webnovel

Chapter 2

"Ivena  dwi  prasaja!"

Aku  yang  baru  saja  kembali  dari  perpustakaan  untuk  mengembalikan  buku  yang  kemarin  aku  pinjam  tiba-tiba  ada  seseorang  yang  memanggilku, aku  menoleh  ketika  suara  serak  nan  basah  terdengar  ditelingaku, nampak  seorang  laki-laki  dengan  tinggi  sekitar  183  cm  yang  mengenakan  setelan  kerjanya  melambaikan  tangan  kanannya  kearahku.

"Diego!"

Aku  melambaikan  tanganku  kearah  Diego,  dia  temanku  waktu  kuliah   tapi  beda  jurusan.  Aku  mengambil  jurusan  manajement  sedangkan  Diogo  mengambil  jurusan  hukum.  Diego  berjalan  kearahku  dengan  menenteng  tas  kerjanya  tersenyum  lebar  kearahku  memamerkan  lesung  pipi  yang  ada  dibawah  mata  dan  mulutnya.

"Vena  apa  kabarmu?"

Diego  duduk  diatas  kap  mobil  milikku  dengan  tangan  kanan  yang  berada  disaku  celana  kerjanya, aku  kemudian  duduk  disampingnya--menoleh  kearah  Diego  dan  tersenyum  lebar.

"Aku  baik  seperti  yang  kau  lihat"

"Hem..wajahmu  tampak  lebih  tirus  dan  kau  juga  terlihat  berbeda"

Aku  menyeritkan  dahiku. Apa  yang  berbeda  denganku?

"Penampilanmu.  Kau  terlihat  nerd"

Nerd? Aku  kemudian  tertawa. Ya  aku  sudah  banyak  berubah  selama  satu  tahun  belakangan  ini  setelah  kejadian  itu. Banyak  teman-temanku  yang  melihat  penampilanku  yang  sekarang  pasti  akan  bingung   seperti  Diego.

"Aku  sudah  bosan  mendengarnya"

Aku  memutar  bola  mataku  jengah. Sedangkan  Diego  memandangku  dengan  bingung.

"Aku  hampir  tidak  mengenalimu. Lihat  kacamata  ini  merubah  penampilanmu!  Dan  kemana  rambut  panjangmu  itu?  aku  heran  dulu  kau  begitu  menyukai  rambut  panjangmu, dan  sekarang  kau  memotongnya  jadi  sebahumu.  Benar  apa  yang  dikatakan sam! Vena  benar-benar  berubah."

Senyumku  langsung  pudar  saat  Diego  menyebutkan  nama  lelaki  itu.  Diego  mengingatkannya  kembali  dengan  sam. Ya  Samuel  Stefano  atau  bisa  disebut  pria  masa  lalu.  Aku  menghela  nafas  berat,  rasanya  sangat  sakit  mengingatnya, mengingat  semua  tentang  dia. Tapi  aku  harus  sabar  dan  mencoba  berdamai  dengan  rasa  sakit  dan  penyesalan  ini.  Aku  menoleh  kearah  Diego  yang  sedang  melihat  jam  ditangannya.  Kemudian  Diego  bangkit  dari  kap  mobilku,  menatapku  dengan  lekat.

"Maaf  Ven, Aku  ada  meeting  penting.  Nanti  aku  akan  menghubungimu  kembali.  Akunmu  masih  sama  kan?"

Aku  mengangguk  kemudian  tersenyum  kecil.

"Baiklah  hati-hati  dijalan"

Diego  mengiyakan  dan  tersenyum  lebar.  Kemudian  berbalik  menuju  mobilnya  yang  terparkir  tak  jauh  dari  mobilku.  Diego  melambaikan  tangannya  saat  mobilnya  melewati  diriku,  aku hanya  tersenyum  membalasnya.

Aku  mengambil  ponselku  yang  ada  di  saku  kardigan  ketika  nada  dering  yang  biasa  terdengar  saat  ada  seseorang  menelvonku. Nama  Luna  tertera  dilayar  ponselku, aku  segera  menggeser  ikon  berwarna  hijau.

"Ya  Lun?"

"kau dimana?"

"Depan  perpustakaan"

"Kau  meminjam  buku  lagi? oh  ayolah  vee  aku  punya  berita  penting!  lebih  penting  dari  buku-bukumu  itu!"

"Apa sih?!"

"Soal Samuel"

***

Saat  ini  aku  sedang  berada  di  apatement  Luna  sahabatku.  Aku  bersandar  disofa  yang  berada  dikamar  Luna  sedangkan  Luna  masih  mencari-cari  barang  yang  akan  ia  tunjukan  padaku.  Aku  tidak  heran  dengan  kelakuan  sahabatku  yang  satu  ini, dia  itu  pelupa, dia  selalu  lupa  barang-barang  yang  ia  taruh  bahkan  barang  itu  belum  1  jam  Luna  letakan  ia  sudah  lupa  dimana  ia  meletakannya.

Aku  lebih  memilih  duduk  bersandar  disofa  empuknya  sambil  membaca  majalah  Fashion  milik  Luna  sembari  melirik  kamar  Luna  yang  sudah  berantakan  akibat  ulahnya.

"Dimana  sih?!" sungut  Luna  kesal. Luna  berjalan  semboyongan  kearahku,  aku memutar  bola  mataku  jengah  dan  kembali  membalik  halaman  demi  halaman  majalah  fashion  ini. Luna  duduk  disampingku  kemudian  mengambil  tasnya  yang  ada  dimeja.  Bunyi  suara  benda  jatuh  bersamaan  saat  Luna  sedang  mengambil  tasnya.

"Nah!  ini  dia  yang  aku  cari-cari  dari  tadi!"  Luna  mengambil  kertas  persegi  panjang  yang  aku  kira-kira  sebagai  undangan  itu  dengan  semangat.

"Apa sih?! oo undangan?  dari  siapa?"  tanyaku  penasaran.  kemudian  merebut  undangan  berwarna  merah  maroon  dan  membaca  isinya.

"Sam"  gumamku  pelan.  Aku  tidak  menyangka  jika  undangan  pernikahan  itu  dari  Sam. Mataku  berkaca-kaca  saat  melihat  nama  mempelai  wanita  yang  akan  mendampingi  hidup  pria  masa  laluku  itu.

Aika  larasati  lucta.  Nama  yang  indah.  Aku  tersenyum  kecut  kemudian  meletakan  kembali  undangan  mewah  itu  ke  meja.

"Are  you  oke  vee?"  Tanya  Luna  cemas.  Aku  menganggukkan  kepalaku.

"i'm  fine  Lun,  i'm  ok"  jawabku  dengan  suara  lirih, nyaris  seperti  gumaman.

"Maafkan  aku. aku  kira  kamu  sudah  tau  vee" Luna  menatapku  dengan  gurat  sedih  diwajahnya.

"No  problem."  jawabku  dengan  senyuman.

"Lun, boleh  aku  memelukmu"  Luna  mengangguk  dan  merentangkan  tangannya  padaku.  Aku  langsung  berhambur  dipelukannya  tanpa  sadar  air  mataku  yang  dari  tadi  aku  tahan  akhirnya  tumpah. Semakin  lama  tangisanku  semakin  deras,  Luna  menenangkanku  dengan  mengusap  punggung  dan  rambutku  naik  turun.  Luna  mengerti  dan  tau  semuanya.  Semua  kisah  antara  aku  dan  Sam,  Luna  bahkan  tau  apa  yang  selama  ini  aku  sembunyikan  pada  Sam,  tentang  apa  yang  menyebabkan  aku  meninggalkan  Sam  yang  sangat  aku  cintai, bahkan  sampai  detik  ini  cintaku  tidak  akan  pernah  berkurang  sedikitpun  padanya.

Mungkin  Sam  sudah  menemukan  wanita  yang  pantas  dan  jauh  lebih  baik  dari  diriku  untuk  bersanding  dengannya. Sebenarnya  aku  tidak  rela, tapi  apalah  dayaku  yang  hanya  mantan  kekasih  yang  tidak  sengaja  meninggalkannya, dan menorehkan  luka  padanya. Aku  sadar  diri  dan  sadar  posisi, semua  karena  ulahku  satu  tahun  lalu. Maafkan  aku  Sam, semoga  kau  bahagia  dengan  wanita  pilihanmu.

TBC

Nooveede,23 juni 2019