Keesokan harinya, Nadia seperti biasanya menyiapkan sarapan dan merapikan rumah. Setelah itu baru ia berangkat ke sekolah, jalan kaki. Gadis cantik itu juga masih belum melihat tanda-tanda bahwa adiknya sudah keluar dari kamarnya.
"Apa hari ini Bianca tidak masuk sekolah lagi? Apa dia benar-benar masih marah padaku soal kejadian tadi malam? Aku benar-benar merasa bersalah pada Bianca," gumam Nadia sembari memandangi kamar adiknya yang masih tertutup dengan rapat.
Nadia pun menghela nafas dan segera berjalan menuju pintu keluar rumahnya untuk segera berangkat sebelum matahari semakin naik dan ia akan terlambat ke sekolah karena berangkat jalan kaki.
Baru keluar dari pintu depan, gadis itu di sambut senyuman menawan dari seorang cowok tampan yang duduk bertengger di atas motor sport nya.
Siapa lagi kalau bukan oknum yang bernama Rafandra Mahardika.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Nadia kebingungan.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com