webnovel

4. Olah Raga

Gelora 💗 SMA

Tet ... Tet ... Tet!

Bel pergantian pelajaran berdering, seluruh penghuni kelas langsung riuh mengekspresikan kegirangan. Pelajaran berikutnya adalah pelajaran olah raga, dan ini adalah pelajaran favorit untuk sebagian besar para siswa. Kelas yang semua penghuninya berkelamin laki-laki ini pun seketika gaduh seperti dalam pasar tradisional. Mereka melepas seragam putih abu-abunya dan mengganti dengan seragam kaos olah raga. Nampak sebagian dari mereka telah bertelanjang dada memamerkan bentuk tubuh yang sebenarnya masih jauh dari kategori muscle. Walaupun bentuk dada yang tak terlalu bidang dan perut yang tidak kotak-kotak kenyataannya mereka tetap percaya diri dan tanpa segan unjuk sisi kemolekan tubuh mereka.

Sama hal-nya dengan teman-temanku itu, aku pun perlahan melepaskan kemeja OSIS-ku untuk berganti seragam. Tubuh kurusku, aku biarkan terbuka. Dan ketika aku mulai mengenakan kaos olah raga, aku dihampiri oleh si jahil Akim.

''Wow ... seksi!'' goda Akim sembari melototi setiap lekuk tubuhku yang terbuka. ''Kulitmu putih mulus juga ya, Poo?'' lanjut Akim dengan sorot mata yang genit.

''Menyingkirlah kau dariku, Kim!" sergahku seraya mendorong tubuh Akim agar menjauh dari tubuhku.

''He ... he ... he ..." Cowok berkulit sawo matang ini hanya terkekeh, matanya yang bulat itu masih menyoroti tubuhku yang kini telah tertutup dengan kaos.

''Kamu ganteng dan menggoda sekali, Poo ... I Like it!'' ujar Akim ringan tanpa merasa berdosa.

''Edan!'' timpalku.

''Ha ... Ha ... Ha ... '' Akim ngakak sembari berjalan menghampiri aku kembali, lalu dengan sigap tangannya merangkul di pundakku. Dia menarik kepalaku dan berbisik lembut di kupingku.

''Poo ... yuk, kita HOMO-an!'' ucapnya polos.

''Apa!'' Aku menghalau tangan Akim dan mendorong tubuhnya hingga menjauh beberapa langkah. ''Kamu ini makin hari makin gila saja, Kim!'' gertakku.

''Serius, Poo ... aku suka sama kamu ... gimana kalau kita pacaran saja!'' ungkap Akim tegas dan ungkapannya ini benar-benar membuat wajahku jadi memerah karena menahan malu. Aku takut kalau ada teman-temanku yang lain mendengarnya.

''Gila kamu, Kim ... aku bukan gay ... dan aku tidak mau jadi sepertimu.'' kataku penuh dengan penekanan lalu dengan rasa yang penuh kedongkolan aku pergi ke luar kelas dan meninggalkan Akim.

''Poo ... Polo!'' seru Akim, namun aku tidak menggubrisnya.

''Tungguin aku, Poo!" lanjut Akim dan dia berlari mengejarku.

Aku terus melangkah menuju lapangan karena beberapa temanku sudah berkumpul di sana, sementara Akim masih di belakangku dan terus berusaha mendekatiku.

''Hai ... aku cuma bercanda doang, Poo ... plisss jangan marah, yah!'' Suara Akim terdengar renyah karena diselipi dengan tawa kecil yang biasa dia kelakarkan. Aku masih bersikap acuh.

''Ah ... kamu mah gak asik ... gitu doang aja, baper!'' sindir Akim.

''Jujur, aku tidak suka kamu bersikap begitu, Kim ... nanti apa tanggapan teman-teman terhadapku.''

''Ah ... mereka tahu kok, kalau aku cuma bercanda ...''

''Hmmm ...''

''Aku janji deh, tidak akan mengulanginya lagi ...'' Akim mencegat langkahku hingga aku berhenti melangkah, kemudian dengan tingkah konyolnya dia pasang senyum khasnya dan mengangkat kedua jarinya di hadapanku.

Aku terdiam, namun Akim terus menunjukan sikapnya yang lucu sehingga aku pun tak bisa menahan tawa.

''Oke ... aku maafkan kamu!'' ujarku yang disambut dengan riang oleh Akim.

''Gitu dong!'' timpal Akim sembari menepuk bahuku, ''itu baru temannya, Akim'' imbuhnya.

''Hehehe ...'' Aku cuma bisa terkekeh.

Dan selanjutnya kami berdua bergerak menuju ke tengah lapangan dan bergabung dengan teman-teman yang lainnya.