Sesampainya di kamar, Rama meletakkan tubuh Dea di atas ranjang dengan hati-hati, takut jika istri tercintanya bangun. Rama beringsut pelan beranjak menuju pintu dan mengunci nya dari dalam.
Sejenak menghela nafas seakan tidak percaya jika istrinya telah kembali, senyum bahagia terpampang di bibir Rama.
Rama mengambil kaos dan celana pendek dari dalam lemari, lebih baik ganti baju dan mencuci muka, kalau mandi terlalu lama keburu Dea bangun dan ribut.
Sepuluh menit kemudian Rama keluar dari kamar mandi dengan wajah yang fresh, kakinya melangkah menuju tempat tidur. Akhirnya setelah beberapa bulan ada jarak kini dia bisa satu ranjang lagi dengan istri tercintanya.
Rama menarik selimut menutupi tubuhnya dan tubuh Dea, dia menggunakan tangannya sebagai bantal untuk istrinya itu. Rama memeluk tubuh Dea, memberikan kecupan pada kening, pipi dan semua bagian wajah wanita itu.
Karena merasa terganggu Dea mengigau, "Sayang aku mengantuk, jangan menganggu aku," tubuh Dea berputar jadi membelakangi Rama.
Rama semakin merangsek dan memeluk Dea dari belakang, memberikan kecupan kecil pada tengkuk wanita itu, "eemmt," Dea mengeliat sedang Rama terkekeh.
Rasanya lama.sekali tidak melakukan ini, menganggu tidur nyenyak sang istri. Tangan Rama masuk kedalam kaos yang Dea kenakan, sedikit menyingkap penutup gunung kembar itu dan meremas pelan gunung kembar milik Dea,
"ssttt," tanpa sadar Dea mendesah dan membalikan tubuhnya menjadi terlentang.
Rama menyingkap kaos yang Dea gunakan, entah sejak kapan dia sudah di atas tubuh Dea, mulutnya dan tangannya bermain-main di gunung kembar milik Dea, kedua tangannya meremas dan mulutnya menghisap seperti bayi, sesekali Dea merintih saat Rama membuat kismark.
Rama menghentikan aksinya dan berbaring kembali disamping Dea, menatap kagum hasil karya bibirnya. Tangannya menurunkan kaos dan melepas penutup gunung kembar milik Dea, lalu melemparnya kesamping.
"Selamat tidur, Sayang," Rama mengecup bibir Dea dan menarik selimut yang tadi dia singkap dari tubuh Dea, kembali memeluk dengan memasukkan tangannya kekaus yang Dea pakai.
***
Keesokam harinya, Dea mengeliat dan tubuhnya merasa berat, perlahan mata indah itu terbuka, ingin berteriak rasanya saat mendapati Rama sedang memeluk dirinya. Tapi dia sadar jika Rama masih menjadi suaminya.
"Mas," Dea menepuk pelan pipi sang suami, akan tetapi Rama tidak juga membuka mata. Dea berusaha menyingkirkan tangan kekar itu tetapi tetap tidak bisa. Dea berdecak sebal, matanya melirik jam yang tertempel di dinding di atas pintu masuk.
Dea memindai sekitar, matanya mencari tas miliknya karena ponselnya berada di dalam tas tersebut.
"Mas, bangun," Dea mengoyang-goyangkan lengan Rama, karena merasa terganggu Rama bergumam, "diamlah Ray, aku sedang bermimpi memeluk Dea istriku,"
Entah harus bahagia atau sedih yang harus di rasakan Dea, saat tidur suaminya menyebut nama istrinya yang lain, tetapi dia juga menyebut namanya.
"Mas, Dea mau ke kamar mandi," tangan Dea membelai rahang Rama yang ditumbuhi bulu-bulu kecil.
"Hemmt," Rama membuka mata, mata keduanya beradu menyadarkan Rama ini bukan mimpi, dia terbangun dan Dea, istri tercintanya masih berada di dekapannya. Rama semakin mengeratkan pelukan itu.
"Mas, Dea mau ke kamar mandi!" Dea setengah berteriak karena kesal, Rama terkekeh lalu mengendurkan pelukan tersebut lalu berkata, "maaf mas kira mimpi," namun Dea tidak mengubris.
Dea berjalan cepat ke kamar mandi dan menutup pintu agak kencang membuat Rama terkejut dan mengusap dada, "astaga, Dea," Rama menggeleng gemas akan kelakuan sang istri.
Sepuluh menit kemudian pintu kamar mandi terbuka, Dea muncul dengan wajah cemberut tapi entah kenapa terlihat menggemaskan di mata Rama.
"Baju-baju Dea masih ada yang di sini kan, Mas?" Dea melangkah menuju almari pakaian milik Rama, lalu membuka dan tersenyum saat mendapati pakaian yang dulu dia sengaja tinggal dikamar ini masih tertata rapi.
Dea memang menyisakan beberapa lembar pakaian di sini, dulu buat berjaga-jaga jika mereka datang kerumah ini mendadak dan kebetulan tidak membawa baju ganti.
"Masih dong, Sayang," Rama memeluk Dea dari belakang, kemudian mengecup pelipis pemilik hatinya. Hati Dea sedikit berdesir saat Rama melakukan ini, jujur rasa cinta itu masih ada, tetapi rasa kecewa masih mendominasi.
"Jangankan baju kamu, cinta aku ke kamu aja masih utuh," Rama kembali mengecup kepala Dea dari belakang. Dea sudah mengambil pakaian rumahan dan beserta dalamannya, kemudian memukul pelan tangan Rama yang masih melingkar di perutnya.
"Aku mau mandi dulu, Mas," Rama menghela nafas pelan, lalu melepaskan tangannya dari perut Dea.
"Boleh mas ikut?" Rama mengerlingkan sebelah matanya genit, Dea hanya menggeleng dan memutar bola mata jengah. Rama terbahak jadiny, sudah lama tidak bercanda dengan walau menggemaskan ini, pikir Rama.
"Aaaaaaa," terdengar jeritan dari kamar mandi, beruntung kamar tersebut kedap suara.
Khawatir terjadi sesuatu pada Dea, Rama langsung lari dan menerabas pintu dan mendobraknya, tubuh Rama membeku melihat penampakan sang istri yang tanpa sehelai benang pun menempel.
Rama berulang kali menelan pelan salivanya, meredam hasrat kelelakiannya. Jiwanya rindu dan haus akan sentuhan dan ingin menyentuh sang istri.
"Mas, kok ini ada kaya gini?" Dea bertanya seraya memutar tubuhnya, dia yang awalnya menghadap kaca kini menghadap sang suami, lagi Rama berusaha menekan keinginan untuk menerkam sang istri.
"Mana mas tahu," mata Rama masih menatap kagum pada tubuh Dea yang terlihat semakin berisi, semalam menjadi bayi saja sangat menyiksa, apalagi sekarang melihat Dea begini. Seketika Rama mengusap wajahnya kasar, menarik nafas lalu menghembuskan melalui mulut.
"Kamu kan yang bikin ini?" tanya Dea polos sambil menunjuk kismark di aset gunung kembar miliknya, Rama maju perlahan, kali ini hasratnya sudah tidak terbendung, ingin sekali menuntaskan sekarang.
Dea berjalan kearah shower, lalu menyetelnya menjadi hangat, dia tidak sadar saat ini Rama juga sudah polos. Dea terdiri di bawah shower yang menyala, matanya terpejam menikmati air yang mengalir membasahi tubuhnya.
Dea tersentak saat tiba-tiba ada tangan kekar melilit di perutnya, tangan itu perlahan naik, ada sesuatu yang hangat menerpa bahunya. Dan tunggu, Dea merasakan ada sesuatu yang menganjal di bawah sana.
Dea sesekali mendesah kala tangan itu meremas aset kembarnya, "mau tau bagaimana ini ada?" Rama berbisik, tangan Rama yang satu meremas gunung kembar milik Dea yang satu menjelajah 'anggrek merah' milik Dea.
"Mas," Dea sedikit mengerang dan mendongak saat tangan Rama bermain di bawah sana. Dea menggigit bibir bawahnya, menahan hasrat yang di ciptakan oleh Rama.
"Mas kangen, Sayang," Rama membalik Dea dan membuat mereka berhadapan, "mas," Dea memeluk tubuh Rama.
Rama membawa Dea kebathup, perlahan Rama juga masuk kesana, menindih tubuh polos Dea. Entah siapa dahulu yang memulai hingga keduanya saling memanggut dan saling melumat, saling bermain lidah dan bertukar saliva.
Setelah beberapa menit pemanasan akhirnya terjadilah sesuatu yang harus terjadi, sepasang suami istri saling memuaskan dahaga pasangan masing-masing.
Mata Dea terpejam dan bibirnya mengumamkan nama 'Abra' lirih, sangat lirih saat pelepasan.