Dari taman, Anna mengajak Raja ke pasar malam yang letaknya tidak jauh dari taman itu. Anna tidak sabar menarik pria itu agar berjalan lebih cepat.
Raja nampak pasrah dalam setiap tarikan yang Anna lakukan. Raja ikut bahagia melihat setiap senyuman dan tawa kecil yang perempuan itu berikan.
"Ke sana yuk!" ajak Anna yang kembali menarik Raja setelah sampai di tengah keramaian pasar malam itu.
Lagi Raja hanya menuruti apa maunya Anna. Dia sedikit tertatih karena Anna begitu semangat malam ini. "Raja, aku mau itu! Boneka kelinci yang gede itu!" Anna menunjuk seraya loncat-loncat seperti anak kecil.
Tingkah Anna saat ini ditatap heran Raja. Namun, Raja Pun terpesona karena Anna yang bertingkah seperti anak kecil justru terlihat sangat menggemaskan.
"Raja, malah diem! Ayo ih dapetin itu!" Anna menyenggol kasar lengan Raja dan memaksa pria itu agar segera menuruti keinginannya.
"Okey sayang! Sabar dong!" balas Raja.
Anna memukul pelan punggung Raja setelah panggilan "Sayang" terlontar dari mulut pria itu. Namun, panggilan itu justru membuat Anna tersenyum-senyum. Anna gengsi menunjukkannya. Dia menoleh ke samping dan susah payah agar Raja tak melihat senyumannya saat ini.
Di samping Anna, Raja sedang begitu semangat melakukan tembakan ke arah botol-botol yang tersusun menggunung itu.
Raja mencoba dalam beberapa kali. Apalagi dia harus melakukannya secara cepat hanya dalam waktu sepuluh detik. Percobaan pertama dan kedua gagal. Namun, demi Anna dia rela mencobanya kembali.
Aksi Raja saat ini tidak hanya mencuri perhatian Anna. Namun, juga beberapa orang lainnya yang memadati tempat itu.
"Ayo, ayo!" seru anak kecil yang kegirangan melihat aksi Raja.
Dor!
Dor!
Tembakan itu melesat begitu cepat hingga menumbangkan semua botol-botol itu tepat di detik ke sembilan. Raja bersorak merayakan kebahagiaannya. Anna di samping Raja loncat kegirangan seraya memeluk Raja dari samping.
"Makasih Raja," kata Anna setelah menyambut boneka kelinci yang besar itu.
"Sama-sama," balas Raja begitu lembut seraya mengusap puncak kepala perempuan itu.
"Naik itu yuk!" ajak Anna seraya menarik tangan Raja.
Raja sedikit tertatih. Langkahnya terhenti karena merasakan getaran di saku jaket yang dia kenakan. Raja langsung mengeceknya.
"Halo Pa?" tanya Raja. Kini dia berjalan ke tempat yang tidak terlalu ramai.
"Kamu kapan kembali? Kenapa kamu lama sekali liburannya hah? Di sini banyak hal yang harus kamu lakukan Raja! Adikmu juga sudah tidak sabar bertemu denganmu. Kangen katanya," ucap seorang pria dengan tegas. Dia adalah papa Raja. Papa angkat lebih tepatnya.
"Aku minggu depan akan kembali ke Italia, Pa. Ada beberapa urusan di sini yang harus aku urus dulu."
"Apa itu masalah tentang kekasihmu, Raja? Kata Caroline, kamu sudah memiliki kekasih."
Raja terdiam sesaat. "Ya begitulah Pa. Udah dulu ya Pa. Aku pasti akan kembali ke Italia secepatnya." Raja buru-buru mengakhiri obrolannya. Apalagi di ujung sana, Anna sudah melambaikan tangannya beberapa kali dan berseru memanggil Raja agar segera mendekat.
Belum sampai di dekat Anna. Langkah Raja terhenti. Keramaian yang dia rasakan sekarang menenggelamkannya tentang masa lalu itu. Begitu buruk, penuh siksaan dan banyak hal-hal menyedihkan yang dia lewati.
"Mama!"
"Mama di mana?"
"Aku takut! Kenapa aku ditinggal?"
Suara-suara itu terdengar begitu mengusik pendengarannya. Semakin tersiksa, semua kenangan yang buruk itu membawa Raja pada ruang masa lalunya yang tidak ingin dia sentuh kembali.
Anna keheranan di ujung sana. Apalagi melihat Raja yang sekarang tertunduk lesu dan memegang kedua telinganya erat-erat.
Anna melangkah mendekat dan menyentuh lengan Raja. "Kenapa?" tanya Anna lembut. Tidak ada respon dari Raja. Pria itu kini berlutut dan memukuli kepalanya. Apa yang Raja lakukan menjadi pusat perhatian. Anna buru-buru menyadarkan pria itu.
"Raja!"
"Raja kamu kenapa?"
"Hei!"
Barulah Raja tersadar setelah Anna memukul kasar lengan Raja. Pria itu mendongak dan menatap Anna yang sedang menatapnya heran.
"Kamu baik-baik ajah Raja?" tanya Anna seraya membangunkan Raja.
"Ya. Aku baik-baik ajah." Raja berusaha menjawab dengan tenang. Kini dia sudah berdiri sempurna.
"Yaudah ayo!" ajak Anna yang kini menggenggam lembut telapak tangan Raja. Genggaman ini membuat Raja melihatnya baik-baik. Kemudian senyuman itu terlukis di wajahnya. Raja merasakan kenyamanan yang luar biasa saat di samping Anna seperti ini.
Anna mengajak Raja menaiki wahana bianglala. Awalnya Raja menolak karena menurutnya terlalu kekanakan. Namun, pria itu mengalah karena melihat wajah cemberut Anna.
Di dalam wahana itu, Anna menatap antusias ke berbagai arah. Tingkahnya sekarang persis seperti anak kecil. Apalagi Anna mendekap erat boneka kelinci itu. Seolah tak ingin sampai melepaskannya. Raja yang tidak tahan lalu menyubit gemas pipi perempuan itu.
"Sakit!" rengek Anna.
"Kamu menggemaskan sekali," kata Raja seraya terkekeh.
Anna sedikit tersenyum kemudian melihat ke luar kembali. Dia melihat ke berbagai arah. Anna melebarkan senyumannya saat wahana itu tepat berhenti di bagian paling atas. Anna bisa melihat lautan cahaya yang begitu indah.
"Raja, tadi kamu kenapa? Pusing ya?" tanya Anna begitu lembut seraya memandangi serius wajah Raja.
"Ya, sedikit. Maaf aku membuatmu panik," jawab Raja.
"Habis ini kita makan bersama ya? Aku mau ajak kamu makan nasi goreng langganan aku. Mau? Aku yang traktir deh!" Anna mengajak sangat semangat.
"Baiklah Anna Mentari."
Pandangan Anna lekat melihat ke wajah Raja. Pria yang menurutnya kejam itu, kini menjelma menjadi pria yang membuat Anna merasakan kenyamanan saat berada di dekatnya. Saat Raja akan membalas tatapannya, Anna buru-buru melihat ke lain arah.
"Memangnya aku tidak tahu apa, Ann."
"Hah, apa maksudnya?" tanya Anna yang kini diserang kegugupan.
"Kamu memperhatikanku tadi. Kenapa? Mulai jatuh cinta ya, hmm?" tanya Raja yang kini sengaja mendekatkan wajahnya ke depan wajah Anna.
Wajah Raja, Anna singkirkan agar menjauh. Setelah turun dari wahana itu, Anna melangkah lebih dulu. Raja di belakang Anna mengejar dengan cepat.
Sesuai ajakannya tadi, kini Anna membawa Raja untuk makan nasi goreng bersama. Penjualnya ada di pinggir jalan dekat gang yang tidak jauh dari rumah Anna.
"Maaf ya, cuman traktir makan nasi goreng di pinggir jalan. Nanti kapan-kapan kalau aku udah kaya, aku traktir kamu makan di restoran yang mewah."
Raja tertawa mendengar ucapan Anna barusan. "Tidak masalah Anna. Justru ini hal yang sangat asyik. Aku dan kamu seperti sedang kencan yang sederhana. Aku menyukainya."
Jawaban Raja membuat Anna sampai tersedak. Raja buru-buru mengambilkan air minum untuk Anna. Perempuan itu segera meneguknya.
"Santai. Jangan terburu-buru makannya ya?" kata Raja. Anna mendelik sekilas. Pria itu berhasil membuatnya salah tingkah seperti ini.
"Kamu selama di sini tidur di mana? Di hotel?" tanya Anna basa basi untuk mencairkan suasana.
"Ya. Kenapa? Mau menemaniku tidur?" goda Raja.
"Ish!" Anna menyenggol kasar lengan pria itu. Raja hanya terkekeh meresponnya.
Selesai makan bersama, Raja mengantarkan Anna ke rumah perempuan itu. Saat akan menggunakan mobilnya untuk mengantar Anna pulang, Anna menolak. Dia meminta agar Raja mengantarnya cukup dengan berjalan kaki bersama. Raja pun menyetujui. Menurutnya ini lebih romantis.
"Makasih ya Raja untuk malam ini. Makasih juga buat boneka kelincinya. Aku suka."
"Sama-sama. Jadi kamu benar kan mau ikut aku ke Italia?"
Anna mengangguk tanpa ragu. Tanpa diduga, Anna berjinjit dan mengecup pipi Raja. Jelas saja ulah Anna membuat Raja tertegun.
"Bukan tanda aku cinta kamu ya! Kecupan itu hanya sebatas tanda terima kasih aku ke kamu. Karena kamu sudah membantuku banyak hal." Anna menjelaskan buru-buru sebelum Raja salah paham.