GGC dari sektor makanan, wisata, sains, kasus, dan macam – macamnya. Di salah satu berita tersebut ada informasi yang menyampaikan bahwa akhir - akhir ini kelompok preman sedang marak menggangu aktivitas masyarakat. Tidak ada informasi lebih lanjut tentang nama kelompok preman ini atau siapa saja tersangkanya, hanya ditampilkan hasil rekaman CCTV dan pengakuan para korban. Para reporter menyebut mereka dengan sebutan "Insurgent."

Gear di kepalanya kembali berputar. Seolah dia mengetahui hubungan para Insurgent dan pesan misterius yang diterimanya. Esoknya, dia menyadari di ruangan kelas tempat Reiga berkuliah, Deko tidak hadir dan tidak ada yang tahu alasannya.

"entah, mungkin sakit?" ucap salah seorang anggota kelas

setelah pulang kuliah tepatnya pukul 15:30 dia menuju tempat dimana Deko menghilang dan berjalan menyusuri jalanan itu. Sebenarnya Reiga sudah menghampiri kos tempat tinggal Deko namun tidak ada seorang pun disana jadi dia yakin bahwa Deko memang belum kembali. Semakin besar alasannya untuk segera mencari tahu. Dengan hati – hati ia menyusuri jalanan asing ini. Satu hal yang baru ia sadari adalah jalanan di tempat ini sangat berbeda dari bagian GGC lainnya. Bangunan maupun bentuk jalannya menyerupai tempat bekas bencana alam begitu juga dengan keadaan sekitarnya. Sangat sepi dan hampir tidak ada kendaraan lalu lalang. Dalam hati dia sangat ketakutan, namun ada secercah keinginan untuk mencari tahu apa yang terjadi dan hal itu mendorongnya untuk berjalan lebih jauh.

Langkah demi langkah ia susuri jalanan sepi itu. Tidak ada satupun orang yang terlihat. Reiga berlari kecil menuju sebuah bangunan yang sepertinya adalah bekas restauran. Ia masuk kedalam dan duduk ditumpukan kayu yang sepertinya adalah bekas meja.

"ini tempat bekas apa ya? Kenapa nggak ada orang sama sekali disini," pikirnya.

Dengan hati – hati ia menengok keluar jendela dan melihat keadaan diluar. Tidak terasa hari sudah malam dan langit semakin gelap. Suasana malam minim pencahayaan dan bangunan yang rusak membuat kondisi mencekam. Prioritasnya berubah, Reiga harus cepat – cepat menemukan Deko yang masih belum diketahui statusnya. Reiga bisa saja menghubungi polisi namun dia juga tidak tahu apa yang harus ia laporkan. Menurutnya, lebih baik jika ia menyelesaikan sendiran dan segera pulang. Sadar akan "keberuntungan" yang akhir – akhir ini membaik, Reiga pikir rencananya akan berjalan mulus.

dengan bermodal senter kecil, ia berjalan menyusuri jalanan retak dan berharap ada seseorang yang muncul untuk menemaninya. Hari makin gelap dan suara – suara lain mulai mengangu khayalan pikiran. Nafas Reiga tak karuan, ia menghadap kearah belakang dan berharap bisa lari secepat kilat untuk keluar dari daerah ini. Tujuannya terlupakan, sekarang ia hanya ingin berbicara dengan seseorang dan pulang. Sambil melihat jam tangan yang sudah menunjukan pukul 20:00, ia segera bergegas menuju lampu jalan terdekat.

"sudah, cukup, aku ingin pulang. Presetan dengan Deko, harusnya ia bisa kembali sendiri," ucapnya panik.

Ia membuka kunci layar ponselnya dan segera menghubungi nomor polisi. Ketika ia sudah mengetikkan nomor polisi, tiba – tiba bayangan seseorang muncul di sisi belakangnya dan menahan tangan Reiga.

"oi, siapa yang ingin kau hubungi?" ucapnya.

Seseorang menunjukan mukanya dengan ekspresi marah dan mata yang melotot. Tentu itu membuat Reiga takut. Sambil berlari sekencang – kencangnya, ia mendengar orang tadi berteriak lantang,

"PENYUSUP! ORANG ITU MEMANGGIL POLISI!"

Satu persatu orang berbaju gelap muncul dari mana saja dan mulai menghampiri Reiga. Beberapa dari mereka bahkan membawa senjata tajam. Nafas yang jarang dilatih itu ia pertahankan sambil berdoa agar terhindar dari segala macam serangan. Mulutnya komat – kamit, tangannya terus berayun dan berusaha lari dari kejaran mereka. Reiga yang hampir menyerah masuk ke suatu gedung besar tak berpenghuni. Disana ia berharap bisa sedikit beristirahat dan mungkin jika beruntung, ia bisa menemukan sesuatu untuk diminum. Namun, apa yang menantinya adalah puluhan orang yang membawa pisau dan senjata lainnya dalam gedung tersebut.

Reiga berlari memasuki celah – celah bangunan yang ada. Tidak disangka, ditengah bobroknya ia saat ini, Reiga dengan pandai melompat dan menghindari reruntuhan puing – puing bangunan. Jauh masuk kedalam, satu ruang ke ruangan lain hingga ia terkepung. Ingin ia menjelaskan bahwa kedatangannya kesini hanya untuk mencari seorang teman, namun dihadapannya bukanlah orang yang akan berkata "Oke, silahkan pergi" begitu saja. Keringat membasahi rambutnya, stamina dadakan juga sudah menguap. sirna lah semangatnya untuk melarikan diri. Ia pikir selama tidak dibunuh, maka tidak mengapa. Tepat ketika Reiga mengangkat tangannya pertanda sudah menyerah, suara familiar terdengar dari langit – langit.

"bodohnya kamu bisa sampai sini," ucap suara itu.

Dengan cepat Reiga menoleh ke sumber suara. Sekelebat bayangan muncul dan menyambar tubuhya. Layaknya tuan putri, Reiga mendapati dirinya sedang digendong oleh seorang temannya. Ya, Deko sedang berlari kencang menggunakan alat bantu yang membuat ia bisa mencengkram dinding dengan kakinya.

"KEJAR!!" teriak orang – orang berpakaian gelap.

Mereka segera mengacungkan semua senjata dan berlari mengejar Reiga. Sementara Reiga hanya berpegangan erat dan berusaha agar tidak jatuh.

"Deko??" saut Reiga.

Deko tidak menjawabnya dan terus berlari ke lantai teratas bangunan itu. Sesekali ia menggunakan peralatan canggihnya dan menghentikan para pengejar lalu melanjutkannya dengan terus berlari. Dengan nafas yang hampir habis, Deko memutuskan masuk ke salah satu ruangan untuk bersembunyi. Sembari duduk dan beristirahat, Reiga mencoba untuk memecah hening di ruangan itu.

"jadi? Ceritain semuanya," kata Reiga.

"kamu nggak akan percaya. Aku nggak perlu cerita apa – apa."

Seketika suasana berubah menjadi sedikit suram. Reiga masih ingin tahu tentang apa yang dilakukan temannya itu menanyakan hal lagi.

"apa yang kamu lakukan dari kemarin?"

"dari kemarin? Kamu mengikuti?" jawab Deko mengernyitkan dahi.

Mereka berdua saling memandang. Tatapan serius terpancar dari keduanya. Saat ini mereka memang terlihat tidak akrab namun satu hal yang pasti, mereka sama – sama mengakhawatirkan satu sama lain. setelah beberapa saat bertukar pandangan, Deko menghela nafas dan membuka mulutnya.

"Satu, untuk saat ini yakinlah bahwa aku bukan orang jahat. Dua, yang mengejarmu adalah mereka yang disebut Insurgent. Mereka bagaikan preman yang bergerombol dan membuat onar."

Deko selalu berhati – hati menjaga komunikasinya saat berbicara dengan orang lain. dia tidak ingin membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Ia hanya akan bicara seperlunya termasuk dengan sesama teman.

"untuk selanjutnya, akan aku ceritakan. Tapi, kita selesaikan urusan ini dulu," ucapnya lagi.

Reiga tersenyum dan mengacungkan jempolnya ke arah Deko. Mereka berdiri dan menyiapkan mental untuk segera mengakhiri malam yang gila ini. Bunyi derapan kaki sudah terdengar dari segala arah. Dengan kekuatan penuh, mereka lari kearah atas bangunan karena lantai dibawah mereka sudah dipenuhi para insurgent.

Reiga tiba – tiba teringat dengan isi pesan yang sepertinya berhubungan dengan kejadian ini. Sambil berlari, ia menghubungkan satu titik dan titik lainnya. Ketika mereka sudah lumayan jauh dari para insurgent, Deko memasang peledak di lantai dan seketika terjadi ledakan besar.

BOOMM!!

Ledakan itu membuat lubang besar yang mengarah ke lantai dibawahnya. Sebagian besar dari mereka sekarang jatuh dan tidak bisa mengejar. Sekumpulan orang sisanya datang dari berbagai arah di gedung tersebut namun, karena persenjataan Deko yang lengkap mereka bisa ditangani. Reiga yang tadinya sedikit takut sekarang bisa memperlihatkan keberaniannya melawan mereka. Meskipun tidak sehandal Deko dan sering terjatuh, Reiga tetap mengayunkan pukulan dan tendangannya. Anehnya, hampir tidak ada satupun serangan orang – orang itu yang melukai Reiga. Ketika dia hampir terkena serangan, maka dia akan segera jatuh, ketika ada seseorang yang mengayunkan pisaunya, Reiga akan terpeleset.

Dengan begini mereka berdua melanjutkannya hingga ke lantai paling atas. Nampaknya lantai paling atas ini digunakan sebagai aula atau Ballroom untuk pertemuan. Tepat ketika mereka pikir ini sudah selesai karena tidak ada satupun yang mengikuti, satu balok kayu tiba – tiba terayun dengan sangat keras ke muka Reiga dan menghempaskannya jauh ke ujung ruangan.

BRAK!

Deko yang baru saja menyadari ada seseorang di sana segera megambil jarak.

"selamat datang, para tamu" sapa pria itu dengan lembutnya.

selamat menikmati chapter terbarunya, semoga kalian semua selalu diberi kesehatan dan diberkati tuhan.

Vert_E_Bratacreators' thoughts