webnovel

Part 42. Agitasi

"Yang perawan terus, Mang Ustadz!"

Semua yang berada di ruangan tertawa.

Suami-istri yang sama-sama guru ngaji dan  masih terhitung kerabat dekat menyempatkan bertandang ke kediaman keluarga baru Andi-Olivia.

Andi bermaksud berkelakar dan dia tidak berbohong ketika Ustadz Sholeh, paman Olivia menanyakan kriteria istri idamannya. Tidak menyadari perubahan wajah istrinya bukan cuma sebel dengan perkataannya. Tapi lebih dari itu.

"Maksud Nak Andi Teh istri yang bisa menjaga diri dan martabat suaminya!"

Olivia terlihat tersenyum kembali dalam sekejap begitu berbincang dengan Ustadzah Syifa, istri Ustadz Sholeh.

Ustadzah Syifa yang membimbingnya mengucapkan ikrar syahadat waktu itu. Beliau dengan gaya khasnya bertutur mengenai kehidupan berumah tangga penuh nasehat. Cara yang disukai Olivia sejak awal perjumpaan mereka dan membuat mereka dekat. Sebenarnya Olivia bukan orang yang anti ceramah tapi lebih suka mendengar cerita mengenai kehidupan sehari-hari beliau dan berusaha memberi hikmah dalam setiap kejadian yang dialaminya.

Olivia tidak merasa digurui dan dinasehati tapi malah merasa dipercaya mendengarkan curahan hati seseorang.

Olivia juga yakin ini bukan kebetulan tapi Allah Yang Maha Mengatur semua kejadian dimana Ustadzah Syifa menjadi pengisi kajian rutin di rumah keluarga besar Andi. Sedangkan Ustadzah Syifa sendiri adalah istri Ustadz Sholeh, guru spiritual Andi itu kan pakliknya Olivia. Adik papanya Olivia. Jalinan yang makin mempererat tali pernikahannya bersama Andi.

Hanya seuprit kata-kata Andi cukup membuat Olivia goyah. Bukan ikatan cinta diantara mereka berdua tapi justru ketegaran seorang Olivia.

"Kamu kenapa, Cah Ayu?"

Mereka berdua di dapur untuk menyiapkan jamuan. Suami dan paman Olivia berada di ruang tengah masih berbincang asyik. Saling bercanda dan terbahak. Suara mereka riuh hingga terdengar sampai dapur.

Berbanding terbalik dengan dua wanita dimana istri pamannya berusaha memancing pembicaraan namun Olivia hanya mengiyakan dan menjawab seperlunya saja. Kalaupun terbawa suasana cuma muncul senyum yang dipaksakan.

Ustadzah Syifa mulai mendapati perubahan pada seorang Olivia yang merupakan keponakan suaminya itu. Selalu berpembawaan ceria. Olivia diam bukan karena capek saja. Kadang ada hal yang dipikirkannya bila sampai melamun dan tatapannya kosong. Adakalanya suka menggigiti kukunya atau ngemut sesuatu. Ada yang iseng merekam Olivia saat sedang asyik menjilati sendok teh layaknya es krim.

Anaknya tidak bisa diem. Suka menyibukkan diri. Ada saja yang dikerjakannya. Seolah tidak memberi kesempatan menelaah yang terjadi.

Logat bicara Ustadzah Syifa yang orang dari Seberang Lautan mengikuti logat setempat membuat Olivia akrab. Sayangnya Olivia tidak tahu persis perubahan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sendiri.

"Kamu Capek..?"

"Iya..? Mungkin capek, Bulik!"

Dipikir lagi sebab apa sampai kelelahan karena Olivia tidak melakukan sesuatu pekerjaan yang berat akhir-akhir ini. Olivia memutuskan resign adalah keinginannya sendiri dengan pertimbangan suami yang memintanya fokus mengutamakan urusan rumah tangga mereka berdua.

Kalaupun mengurusi pekerjaan kantor hanya membantu tugas suami. Tentu seijin Andi yang semakin hari semakin sering membawa tugas kantornya ke rumah. Hingga lembur sampai larut malam. Olivia jadi ikutan lembur karena kebersamaan dengan suami jadi kebutuhan utama mereka.

Tak jarang kegiatan mereka berdua yang seharusnya cepat terselesaikan malah teralihkan oleh kegiatan pasutri.

Ustadzah Syifa memperhatikan bukan hanya karena lelah fisik pada Olivia. Mencoba menelisik apa yang sebenarnya terjadi pada anak asuhnya itu yang sekaligus keponakan suaminya.

Dari perbincangan dengan Olivia sendiri, Ustadzah Syifa belum bisa menyimpulkan sesuatu.

Hal yang mengganjal perlu dibicarakan dengan suami agar mereka meluangkan waktu untuk keluarga baru tersebut. Ustadzah Syifa meminta waktu pada Ustadz Sholeh untuk berbincang lagi dengan keluarga baru Andi beserta ibunda ratu dan mbok Surip. Sayangnya Andi belum bisa meluangkan waktunya. Quality time pertemuan mereka benar-benar dimanfaatkan Andi dengan baik. Terutama quality time bersama istri. Ustadzah Syifa dan suami memaklumi hal tersebut. Memberi waktu kedua pasangan muda-mudi itu.

Akhirnya Ustadzah Syifa sengaja meluangkan waktu untuk berbicara serius dengan mertua Olivia saja. Mbok Surip ikut bergabung belakangan.

"Saya lebih memilih berprasangka baik saja, Ust! Akan ada kabar gembira khususnya untuk Kami Sekeluarga…!"

Ibunda ratu menanggapi dengan binaran mata yang membuat Ustadzah Syifa tersadar.

"Astaghfirullah! Berarti Saya yang sudah berprasangka buruk ini.."

Lafalan lirih dari Ustadzah Syifa masih bisa didengar oleh ibunda ratu. Ia memang mengingatkan agar doa kebaikan selalu terucap untuk keluarganya meski hal buruk sedang terjadi.

Perasaan seorang ibu tidak bisa dibohongi juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Ustadzah Syifa. Hanya berharap hal baiklah yang berlaku.

Hitungan hari dalam pernikahan putra keduanya masih hangat-hangatnya. Baru sekian pekan. Belum sebulan. Mungkin masalah sepele tidak begitu berarti. Hanya sandungan kecil yang tidak menyebabkan langkah terjatuh.

Namun bila disepelekan masalah kecil bisa jadi besar jika tidak terselesaikan yang berpeluang mempengaruhi suatu hubungan.

Hal tersebut tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.

Olivia doyan -doyannya makan bukan berarti menandakan sedang galau tapi terkadang suasana hatinya sedang membaik.

Akhir-akhir ini Olivia suka menyibukkan diri dengan bersih-bersih dan membenahi dekor rumah. Suka sekali menanam apapun tapi jarang memasak dan makan.

Andi mengaku suka menyuapi Olivia begitu mengetahui istrinya tidak mau makan kalau bukan dari tangannya. Praktis Olivia baru makan setelah suaminya itu pulang.

Benarkah?

Mbok Surip dan Ibunda Ratu sama-sama menyelidiki untuk kesekian hari dan ternyata memang seperti itu yang terjadi.

Andi yang diberitahu memilih pulang untuk makan siang di rumah.

Olivia selalu berkelit bila ditawarkan makanan. Sering Mbok Surip mengantarkan makanan untuk keluarga baru itu dan hanya disimpan di bawah tudung saji hingga Andi yang membukanya dan mereka berdua makan bersama.

Kebiasaan aneh yang tidak disadari oleh Olivia sendiri.

*****

sebelum dituliskan cerita ini selalu menghantui pikiran>_<

Harapnya lebih dari sekedar ekspektasi

Yun_Wcreators' thoughts