Semua anak-anak perempuan mulai heboh dengan idola tampan mereka yang sedang tampil diatas panggung sebuah kafe yang lumayan besar dengan hiasan-hiasan unik dan indah didalamnya. Madre kafe itulah nama kafe itu. Alunan merdu dari salah satu vokalis band tetap Madre kafe membuat beberapa gadis menjerit senang karenanya.
Tetapi aku berbeda, aku lebih memilih tenggelam dalam dunia membacaku. Sesekali aku menoleh kesamping untuk melihat keadaan sekitar, kulepas kacamata yang sedari tadi bertengger manis dihidungku kemudian mengelapnya dengan lap khusus kacamata yang selalu aku bawa.
"Kak Vee!"
Aku menoleh cepat kesumber suara yang ternyata ada dibelakangku. Aku tersenyum senang melihat gadis kecil berambut pirang yang membawa boneka teddy bearnya tersenyum lebar kearahku.
"Hai Eve"
Aku memakai kembali kacamata segi empat itu setelah selesai mengelapnya, aku berjongkong dihadapan gadis kecil pirang itu, mensejajarkan tubuhku dengannya.
"Kakak tidak bosan dengan buku-buku itu?"
Aku tersenyum mendengar celotehan gadis kecil ini. Namanya Eve Evalinda keponakanku, dia baru berumur 4 tahun. Anak dari Alinda Prasaja dan Cristian Humpson.
"Dia tidak akan pernah bosan Eve, baginya buku adalah kekasihnya"
Seorang wanita ikut berjongkok dihadapanku sambil menatap gemas anaknya yang kebingungan. Ya dia Alinda prasaja Kakakku yang menurutku sangat menyebalkan seperti Kakak iparku. Ngomong-ngomong soal kakak ipar, dia ada disamping istrinya, ia tersenyum lebar kearahku, wajahnya tampan juga manik mata hazel dan juga rambut pirang yang menurun ke anaknya itu berdiri dengan tangan yang ia masukan kesaku celana kerjanya.
"Apa itu kekasih mom?"
Aku terkekeh pelan mendengarnya, biarlah yang mengatakan harus menjelaskannya. Aku melihat wajah cantik kakakku yang sedang bingung untuk memberikan jawaban pada anaknya itu gemas. Salahnya sendiri mengataiku seperti itu, bagiku buku duniaku bukan kekasihku.
"Hmm ya seperti mom and dad. Kita hidup bersama saling mencintai satu sama lain dan selalu bahagia"
Aku tertawa mendengar penjelasan kakakku kemudian aku dipelototi Kak Alin. Aku diam tapi kemudian kembali tertawa melihat wajah Eve dengan alis hampir menyatu karena bingung dengan penjelasan ibunya.
"Sudah Eve tidak usah dipikirkan, Eve mau coklat?"
Tawarku pada Eve. Gadis kecil itu langsung melompat senang dan langsung melupakan kebingungannya tadi.
"Yey coklat!! ayo mom Eve mau makan coklat!."
Aku berdiri dan segera menggendong Eve yang berteriak kesenangan, aku mengambilkannya coklat berbentuk hati didalam toples kaca di meja pantry kafe. Aku mengambil tiga coklat dan langsung menyodorkannya pada Eve.
"Terima kasih kak Vee"
Aku mengangguk dan tersenyum saat Eve mencium pipi kiriku, aku kembali membawa Eve pada ibu dan ayahnya yang sudah duduk pojok kafe yang menjadi tempat faforitku setelah penat dan lelah karena menjaga kafeku seharian.
"Mommy look chocolate is mine!"
Eve beseru senang, aku menurunkannya kelantai kramik berwarna coklat dibawahnya, Eve langsung berlari menghampiri ibu dan ayahnya. Melihat keluarga kecil yang tampak bahagia didepanku membuat aku kembali menginggatnya lagi.
Dimana dia sekarang? apa dia sudah melupakanku?
Batinku menyeruak, mataku berkaca-kaca saat mengingat kenangan yang telah dilalui aku dan dia. Suara alunan musik terdengar kembali, kali ini grub band itu sedang menyanyikan lagu dengan ritme pelan dan juga sedih. Aku tau lagu ini Historia de un amor. Aku kembali ke meja pantry dan duduk di depan notebook dan juga buku-buku yang tadi sempat aku baca, aku melihat pegawai kafeku tersenyum padaku aku membalas senyumnya lebar. Namanya Nana salah satu pegawai di madre kafe, tak hanya cantik, dia juga sangat ramah pada siapapun. Nana masih sangat muda ia masih SMA. Keadaan dan kondisi keuangan Nana membuat Nana akhirnya berkerja paruh waktu dikafeku. Dia pantang menyerah dan semangat menjalani kehidupannya demi mendapatkan uang untuk biaya sekolahnya dan juga kebutuhan sehari-hari dengan adiknya.
Aku menghela nafas panjang sambil menatap pintu masuk yang terbuat dari kaca. Aku kembali memikirkan dia lagi, berharap dia datang kembali padaku. Aku sadar luka yang telah aku torehkan padanya begitu dalam sehingga dia tidak akan sudi untuk melihatku lagi.
Aku selalu membayangkan jika kau kembali padaku, kita hidup berdua, memiliki keluarga kecil yang bahagia seperti yang dulu kau janjikan padaku. Tapi semua itu mustahil terjadi, sangat Mustahil.
TBC
Sabtu 1 juni 2019
Nooveede