webnovel

Part 9. Ibunda Ratu

Andi menyewa taksi untuk mengajak Olivia ke sebuah tanah lapang. Gedung pencakar langit, proyek Mall Metropolis yang belum sepenuhnya jadi nampak gagah dari situ.

Olivia memandang ke sekeliling. Ia masih asing dengan tempat tersebut kecuali anak-anak yang menyambutnya bersama Andi dengan wajah gembira. Anak-anak Rumah Petak. Sejak kapan Andi kenal lingkungan ini? Terlihat Andi begitu akrab dengan anak-anak itu.  Pertanyaan demi pertanyaan yang terkulum. Olivia sudah kesal pertanyaan sebelumnya yang tidak sempat dijawab. Ia hanya mencoba merangkai jawaban sendiri dari hal yang didapatinya terutama saat bersama Andi. Persis seperti apa yang diharapkan Andi dengan apapun yang dilakukannya meski tak banyak kata-kata.

Sementara itu

Akhir pekan, di ruang keluarga. Tepatnya di ruang makan. Segala hidangan kesukaan putranya sudah tersedia. Sebenarnya bukan cuma seorang putra yang ia miliki tapi putra dan putri lain yang sudah dianggap anak sendiri. Ia selalu menyiapkan hidangan kesukaan mereka meskipun tidak pulang sekalipun.  Ia tidak ingin putra-putrinya kecewa kalau mereka bisa pulang tapi tidak bisa menikmati makanan kesukaan yang diolahnya sendiri. Putra-putrinya tidak mempermasalahkan mengenai hal itu. Tetapi tetap dilakukannya karena itu membuatnya bahagia.

Kali ini, putra sulungnya sengaja diminta pulang. Ada hal penting yang ingin dibicarakan. Putra sulung hadir saat  berita tentang kehamilannya diketahui banyak orang. Sayangnya, ALLAH berkehendak lain terhadap kandungannya. Ia keguguran pada trimester pertama kehamilannya.  Memang ia dan suaminya sedih tapi yakin bahwa Allah akan Mengganti yang telah Allah Ambil dengan yang lebih baik lagi. Oleh pihak keluarga besar hal tersebut dirahasiakan. Ia juga tidak menampakkan diri di depan khalayak.

Putra sulung masih kerabat suami dari pihak ayah. Mbok Surip merupakan eyang dari pihak ibu. Yang mengasuh sedari bayi merah begitupun putra kedua dan putri ketiganya. Si bungsu putri juga masih kerabat.  Putri ketiganya lahir setelah ia kehilangan suami untuk selama-lamanya. Hanya putra kedua yang putra kandung. Dan kehadiran putri-putri angkat memang untuk menyamarkan identitas putra mahkota yang sebenarnya. Namun begitu Mereka mendapat perhatian dan pengasuhan yang sama.

Mendiang ayah kandung si sulung adalah kakak ipar suaminya merupakan orang Australia. Sepertinya keluarga suaminya punya cara mementahkan unsur isu SARA dengan pernikahan campuran. Ramanda Andi, suaminya keturunan Indo-Belanda. Eyang yang mengasuh Andi, paman suaminya, seorang Indo-China. Sedang bibi susunya Andi yakni istri dari adik suaminya blasteran Indo-Portugis. Semua memilih menjadi WNI dengan melepas WNA mereka.

Si sulung dididik secara militer oleh sang ayah  hingga berumur sebelas tahun. Setelah ayahnya meninggal, Mbok Surip memberitahukan padanya kalau si sulung dalam keluarga Raden Arya Bumi Ranggada Atmapraja adalah seorang abdi. Seharusnya lah kalau si sulung mengabdi dengan caranya yakni pengawal pribadi bagi sang putra mahkota. Ia dan keluarga besar tidak bisa menolak keinginan si sulung dan Mbok Surip itu.

Lihatlah! Si sulung yang tetap menunjukkan seorang abdi meski ia berusaha menganggapnya sebagai putra kandung. Orang di sekelilingnya membentuknya seperti itu hingga menjadi jiwanya. Tapi putra keduanya yang menjadikannya sahabat dekat. Menjadi tangan kanannya. Dan kemarin ia memanggilnya pulang untuk mengorek keterangan yang lebih jelas mengenai putra keduanya. Si Sulung baru bisa memenuhinya hari ini. Di akhir pekan. Pasti besok sudah memulai kesibukan lagi. Padahal ingin Si Sulung menginap semalam saja yang tentu saja ditolak adik lelakinya. Hah, anak itu!

Sengaja menyambutnya di meja makan. Memberinya kesempatan bertemu dengan Mbok Surip.

"Semoga kabar Ibunda Ratu baik!"

Dodo mencium tangannya. Yang ia panggil Ibunda Ratu mengajaknya ke ruang makan keluarga. Wah! Seperti akan ada acara makan keluarga besar karena banyak sekali hidangan. Ada menu kesukaannya. Dodo tersenyum memaklumi. Kebiasaan yang selalu dilakukan ibunda ratu di akhir pekan. Dan sudah lama Dodo tidak bisa menyempatkan untuk pulang. Tentu saja setelah melakukan sesuatu untuk Andi. Ibunda ratu memintanya untuk makan terlebih dulu sebelum berbicara. Beliau mengambilkan untuknya. Hal yang Dodo rindukan saat ia pulang.

"Kamu lama tidak pulang? Apa anak itu selalu membuatmu sibuk hingga tidak punya waktu luang untuk sekadar makan bareng?"

Tanya beliau sambil menyajikan secangkir teh hijau hangat setelah dilihatnya Dodo menelungkupkan sendoknya. Teh segar yang dipetik dari kebun belakang. Memang ibunda ratu tidak akan mengijinkannya minum sebelum menghabiskan makanannya.

"Ya.. bukan begitu, Ibunda Ratu! Justru saya minta waktu luang untuk mendampingi  Gusti Pangeran! Dan beliau terlalu baik.. "

"Sudah.. sudah! Jangan bela anak itu lagi! Bukankah Bunda sudah memintamu untuk tidak menyebut gelar di depan Ibunda? Dia adikmu!" 

Mereka memang punya kesepakatan bersama mengenai hal itu.

"Maaf, tapi beliau… "

Dodo  kagok, dilihatnya raut muka ibunda ratu benar-benar tidak suka 

"ma.. maksud saya.. Adimas sudah mencapai usianya. Sebentar lagi akan menjadi junjungan saya juga. Jadi saya mulai belajar.."

Dodo terdiam tidak melanjutkan kata-katanya begitu Ibunda Ratu mengangkat tangan kirinya yang terbuka dan menghadap ke arahnya.

"Kita tidak berada di forum terbuka dan tidak ada orang lain disini. Seharusnya lah kamu hanya menghormati Ibunda! Lagipula adikmu belum menikah jadi belum ada tanggung jawab itu! Dan bicara tentang umur.. memang sudah waktunya anak itu mencari pendamping. Harapannya kamu sudah menikah sebelum adikmu. Sayangnya, kamu merusak kesempatan itu! Dan sepertinya kamu tidak punya keinginan untuk memperbaikinya?"

Dodo menunduk mendengar penuturan ibunda ratu. Tapi ibunda ratu keliru kalau ia tidak berusaha memperbaiki masa lalunya dengan seorang wanita. Ia menekankan kata wanita bukan gadis. Dodo ingin bersuara tapi ibunda ratu mendahului,

"Tapi bukan masa lalumu yang ingin Bunda bahas saat ini. Karena Bunda berharap kamu tidak melepas tanggungjawab dan belajar dari pengalaman kamu sendiri!.."

Dodo hanya mengangguk lemah lalu mengangkat gelasnya.

"Bunda ingin bahas masalah Andi! Seharusnya kamu mulai tegas padanya apalagi jika menyangkut urusan gadis!"

Dodo hampir mengurungkan diri untuk menghirup tehnya meski gelas sudah di bibir karena grogi. Dodo takut tersedak. Syukurlah, Dodo belum sempat menyeruput tehnya.  Gerak-geriknya dapat dibaca ibunda ratu. Sebisa mungkin ia berlagak biasa saja. Tapi apa yang bisa ia tutup-tutupi dari ibunda ratu? Kalau ibunda ratu memintanya pulang dan bertanya sesuatu maka tidak ada alasan untuk berdalih apapun. Masalahnya, Andi tidak mengatakan sesuatu pesan atau apapun mengenai hal ini sampai ia pulang memenuhi permintaan ibunda ratu, kini.

"Kamu pasti tau Andi dekat dengan siapa saat ini! Gadis yang dekat dengan Andi" 

Wah! Apa Ibunda Ratu tahu kalau Andi memang di dekat seorang gadis sekarang?  Orang kepercayaannya yang bertugas mengawal Andi mengirimkan video live kebersamaan Andi dan Olivia.

Kurang ajaran, tuh bocah!

Ups! Syukurlah Dodo mengumpat dalam hati. Bisa diceramahi sampai pagi kalau didengar ibunda ratu.

Huh! Disini disandera sama ibunda ratu, dianya enak-enak berduaan. Sudah berani deket-deket. Olivia terlihat mengusap dahi Andi yang berpeluh dengan sapu tangan. Mereka saling menatap seolah menyelami hati satu sama lain. Mesra banget!

Notif WA masuk, dari Andi :

"Katakan apa yang Kakang Mas ketahui karena tidak ada yang bisa Kakangmas sembunyikan dari Ibunda ^_°"

Anak itu!

Benar-benar!

Bisa saja ia mengatakan semuanya pada ibunda ratu tapi bila berseberangan dengan keinginan adik lelakinya itu maka ia yang dibabat habis sama Andi. Sebaliknya ia akan jadi anak durhaka jika berbohong pada ibunda ratu. Andi benar-benar tahu kelemahannya dalam menyampaikan sesuatu. Ingin sekali ia  mendonorkan otak Andi untuknya sendiri agar secerdas Andi. Pemikiran konyol saat menghadapi ibunda ratu saat ini.

Mungkin, teori ilmiah tentang kecerdasan seseorang diturunkan dari ibunya itu benar. Di usia Andi yang kesembilanbelas sudah bergelar sarjana dan akhir tahun depan dipastikan Andi akan memulai gelar doktoralnya. Dan Andi mengambil spesialis ekonomi syariah. Sama sekali lain dari jurusan pendidikan yang dia tempuh sebelumnya. Pembangunan Mal Metropolis itu proyek rintisan pertamanya yang berkonsep syariah. 

Melihat ke dirinya, Dodo yang jauh dari mungkin bisa lulus tanpa bimbingan Andi. Ibu Dodo hanya wanita biasa yang diperistri ayahnya karena terkesan dengan kesederhanaannya dan tekun selama menjadi babu ayahnya. Dodo kehilangan sosok ibunya itu karena keracunan kehamilan dengan membawa calon adiknya serta saat ia masih balita. Ibunda Ratu yang selama ini menggantikan peran ibunya.

Kalau ibunda ratu memintanya untuk menjadi sandaran Andi dan adik bungsu mereka. Maka Dodo malah merasa menggantungkan hidupnya pada Andi.

Begitupun adik bungsu mereka yang memang lebih dekat dengan Andi. Gadis ingusan itu nekat kabur ke luar negeri menyusul Andi yang sekolah akselerasi setara SMU di NYC. Tetapi ditarik oleh pihak kerabatnya yang di LA. Mereka tidak mau gadis pemberontak itu mempermalukan keluarga yang berbaik hati mengasuhnya. Kabarnya, adik bungsu mereka itu sudah kelimpahan tugas menangani perusahaan keluarga kandungnya. Umurnya hanya selisih beberapa bulan dengan Andi. Dan Dodo belajar jadi kakak yang baik untuk adik-adiknya dari Andi.

Dodo bisa berlega hati, ibunda ratu malah menyampaikan apapun yang ia ketahui tentang Andi. Untuk hal tersebut Dodo tidak merasa heran. Ah! Andi dan Ibunda ratu memang yang paling tau tentang dirinya.

"Tapi kali ini lain ibunda ratu! " Dodo memperlihatkan video rekaman  kebersamaan Andi dan Olivia yang ia terima tadi melalui hapenya.

"Saya merasa… adi mas Andi menjadi orang yang tidak ikhlas sekarang…"

Dodo menghabiskan sisa tehnya dan tersenyum-senyum ketika dilihatnya ibunda ratu menatapnya tak berkedip seperti tak sabar mendengar penjelasan kata-katanya

"Ehm.. ehem!"

Dodo berlagak tersedak

"Iya, Ibunda! Adimas Andi nggak iklhas melepaskan Olivia dengan pria lain.. !" Dodo meringis.

Ibunda ratu menautkan alis.

"Yah.. kita lihat apakah Olivia bersedia dan sanggup untuk dipersiapkan…?"

Dodo sampai memajukan badannya untuk merapalkan kembali penuturan ibunda ratu

"Persiapan?.. Maksud Bunda persiapan apa?"

Ibunda ratu mengemasi piring bekas mereka. Dodo berdiri mendahului ibunda ratu membawakan tumpukan piring kotor. Lantas mengikuti ibunda ratu  ke wastafel cucian.

Ibunda ratu mencuci tangan lalu mengelap tangannya.

"Lha, memang menurutmu persiapan apa?  .. Tentu persiapan menjadi seorang ratu…" tutur ibunda ratu yang sanggup membuat Dodo bengong.  Sampai cipratan sabun cucian piring menutup hidungnya.

*******