webnovel

Ingin Terlihat Cantik

CV atau surat lamaran pekerjaan berada di tangan Sora. Walaupun dia bukan orang yang dimaksud tetap saja melihatnya.

Pikiran wanita itu benar-benar kacau sekarang. Baru saja putus cinta, sekarang harus berhadapan dengan lelaki bermata sipit itu. Sora diam memikirkan langkah selanjutnya.

"Bagaimana, apa saya diterima?" Daniel baru saja mengacaukan khayalan Sora.

"Sebentar! Sebenarnya saya ... Buk--" bibir Sora mengerucut tiba-tiba saja Daniel memotong ucapannya.

"Tunggu! Saya sudah memenuhi permintaan anda Nona Soraya.  Saya telah mengorbankan waktu berharga demi bertemu dengan anda. Saya janji akan bekerja dengan baik. Bila perlu saya akan menjadi perisai tubuh anda!"

Teg!

Sora menelan salivanya susah payah. Baru kali ini ada yang bersedia mati untuknya, walaupun kalimat itu ditunjukan bukan untuk Sora melainkan Nona Soraya yang tidak tahu wujudnya itu. Persetan dengan Nona Soraya atau apa lah. Sora tidak bisa melibatkan diri dengan pekerjaan orang di depannya.

Bagaimana Sora mau menyewa pengawal duit saja tidak punya. Apa boleh ngutang dulu? Tidak mungkin kan? Sora menggeleng menyadarkan diri. Dua mata hanzel itu waspada dalam hati menghitung mundur sampai hitungan ketiga Sora mengambil langkah seribu meninggalkan tempat itu.

Daniel Kim terpaku ditempat tanpa mengejar Sora.

"Woah! Wanita itu pelari yang sangat cepat. Apa dia mantan atlet lari maraton? Mengapa perasaanku jadi buruk?"

Benda pipih bergetar di dalam saku celana Daniel.

"Ya, Halo? Kenapa meneleponku?" tanya Daniel setelah menggeser tombol hijau di atas layar Smartphone.

Orang di balik telepon berbicara menanyakan posisi Daniel, dan sebagainya. Daniel segera menutup panggilan tersebut walau percakapan itu belum sepenuhnya usai.

Tut!

Hening?

Daniel bergumam sendiri, "Mereka cerewet sekali. Tidak bisakah bersabar beberapa minggu saja? Mencari seseorang di negara asing itu tidak mudah. Mereka hanya bisa memerintah tetapi tidak memberikan solusi baik. Hah! Menyebalkan!"

Daniel seorang agen rahasia dari korea selatan yang ditugaskan untuk mencari seorang perempuan yang memiliki nama Putri Fadilla.  Selembar foto jadul putri Fadilla tengah ditatap oleh Daniel.

"Hah ... Bagaimana aku menemukan wanita ini? Putri dimana kau berada? Waktuku tidak banyak, aku harus segera menemukanmu bagaimanapun caranya. Mereka sudah bergerak selangkah lebih maju. Aku tidak bisa membiarkan mereka menemukanmu lebih dulu. Tidak bisa!"

Daniel menatap wajah dalam foto jadul tersebut. Wajah dalam foto itu begitu manis dan cantik dengan riasan tipis terlihat natural. Rambut lurus panjang, dengan poni imut tersenyum manis.

Lambat laun wajah dalam foto tersebut berubah menjadi Sora, rambut ikal tidak tertata rapih. Bibir kering memucat seperti kurang ion. Tidak adalagi wajah tersenyum seperti dahulu. Rupanya wanita remaja dalam foto yang ada di tangan Daniel adalah Sora Soranca.

Akhirnya Sora sampai di rumah impian. Namun, penghuni rumah membuat moodnya makin anjlok.

"Baru pulang? Tumben sore. Tolong pijit kepalaku! Seharian ini aku pusing karena pelangganku satu persatu pindah tempat. Karena klub baru sialan itu! Bisnisku bisa bangkrut jika terus begini. Aku sangat frustasi. Maka dari itu Sora, buatlah aku bahagia!"

Sora mematung tanpa mengiyakan atau menolak titah Candy yang bukan pertama kalinya.

"Hei Sora! Apa kau tuli?" Candy beranjak kursi kemudian melangkah mendekati Sora.

"Kenapa, mau melawan? Kau harus mawas diri sebelum memberontak Sora. Dengar ya! Pamanmu menghidupi aku seperti ini! Dia bekerja terlalu jujur, dia pulang malam seolah mendapatkan duit berjuta-juta. Tapi kenyataannya hanya puluhan yang dia dapat. Aku muak hidup dengannya! Sudah aku katakan untuk menjual kamu kepelangganku! Tapi pamanmu itu memarahiku! Dan sekarang kau berlagak mau memberontak? Mau cari mati!" Candy menarik rambut ikal Sora. Tentu saja.wanita itu kesakitan.

"Ah ... sakit! Tolong hentikan Bibi!" pekik Sora sukses membuat tangan Candy lepas.

"Woah ... Rupanya kau sudah berani membentakku!"

Candy berusaha menggapai kepala Sora, tetapi Sora bertindak lebih cepat. Sora mengambil langkah cepat menuju kamar sebelum tangan Candy menarik rambutnya lagi.

Bruk!

Sora berhasil menutup pintu kamar, menguncinya dari dalam. Namun, walaupun begitu masih menekan pintu tersebut dengan punggungnya.

"Sora! Kau mau melawan aku? Hei Sora! Kau akan mati jika aku tangkap! Buka pintunya Sora! Buka!"

Candy menggedor daun pintu kamar. Tetap saja pemilik kamar tersebut tidak membuka.

Kejadian ini sangat langka. Tidak biasanya Sora memiliki kekuatan untuk memberontak. Selama tinggal serumah dengan pamannya. Candy berusaha membuat Sora menderita layaknya Cinderella yang tertindas ibu tiri.

Semua itu berawal dari Rudy yang membawa Sora kecil ke kehidupan pernikahan baru mereka. Sejak usia delapan tahun Sora sudah ditinggalkan oleh sang ayah, dan ibunya pergi meninggalkan setelah usai kelahiran. Perjalanan hidup Sora di mulai lebih rumit dari orang lain.

Sora harus kehilangan ayah dan di telantarkan ibu, juga memiliki tato di punggungnya. Tato tersebut telah membawa kesialan karena tidak bisa memakai pakaian cantik dan terbuka seperti wanita pada umumnya sehingga dia harus diputuskan karena penampilan.

~~~

Langit masih gelap, suasana di luar masih sepi, dan penghuni rumah sederhana  itu masih enggan ke luar kamar. Sudah satu jam lebih Sora duduk di depan meja rias. Dari pukul lima subuh sampai pukul enam lewat masih berkutat dengan makeup.

"Hari ini aku harus terlihat lebih baik. Aku harus cantik setelah Jerry membuangku. Bajingan itu pasti menyesal!" Sora penuh tekad. Keputusan merubah diri sudah bulat.

Dia tidak ingin merubah gaya fashionnya. Ia cukup berdandan walau riasannya tidak sesuai dengan kepribadiannya.

"Apa bibirnya kurang merah? Mengapa wajahku terlihat aneh seperti ini?" Sora menatap wajah dalam kaca. Sesekali menambahkan pewarna bibir sampai tidak menyadari riasannya itu terlihat seperti monster.

~~~

Derap langkah kaki terdengar seperti iringan melodi. Pasang mata telanjang menatap pemilik langkah tersebut. Mereka bahkan mulai berbisik-bisik. Namun, orang yang dimaksud tidak sekalipun sadar.

Langkah Sora terhenti ketika tatapannya menangkap sosok Jerry dan Yolanda. Dua pasangan itu hendak menuju lift.

"Lihat. Mereka pasti heran melihatku. Aku yakin banyak lelaki yang jatuh cinta padaku," bisik hati Sora dengan seringai iblisnya.

"Hai!" teriak Sora cukup mengalihkan semua orang padanya termasuk Jerry dan Yolanda.

Jerry tercengang melihat wajah Sora tidak seperti biasanya, "Astaga makhluk apa itu? Mengapa wajahnya tidak asing?"

"Bukankah itu Sora mantanmu?" balas Yolanda tidak Sulit mengenali Sora sekalipun pakai makeup mehong.

"Oh iya! Sora! Tetapi ada apa dengan wajahnya itu? Mengapa aneh sekali?" ucap Jerry bergidik setelah sadar.

Yolanda menyeringai saat menyadari penampilan Sora setelah putus dengan Jerry.

"Sepertinya mantan kamu itu ingin terlihat cantik. Tapi sayang itu tidak akan pernah terjadi padanya. Untungnya kamu memutuskannya. Lihat penampilan barunya! Lucu sekali." Yolanda terkekeh kecil.

Sora tidak tahu jika dirinya selalu di cemooh oleh orang lain. Dia masih percaya diri dengan riasan barunya.

"Sora! Astaga!" Zaskia muncul saat itu juga histeris melihat wajah Sora.

Sora mengerjap-ngerjap, "Kenapa kau seperti melihat hantu?"

Plak!

Tiba-tiba Zaskia memukul tangan Sora, "Sadarlah Sora! Apa yang kau perbuat dengan wajahmu ini?"

"Hei apa kau tidak tahu ini namanya keahlian makeup," balasnya polos.

"Keahlian makeup pantatmu! Ngaca dong!" Zaskia menyodorkan kaca kecil pada Sora.

Dalam sekejap Sora menjerit. Dan semua itu begitu mengejutkan orang-orang disekitar termasuk Jerry dan Yolanda.

"Kenapa wajahku berubah jadi monster?" Sora baru saja sadar dengan riasan dasyatnya.

Zaskia menggeleng melihat reaksi sahabatnya itu.

"Syukurlah akhirnya kau sadar juga. Cepat hapus makeupnya! Sebelum semua penghuni MG grup pingsan."