webnovel

Part 24. Jurus Pamungkas

.

.

"Kamu nyari bojo atau garwa?"

"Sigaraning Nyawa! Tentu jodoh yang terbaik, Bunda tau itu! Pangestunipun.."

"Tanpa Kamu minta pun, Bunda akan selalu berdoa untukmu, Ngger! Cuman apa kamu diam saja? Menunggu seseorang datang langsung ke hadapanmu, begitu? Yang namanya lelaki kan harus berbuat lebih karena kodratnya sebagai pemimpin!"

Sudah berapa kali, bundanya memperingatinya?

Andi bukannya diam saja. Sepertinya ungkapan batinnya berusaha membela dirinya sendiri.

"Bunda? Banyak cara untuk menyayangi maupun mencintai. Ananda sedang berusaha mengikhlaskan sesuatu kenapa Bunda ngendika seperti itu?"

Apa ini? Sebegitu putus-asanya hingga pasrah apa yang akan Bunda lakukan untuknya? Dijodohkan seperti apa yang disinggung beliau dulu?

Satu tamparan di kepalanya mengagetkannya. Bundanya tidak pernah main tangan sebelumnya. Apalagi di kepala. Apa Andi sudah keterlaluan?

"Ikhlas gundulmu! Apa kamu sudah benar-benar berusaha? Seginikah usahamu?Jika Ramandamu masih hidup pasti kecewa melihatmu seperti ini!"

Bundanya juga tidak pernah ngendika kasar padanya. Andi tidak ingin membela diri sekarang. Sungguh!

"Kamu memang meluangkan waktu untuknya tapi bisakah memahaminya? Haruskah dengan temannya Olivia merasa nyaman berbagi perasaan? Olivia juga sering memberi kejutan lantas kapan Pangeran memberi kejutan untuknya? Justru kejutan itu dari pihak yang lain? Kalau Olivia menjauh dari keluarganya maka Bunda akan menuduh Dirimu sebagai penyebabnya!

Bunda tidak mengharuskanmu menikah hingga akhir tahun lalu!

Bukan berarti kamu hanya berdiam diri!

Rasa itu bukan hanya untuk dipendam tapi untuk diungkapkan dan dibuktikan!

Kamu laki-laki, Ngger!

Harusnya bisa berpikir lebih rasional bukan cuma mengandalkan perasaan seperti perempuan!"

Diam sejenak sambil mengamati lekat-lekat putra kandungnya itu

"Atau Kamu memang sudah tidak punya perasaan?"

Andi kontan mendongak. Sekejap kemudian tertunduk lesu. Tidak berani menatap mata wanita pertama yang ia cinta. Wanita yang membuatnya terlahir di dunia ini.

"Bukan begitu, Bunda! Tapi..."

"Tapi apa?"

Sebisa mungkin ibunda ratu meredam amarah demi lisan yang terjaga. Berharap doa yang terlontar. Mengingat doa ibu terhadap anaknya itu mustajab.

"Laki-laki yang memberikan kejelasan status! Bunda harap putra Bunda tidak melupakan hal tersebut.. jadi Kamulah yang bisa menyelesaikan kemelut ini!"

Dilihatnya putranya diam terpekur.

"Suatu hubungan tidak bisa kamu lalukan sendiri! Ada dua keluarga yang musti disatukan!

Belajarlah dari mereka yang mendapatkan kesepakatan dengan Olivia dari persahabatan yang mereka jalin!"

Dilihatnya putranya terhenyak

"Kamu masih punya penyelesaian pamungkas, Ngger!

Jangan sia-siakan!

Memang Bunda tidak mengungkit keharusan Kamu menikah di tahun lalu karena sadar jodoh di Tangan Tuhan semata!

Tapi jangan sampai tulang rusukmu hilang terlalu lama!"

Setelah itu, Bundanya berlalu masuk ke ruang pribadinya.

Andi menelan ludah seperti menelan bakso bulat dan besar. Tak semudah tersedak tanpa sengaja.

Andi tersenyum miris

Ckck... wanita memang penuh dualisme!

Andi terlupa kalo pernyataan wanita bisa terbalik maksud dengan kata-katanya. Wanita bilang 'Tidak' tapi bisa jadi maksudnya mengiyakan.

Seperti Olivia yang koar-koar di podcast-nya ingin menikah di usia 25 tapi di umur 22 ada yang melamar langsung diterima.

Padahal sebelumnya ada yang ingin memberi kejelasan status padanya namun ditolak dengan alasan masih muda lah dan masih ingin menyelesaikan kuliah.

Andi sengaja menunda keseriusannya bersama Olivia karena ingin menghormati kakaknya. Meskipun kakaknya tidak mempermasalahkan dan mempersilahkan dirinya untuk memenuhi tanggung jawab sebagai seorang laki-laki.

Justru, Andi mempersiapkan 'Pelangkah' untuk kakaknya meskipun tidak memintanya.

Apa kamu menangis bahagia atau malah sedih karena tak mampu menghindar, Sayang?

Mana bisa menerka hati sementara pemiliknya berusaha menolak. Andi mengamati foto dan video acara surprise untuk Olivia. Kiriman dari uwaknya Olivia. Mang Asep setia meng-update kabar Olivia padanya.

Lelaki itu bukan dirinya yang menjadi fokus dalam acara itu.

Di genggamannya hapenya masih tersambung dengan papanya Olivia. Pasti beliau juga mireng bundanya dhuka. Mang Asep memintanya menghubungi papanya Olivia saat itu juga kalau tidak ingin kehilangan momen agar bisa memperbaiki hubungannya dengan Olivia.

Dengan tidak enak hati serius bertanya

"Papa maupun keluarga tidak terlihat?"

Andi bertanya tentang postingan Ig berupa acara tunangan Olivia yang hanya diadakan bersama teman-temannya tanpa ada satupun pihak keluarga dari keduanya.

Cukup lama tidak ada jawaban di sebrang telpon. Andi tau sambungan masih berlangsung tapi tidak berusaha memburu jawaban demi mendengar helaan nafas berat disana. Andi sudah siap menerima kemurkaan papanya Olivia agar nafas itu menjadi lega. Hingga akhirnya

"Kejutan itu untuk Olivia! Bukan untuk Papa bukan juga untuk keluarga!"

"Maaf, Pa..."

"Begitulah anak muda sekarang! Sudah bisa berdikari untuk apa Kami.. para orang tua? Paling cuma membebani kalian!"

"Pa! Mengapa ngendika seperti itu tentang anak dan menantu Papa!"

"Menantu? Menantu yang mana maksudmu?"

Didengarnya, Pak Rudy mendesah sambil meminta maaf berkali-kali.

"Apa Anda masih mengakui status tersebut dalam keluarga Kami, Gusti Pangeran?"

Lagi! Andi tidak nyaman dengan sebutan yang ingin ia tinggalkan itu. Mengingatnya, Andi tetiba bimbang kembali. Apa ia harus melanjutkan rencananya sendiri atau mengikuti saran para orang tua?

Sebenarnya Andi tidak ingin menggunakan penyelesaian yang dimaksud ibundanya. Andi ingin Olivia juga berusaha dalam menjalin kembali hubungan yang pernah mereka bicarakan bersama, dulu.

Tapi sepertinya Olivia menempuh jalan yang lain. Melupakan harapan mereka berdua. Meninggalkan dirinya dengan memilih tawaran yang lain. Dalam hubungan mereka, Olivia bertindak superior dengan memutuskan hubungan itu. Mengurai yang ini lalu menjalin yang itu.

Andi dan Olivia punya hubungan?

Iya! Sebagai partner kerja.

Itu kesepakatan berdua bila berhadapan dengan orang lain.

Selebihnya, Andi maupun Olivia tidak mungkin menyembunyikan hubungan yang sebenarnya pada orang tua sendiri. Kan, Olivia masih menjadi pacarnya Malik? Hanya sepihak dari Malik.

Dan hubungan spesial antara Olivia dan Andi merupakan kesepakatan bersama.

Dan Andi tidak berusaha menutupi telinganya sendiri dari suara-suara sumbang mengenai perilaku Olivia.

Kenapa Andi begitu peduli dengan pendapat mereka tentang Olivia?

Sebab mereka lebih dulu mengenal Olivia dan begitu dekat dengan kehidupannya.

"Semarah apapun Papa, Andi berharap Papa masih mau membantu Andi!"

"Memang kapan Papa menolak keinginanmu, Ngger? Papa yakin dengan keputusanmu telah melalui berbagai pertimbangan yang matang dan sanggup menempuhi resikonya! Besar harapan Papa Dirimu masih semangat untuk memperjuangkannya! Papa selalu dukung Kamu, Ngger! Yakinlah tidak ada yang sia-sia dari semua pengorbanan Kamu selama ini!"

Andi lega mendengarnya dan mengucap beribu-ribu terima kasih.

Andi tidak akan menyesal telah melibatkan orang tua dalam setiap keputusannya selama ini. Toh orang tua mereka bukan otoriter. Meskipun memberikan masukan tapi tetap menyerahkan segala keputusan pada sang anak. Dukungan mereka disertai doa kebaikan yang senantiasa menuntun langkahnya menuju masa depan penuh harapan.

Semoga langkahnya kali ini pun direstui oleh Sang Khaliq.

Andi terkejut menoleh ke arah suara benda terjatuh. Andi termasuk pria yang rapi. Setiap hal ia perhatikan agar praktis dan mudah digapai begitu memerlukannya dengan mengupayakan space yang tidak memenuhi ruangan.

Andi menuju asal suara dan termenung disana.

Apakah ini petunjuk dari Yang Maha Esa?

Hadiah dari Olivia. Peralatan mendaki. Hal yang akan dilakukannya bersama Olivia nanti. Tinggal menyediakan perlengkapan yang sama untuk Olivia.

Andi menyadari Olivia masih pemula. Dan Andi berharap rencananya akan berjalan lancar.

€¥¥€€€