Sudah satu bulan mereka saling kenal dan kini mereka juga tinggalnya berdekatan. Sesuai dengan apa yang mereka rencanakan, mereka pergi ke tempat itu malam-malam. Kali ini mereka melakukannya dengan adik kelas mereka.
Tujuh pemuda itu awalnya menolak lima adik kelasnya itu untuk ikut bersama mereka tapi mereka berlima memaksa, jadilah mereka ikut.
"Sekarang, kita harus pergi kemana untuk pertama kali?" Tanya Min Gi
"Keruang kepala sekolah yang lama, karena di sana sumber dari semuanya." Sahut Jung In
Mereka berjalan menuju ruangan kepala sekolah yang lama. Hawa panas dan dingin mereka rasakan selama perjalanan menuju ruangan kepala sekolah itu. Di koridor itu tidak dipasangi pencahayaan sama sekali hingga membuat koridor itu terasa gelap dan mencekam. Hanya ada pencahayaan dari seter saja yang mereka bawa.
Bau amis darah juga mulai tercium di indera penciuman mereka, tapi mereka memilih untuk mengabaikannya.
"Aneh, kenapa malam ini tidak terdengar suara musik?" Tanya Andrew
"Entahlah." Sahut Hwang Bin
Mereka terus melanjutkan perjalanan menuju ruangan kepala sekolah lama itu. Setibanya di sana, mereka ragu apakah pintunya dibuka atau tidak. Dengan penuh keyakinan, Jung In membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya. Mereka kembali menyusuri setiap sudut ruangan. Bahkan dengan berani, In Seok membuka pintu lemari itu.
Sedetik kemudian...
Ckiittt... Brakk!
Suara jendela itu tiba-tiba terbuka lalu tertutup sendiri. Mereka tetap tidak perduli dengan jendela itu, mereka terus menyusuri setiap sudutnya. Sampai mereka mendengar suara tawa yang sama dan sangat menakutkan. Suara tawa itu terdengar bersahutan selain itu ada juga suara senandung yang entah dari mana datangnya. Hal itu membuat mereka berkumpul dan saling berpegangan tangan. Seiring dengan suara tawa dan senandung itu, tiba-tiba keluar darah dari dinding juga dari kaca jendela.
Mereka juga tidak sadar jika ada sepasang mata yang menatap mereka dari atas atap yang sudah rusak dan terbuka. Suara tawa itu pun semakin jadi, membuat mereka ketakutan. Ketika mata mereka melihat ke atas, mereka melihat seorang perempuan bermata merah menyala dengan rambut panjang yang menjuntai turun kebawah tengah menatap mereka dengan suara tawanya yang mengerikan lalu mereka menoleh kearah atas lemari dan melihat seorang perempuan dengan gaun putih panjang dan seluruh bola matanya berwarna hitam pekat duduk di atas lemari dan bersenandung, matanya juga tak lepas dari 12 pemuda itu. Dengan cepat mereka keluar dari ruangan itu dan membuka pintunya lalu berlari secepat mungkin.
Saat mereka sudah jauh dari ruangan itu, mereka berhenti dengan nafas yang terengah-engah, kedua tangan mereka bertumpu pada lutut.
"Gila. Nyeremin banget." Ucap Min Gi
"Iya. Tapi siapa dua perempuan itu?" Tanya Hwang Bin
"Ya, hantu lah. Masa manusia." Sahut Daniel
"Aku juga tahu dia hantu. Tapi maksudku, kenapa hantu perempuannya ada dua? Sementara berita yang beredar hanya satu orang perempuan doang yang bunuh diri." Sahut Hwang Bin
"Mungkin dia membelah dirinya jadi dua?" Sahut Andrew polos
"Kamu kira dia apaan? Pake membelah diri jadi dua segala." Sahut Hyun Gi
"Iya. Ada-ada aja kamu, Drew." Sahut Beom Gi
Andrew hanya menyengir. Tidak lama setelah itu mereka melihat seseorang memasuki ruang kelas 3A. Mereka mengikutinya dari belakang. Mereka penasaran apa yang dilakukan perempuan itu di tengah malam begini di ruang kelas 3A. Selama perjalanan menuju kelas 3A juga mereka tidak melepaskan pegangan tangan mereka, karena mereka takut salah satunya hilang.
Sebelum memasuki ruang kelas itu, perempuan itu berhenti di depan kelas lalu menoleh ke samping dan menatap kearah 12 namja itu. Seketika tubuh mereka semua menegang dan pegangan mereka semakin erat ketika perempuan itu melihat kearah mereka. Wajah perempuan itu pucat, mata perempuan itu seluruhnya warna hitam pekat, memiliki rambut yang panjang hingga menjuntai ke lantai, dan gaun warna putih yang di bagian perutnya terdapat noda darah. Perempuan itu melayang di udara, dan dibagian dilehernya juga ada goresan warna merah dan mengeluarkan darah hingga menetes ke lantai. Hal yang paling membuat mereka takut adalah saat kepala perempuan lepas dari lehernya dan menggelinding kearah mereka.
"Kaburr!!" Teriak In Seok dan mereka lari secara bersamaan dengan masih berpegangan tangan, kepala hantu perempuan itu terus menggelinding mengikuti setiap langkah mereka. Mereka langsung mempercepat langkahnya. Sampai mereka di tengah lapangan dan disekelilingnya di hiasi lampu yang terang, kepala perempuan itu sudah tidak ada.
Mereka langsung menjatuhkan tubuh mereka ke tanah secara bersamaan dan menghirup oksigen sebanyak mungkin. Mereka bahkan membaringkan tubuh mereka di tengah lapangan dengan posisi melingkar dan tetap saling berpegangan tangan. Mereka melihat ke langit yang menampilkan pemandangan bulan purnama dengan di temani bintang-bintang yang mengelilingi bulan.
Beom Gi mengalihkan pandangannya dari langit ke arah koridor gelap itu, dia mendapati seseorang tengah berjalan di koridor itu. Entah dia perempuan atau laki-laki, Beom Gi tidak melihat dengan jelas, yang pasti orang itu memakai celana jeans biru dengan jaket yang menutupi kepalanya serta sepatu warna merah dan berjalan dengan kepala lurus ke depan.
"Itu siapa?" Tanya Beom Gi sambil menunjuk orang itu
Mereka semua langsung mengikuti arah yang di tunjukkan oleh Beom Gi dan melihat seseorang tengah berjalan ke arah koridor berdarah.
"Dia manusia apa bukan?" Tanya Min Gi
"Dia manusia! Ayo cepat kita cegah dia!" Teriak Yoon Jae
Mereka langsung dengan cepat berdiri, tapi seketika mereka dikelilingi oleh kabut asap tebal hingga mereka tidak bisa melihat apapun.
Daniel mengeluarkan senter yang di bawanya karena senter yang di bawa Hwang Bin sudah kehabisan batrai. Mereka berlari cepat menuju orang itu dengan masih berpegangan tangan dan Daniel yang memegangi senternya. Tapi seakan tidak berujung, mereka tidak bisa menemukan jalan apapun menuju koridor itu agar mencegah orang itu masuk ke dalam sana. Mereka semua tidak bisa melihat apapun, kecuali kabut asap yang tebal.
Semenit kemudian, kabut asap itu menghilang dan orang itu tidak ada di sana. Anehnya lagi, mereka berdiri di tempat mereka berhenti tadi yaitu di tengah lapangan.
"Perasaan tadi kita berlari deh, kenapa kita masih saja berdiri di tengah lapangan?" Tanya Hyun Gi bingung
"Jadi dari tadi kita lari terus jalan itu kita cuman muter-muter doang dan balik lagi ke tengah lapangan ini?" Tanya Tae Oh bingung
"Sepertinya sih begitu, Tae." Sahut Joon Oh
"Eh tapi kemana perginya orang itu?" Tanya In Seok
"Pasti memasuki koridor itu. Tapi yang ku bingung, kenapa dia seolah tidak ingin kita menyelamatkan orang itu dengan menghadirkan kabut asap tebal agar kita tidak bisa melihat orang itu dan menyelamatkannya?" Tanya Jung In
"Aku tidak tahu, pasti ada alasan di balik ini semua." Sahut Yoon Jae
"Lebih baik kita pulang dan dengerin kabar yang akan terjadi besok pada orang itu." Sahut Min Gi
Mereka mengangguk setuju dan memilih untuk pulang. Mereka berada di Apartement masing-masing saat jam menunjukkan pukul 12:30 yang artinya 30 menit lagi itu jam 1 pagi. Mereka segera tidur karena besok mereka harus kembali ke sekolah. Malam ini menjadi malam yang paling menakutkan untuk mereka berdua belas. Tapi ada hal yang lebih menakutkan ketimbang mendengar suara tawa yang menakutkan dan kepala yang menggelinding di lantai, yaitu mereka tidak bisa menyelamatkan orang itu yang bisa mereka pastikan kalau orang itu akan meninggal keesokkan harinya.
Malam ini mereka selamat karena mereka saling menjaga satu sama lain, tapi bagaimana dengan malam selanjutnya? Akankah mereka akan selamat seperti malam ini? Pertanyaan itu hanya bisa di jawab oleh mereka sendiri nantinya.
bersambung...
Jika kalian juga tertarik membaca cerita fantasi, silakan kunjungi profilku dan lihat karya terbaruku yang berjudul "Two Lives, Two World, But One Heart"
silakan tinggalkan collection dan reviewnya ya^^
translate:
If you are also interested in reading fantasy stories, please visit my profile and check out my latest work entitled "Two Lives, Two World, But One Heart"
please leave a collection and a review, okay ^^