"Ivena dwi prasaja!"
Aku yang baru saja kembali dari perpustakaan untuk mengembalikan buku yang kemarin aku pinjam tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku, aku menoleh ketika suara serak nan basah terdengar ditelingaku, nampak seorang laki-laki dengan tinggi sekitar 183 cm yang mengenakan setelan kerjanya melambaikan tangan kanannya kearahku.
"Diego!"
Aku melambaikan tanganku kearah Diego, dia temanku waktu kuliah tapi beda jurusan. Aku mengambil jurusan manajement sedangkan Diogo mengambil jurusan hukum. Diego berjalan kearahku dengan menenteng tas kerjanya tersenyum lebar kearahku memamerkan lesung pipi yang ada dibawah mata dan mulutnya.
"Vena apa kabarmu?"
Diego duduk diatas kap mobil milikku dengan tangan kanan yang berada disaku celana kerjanya, aku kemudian duduk disampingnya--menoleh kearah Diego dan tersenyum lebar.
"Aku baik seperti yang kau lihat"
"Hem..wajahmu tampak lebih tirus dan kau juga terlihat berbeda"
Aku menyeritkan dahiku. Apa yang berbeda denganku?
"Penampilanmu. Kau terlihat nerd"
Nerd? Aku kemudian tertawa. Ya aku sudah banyak berubah selama satu tahun belakangan ini setelah kejadian itu. Banyak teman-temanku yang melihat penampilanku yang sekarang pasti akan bingung seperti Diego.
"Aku sudah bosan mendengarnya"
Aku memutar bola mataku jengah. Sedangkan Diego memandangku dengan bingung.
"Aku hampir tidak mengenalimu. Lihat kacamata ini merubah penampilanmu! Dan kemana rambut panjangmu itu? aku heran dulu kau begitu menyukai rambut panjangmu, dan sekarang kau memotongnya jadi sebahumu. Benar apa yang dikatakan sam! Vena benar-benar berubah."
Senyumku langsung pudar saat Diego menyebutkan nama lelaki itu. Diego mengingatkannya kembali dengan sam. Ya Samuel Stefano atau bisa disebut pria masa lalu. Aku menghela nafas berat, rasanya sangat sakit mengingatnya, mengingat semua tentang dia. Tapi aku harus sabar dan mencoba berdamai dengan rasa sakit dan penyesalan ini. Aku menoleh kearah Diego yang sedang melihat jam ditangannya. Kemudian Diego bangkit dari kap mobilku, menatapku dengan lekat.
"Maaf Ven, Aku ada meeting penting. Nanti aku akan menghubungimu kembali. Akunmu masih sama kan?"
Aku mengangguk kemudian tersenyum kecil.
"Baiklah hati-hati dijalan"
Diego mengiyakan dan tersenyum lebar. Kemudian berbalik menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari mobilku. Diego melambaikan tangannya saat mobilnya melewati diriku, aku hanya tersenyum membalasnya.
Aku mengambil ponselku yang ada di saku kardigan ketika nada dering yang biasa terdengar saat ada seseorang menelvonku. Nama Luna tertera dilayar ponselku, aku segera menggeser ikon berwarna hijau.
"Ya Lun?"
"kau dimana?"
"Depan perpustakaan"
"Kau meminjam buku lagi? oh ayolah vee aku punya berita penting! lebih penting dari buku-bukumu itu!"
"Apa sih?!"
"Soal Samuel"
***
Saat ini aku sedang berada di apatement Luna sahabatku. Aku bersandar disofa yang berada dikamar Luna sedangkan Luna masih mencari-cari barang yang akan ia tunjukan padaku. Aku tidak heran dengan kelakuan sahabatku yang satu ini, dia itu pelupa, dia selalu lupa barang-barang yang ia taruh bahkan barang itu belum 1 jam Luna letakan ia sudah lupa dimana ia meletakannya.
Aku lebih memilih duduk bersandar disofa empuknya sambil membaca majalah Fashion milik Luna sembari melirik kamar Luna yang sudah berantakan akibat ulahnya.
"Dimana sih?!" sungut Luna kesal. Luna berjalan semboyongan kearahku, aku memutar bola mataku jengah dan kembali membalik halaman demi halaman majalah fashion ini. Luna duduk disampingku kemudian mengambil tasnya yang ada dimeja. Bunyi suara benda jatuh bersamaan saat Luna sedang mengambil tasnya.
"Nah! ini dia yang aku cari-cari dari tadi!" Luna mengambil kertas persegi panjang yang aku kira-kira sebagai undangan itu dengan semangat.
"Apa sih?! oo undangan? dari siapa?" tanyaku penasaran. kemudian merebut undangan berwarna merah maroon dan membaca isinya.
"Sam" gumamku pelan. Aku tidak menyangka jika undangan pernikahan itu dari Sam. Mataku berkaca-kaca saat melihat nama mempelai wanita yang akan mendampingi hidup pria masa laluku itu.
Aika larasati lucta. Nama yang indah. Aku tersenyum kecut kemudian meletakan kembali undangan mewah itu ke meja.
"Are you oke vee?" Tanya Luna cemas. Aku menganggukkan kepalaku.
"i'm fine Lun, i'm ok" jawabku dengan suara lirih, nyaris seperti gumaman.
"Maafkan aku. aku kira kamu sudah tau vee" Luna menatapku dengan gurat sedih diwajahnya.
"No problem." jawabku dengan senyuman.
"Lun, boleh aku memelukmu" Luna mengangguk dan merentangkan tangannya padaku. Aku langsung berhambur dipelukannya tanpa sadar air mataku yang dari tadi aku tahan akhirnya tumpah. Semakin lama tangisanku semakin deras, Luna menenangkanku dengan mengusap punggung dan rambutku naik turun. Luna mengerti dan tau semuanya. Semua kisah antara aku dan Sam, Luna bahkan tau apa yang selama ini aku sembunyikan pada Sam, tentang apa yang menyebabkan aku meninggalkan Sam yang sangat aku cintai, bahkan sampai detik ini cintaku tidak akan pernah berkurang sedikitpun padanya.
Mungkin Sam sudah menemukan wanita yang pantas dan jauh lebih baik dari diriku untuk bersanding dengannya. Sebenarnya aku tidak rela, tapi apalah dayaku yang hanya mantan kekasih yang tidak sengaja meninggalkannya, dan menorehkan luka padanya. Aku sadar diri dan sadar posisi, semua karena ulahku satu tahun lalu. Maafkan aku Sam, semoga kau bahagia dengan wanita pilihanmu.
TBC
Nooveede,23 juni 2019