webnovel

Gadis pendiam

Meski pun waktu sangat sebentar, aku bahagia telah mengenal dan jatuh cinta padamu. Hal yang tidak akan pernah aku lupa saat akhir hayatku ini, dan betapa sangat beruntungnya aku bisa memiliki dirimu sebelum aku menghembuskan nafas terakhir ini. ~Gadis Pendiam

Rumusbumi · perkotaan
Peringkat tidak cukup
6 Chs

Menyerah

Matahari belum menujukkan dirinya, namun Dokter muda itu telah terbangun dari tidurnya.

"hah..masih subuh ternyata" gumamnya sambil melihat jam di ponsel.

Dokter muda itu beranjak dari kasurnya, dan turun ke bawah untuk mengambil minum.

"loh?, ko sudah bangun?" ujar ibu melihat putraya di dapur.

Dokter muda itu mengangguk sambil tersenyum.

05.00 WIB

Karna merasa tidak mengantuk lagi, Dokter muda itu memilih untuk berangkat kerja lebih awal.

"Awal sekali kamu berangkat?" kaget ibu melihat Dokter muda itu sudah siap untuk pergi.

"tidak apa bu, hari ini Rizky banyak perkerjaan" jawabnya.

Setelah berpamitan pada ibu, Dokter muda itu langsung bergegas menuju rumah sakit.

Rumah Sakit

sampainya di rumah sakit, Dokter muda itu langsung pergi ke ruang kerjanya.

"loh?, awal sekali kamu datang?" kaget Dokter manis itu melihat temannya.

Kebetulan tadi malam Dokter manis itu yang menjadi dokter jaga.

"aku tidak bias tidur" jawab Dokter muda itu.

Mendengar hal itu membuat Dokter manis tersebut tersenyum menggoda.

"kamu memikirkan gadis itu bukan?" tanyanya menggoda.

"ti-tidak!"

"benarkah?" ujar Dokter manis itu semakin menggoda.

"sudahlah, kamu mau kopi tidak?" tawar Dokter muda itu mengalihkan pembicaraan.

Dokter manis itu tertawa kecil.

Ruangan Melati

sinar matahari yang masuk ke dalam kamar gadis pendiam itu, membuat Putri terbangun dari tidurnya.

Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya, dan pergi kearah jendela untuk melihat pemandangan luar.

"akhh!!, Perut ku!" rintihan gadis itu kesakitan

"kenapa nak?!" tukas ibu mendengar ritihan Putri.

Gadis itu terduduk di lantai menahan kesakitan.

"tunggu, Ibu akan panggil kan dokter!" ucap ibu sangat panik lalu keluar dari kamar itu.

Ruang Dokter

Salah satu suster datang ke ruang kerja para dokter, dengan sangat panik.

"Ada apa?" tanya salah satu dokter.

"Di mana Dokter Rizky Dok?"

Dokter muda yang baru datang dari luar itu pun langsung menghampiri suster yang mencarinya.

"Ada apa?"

"Pasien atas nama Putri, kesakitan Dok" jelas suster.

mendengar hal itu, membuat Dokter muda tersebut langsung bergegas menuju tempat gadis pendiam itu.

Ruangan Melati

Saat suster membuka pintu kamar, mata Doket muda itu langsung tertuju pada gadis yang sedang kesakitan itu.

Doket muda itu langsung memeriksa gadis tersebut.

"Tolong anak saya Dok" pinta ibu gadis itu menangis histeris.

Gadis itu terus merintih kesakitan.

"Lakukan pemeriksaan medis" perintahnya.

"baik Dok"

Ruang Dokter

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Dokter muda kepada Dokter yang melakukan pemeriksaan.

"apa kamu tidak sadar dengan gejalanya?"

"gejala?, maksud Dokter?" jawab Rizky sedikit bingung.

Dokter itu menyerahkan hasil pemeriksaan Putri kepada Dokter muda tersebut, betapa kagetnya Dokter muda itu saat melihat hasil pemeriksaan itu.

"A-apa ini benar?" tukasnya tidak percaya.

Dokter itu mengangguk pelan.

"Kanker itu sudah menyebar keseluruh pembuluh darahnya"

Dokter muda itu mengacak-acak rambutnya merasa frustasi.

"Ba-baik terimakasih" ujar Dokter muda itu.

Selama perjalanan menuju kamar gadis pendiam tersebut, Dokter muda itu terus merasa menyesal.

Harus aku tau gejala itu, batinnya.

Ruangan Melati

Sesampainya di kamar, Dokter muda itu melihat sepasang suami istri sedang menunggu dirinya.

"Bagaimana hasilnya Dok?" tanya pria tua itu.

Dokter muda itu menyerahkan hasil pemeriksaan tersebut pada sepasang suami istri itu, dan betapa kagetnya mereka saat melihat hasil pemeriksaan.

"A-apa ini benar Dok?" tukas ibu Putri dengan mata berkaca-kaca.

Dokter muda itu mengangguk pelan dengan perasaan bersalah.

"Bagaimana bisa Dok?" sambung ayah gadis itu.

"Pasien memang ttidak menujukkan gejala yang serius, akan tetapi kankernya sudah menyebar keseluruh pembuluh darahnya" jelasnya dengan sedikit perasaan tidak enak.

Ayah dan ibu gadis itu menangis begitu histeris, Putri satu-satunya yang mereka miliki, hidupnya tidak akan lama lagi.

Dokter muda itu pun pamit dari tempat tersebut.

Tidak lama, gadis itu pun bangun dari pingsannya.

"Kamu sudah baikan nak?" ujar ibu dengan lembut.

Gadis itu mengangguk pelan.

Ayah menghampiri putrinya itu dan mengelus kepala anaknya tersayang itu, sambil sedikit menangis.

"Ada apa pa?" tanyanya bingung.

Mendengar pertanyaan itu semakin membuat ayah dan ibunya menangis.

"Ada apa bu?!" ucap Putri semakin bingung.

Ayah menyerahkan hasil pemeriksaan itu kepada Putri, dan betapa gadis itu hanya terdiam saat bmelihat hasil dari pemeriksaan dirinya.

"Ini bohong kan pah?" tukasnya dingin.

Ayah tidak bisa menjawab pertanyaan dari putrinya, dan hanya menangis sambil mengelus kepala anak tersayangnya itu.

Putri hanya bisa menangis dan tidak tau harus berekspresi seperti apa lagi, sudah cukup lama ia hidup di rumah sakit ini karna kanker darah dan sekarang kanker yang sangat ganas menyerangnya dan bahkan umurnya mungkin sudah tidak lama lagi.

Ruang Dokter

Di ruangan, Dokter muda itu tidak pernah berhenti menyalahkan dirinya.

"Berhentilah, menyalahkan dirimu" tegur Dokter manis itu.

Dokter muda itu tidak menjawab.

Dokter manis itu merasa kesal dengan tingkah sahabatnya, langsung menarik tangan Dokter muda tersebut dan membawanya ke kamar Putri.

"Masuklah" suruhnya.

Dokter muda itu menggeleng pelan.

"kau ini?!" ucap Dokter manis itu lalu mendorong sahabatnya untuk masuk.

Saat mereka sudah masuk, mata kedua Dokter tersebut langsung tertuju pada gadis yang sedang merenung dengan mata yang sembab akibat menangis.

"be-besok kau akan melakukan kemoterapi" jelas Dokter muda itu merasa sedikit bersalah.

Gadis itu tidak menjawab dan hanya diam.

Dokter manis itu menghampiri gadis tersebut dan mengelus kepalanya.

"Aku akan mengobatimu" ujarnya dengan lembut.

Putri yang sudah tidah tahan, menangis begitu histeris di pelukan Dokter manis itu.

Malam harinya.

"Makan lah nak" pinta ibu sambil hendak menyuapi gadis itu.

Namun Putri hanya diam dan beranjak dari ranjangnya tidurnya.

"ibu" panggilnya.

'bila umur ku sudah tidak panjang lagi, boleh aku meminta sesuatu?" tanyanya sambil menatap jendela.

Ibu menangis saat mendengar permintaan dari putrinya itu.

"Kamu akan sembuh nak" ucap ibu sambil memeluk putrinya.

Gadis pendiam itu menangis begitu histeris.

Jika aku bisa meminta, izinkan aku sedikit lebih lama di bumi ini.