webnovel

Part 22. Defensif

.

.

Bukan!

Bukan abbusive relationship kalau tidak ada kekerasan fisik. Tapi Andi tak menyangkal mendapati kata-kata yang bersifat doktrin maupun intimidasi selama kebersamaannya. Yang mengarah ke abbusive verbal. 

Sungguh!

Pembicaraan dengan Malik mengusik perhatian Andi. Fakta yang ia hadapi seolah membenarkan yang Malik ungkapkan.

Untuk sementara, Andi masih bisa leluasa melepaskan sejenak masalah kehidupan pribadinya. Pekerjaan di kantor cukup menyita perhatiannya. Lantas sampai kapan Andi menjalani kesehariannya dengan mulus bila di masa depan harus ia jalin dari sekarang?

Andi tidak akan menyesal bila nantinya harus melepaskan semua hasil dari perjuangannya merintis karir hingga saat ini. Semua sesuai dengan konsekuensi dari keputusan yang akan ia ambil. Hanya keyakinan itu sekarang jadi mengabur. Apa yang semula dekat seperti menjauh dari jangkauan genggamannya. Malik mematahkan anggapannya yang mentah.

"Bro! Ayolah! Dirimu bukan bocah ingusan yang tak tau apa-apa!"

Malik mencoba membangunkan singa yang sedang tidur rupanya. Sifat lugu dari Andi yang dikenal orang awam perlahan akan terkikis.

Malik menemuinya waktu itu khusus di hari yang bertepatan dengan milad-nya Olivia. Termasuk ghibah atau tidak tapi inti pembicaraan melulu tentang gadis yang belum mau terikat komitmen tersebut.

Malik sengaja membahas pesta kejutan yang dibikin Rafa dan teman-teman dekatnya untuk Olivia. Padahal Andi tidak ingin tau soal itu tapi Malik malah memutar ig story mereka pada monitor lebar.  Versi Malik. Andi ingin menyangkal tapi mengingat Malik yang mengambil program magister ilmu psikologi demi keberlangsungan perusahaan. Alasannya, Malik ingin meminimalisir resiko berhadapan dengan staf kantor yang memiliki masalah kepribadian. Andi jadi terpekur diam mendengarkan Malik menceritakan slide gambar dan video di igs juga konten YouTube Olivia, teman-temannya maupun Rafa.

Apa yang dilihat orang dari media beda jauh dari kenyataan sesungguhnya. Meski ada yang tampil apa adanya tapi tidak sedikit yang memolesnya dengan kamuflase. Dan itulah yang coba Andi pahami.

Hasil resume yang dibikin Andi untuk Olivia mengarah pada gejala Narsistik prososial. Sama seperti apa yang Malik jelaskan padanya. Bahkan menurut Malik sudah mengarah pada gaslighting.

Malik mengaku menyadarkan Olivia dengan melawan gejala itu. Kalau ternyata penolakan Malik pada keinginan sepihak Olivia dengan mengatakan bahwa Malik lebih menyayangi kucingnya malah memperparah gejalanya. Malik menyebut bahwa posisi Olivia adalah adik yang ia sayangi. Nyatanya hubungan mereka masih baik sampai kini.

Justru Malik memperkirakan kelanjutan Olivia melampiaskannya pada Andi. Karena fokus Olivia pada cerita cintanya dan Andi jelas menyambut cinta itu. Padahal sebelumnya hubungan mereka aman-aman saja dengan persahabatan tanpa melibatkan perasaan.

Andi sempat terlupa kalau Olivia seorang publik figur. Profesi public relation dan public speaking mengharuskan Olivia tampil di muka umum. Olivia jadi selebgram dengan followers jutaan. Banyak laman endorse di postingannya. Yang secara dinamis berganti. Tak ayal kehidupan pribadinya juga jadi sorotan. 

Olivia tidak pelit membagi informasi mengenai kehidupan pribadinya meski tidak mengumbarnya secara terang-terangan.

Dan mantan yang sekarang malah dekat lagi dengan Olivia juga menempatkan dirinya pada status yang sama. Malik mengingatkannya bahwa prospek ideal jaman sekarang adalah seberapa tenar. Makin terkenal maka sukses berkarir pun akan mengikutinya. Sang mantan yang jadi pacarnya sekarang tau benar itu dan tentunya tidak ingin melepaskan kesempatan yang terbuka. *Pansos, istilah gaulnya.

Serapat-rapatnya pihak manajemen Olivia menutupinya dengan kehadiran partner baru tapi tetap fans fanatik Olivia mengendus kembalinya sang mantan. Apalagi mantan yang terang-terangan memberi sinyal kedekatannya itu.

Kecurigaan Mang Asep ternyata beralasan meski Andi mencoba menyangkal. Dengan memperlihatkan foto Olivia yang sendiri tapi di tempat yang sama dengan foto si mantan.

Sewaktu Andi masih dekat dengan Olivia ia bisa terbang ke awang-awang kalo ia dianggap mood booster bagi gadis itu.

Hal yang ternyata selalu diungkit Olivia ketika diwawancarai atas keberhasilannya mencapai posisi karirnya saat itu. Bahwa perubahan mood-nya bukan disebabkan karena adanya masalah yang ia hadapi tapi karena ia sudah lelah.

Mungkin lelah telah berpura-pura bahwa ia tidak punya masalah.

Sepintas, orang akan memaklumi apa yang dinyatakan Olivia.

"Bro! Lupa, ya kalo Olivia itu 'Tukang Ngeles'?"

Andi tau Olivia tidak suka berbohong tapi bukan berarti suka mengatakan hal yang sejujurnya. Karakter wanita yang sesungguhnya… ambigu!

Mungkin itu sebabnya Allah Menentukan hukum suatu hubungan pada lisan laki-laki bukan pada lisan wanita.

Hukum persaksian pun mengharuskan empat wanita padahal lelaki hanya butuh satu agar sah.

Apa mengirim Olivia ke dalam Sangkeran itu salah?

Apa skenario perpisahan yang Andi lakonkan itu salah?

Mengapa semua makin terang sekarang?

Tapi keyakinan Andi malah mengabur.

Apa pilihan Andi pada Olivia itu salah?

"Sepertinya aku harus mengingatkan kalau Pejuang Sejati itu tidak terpaku pada hasil tapi bagaimana menjalani prosesnya!"

Malik seolah  menguatkannya dengan meremas bahunya sebelum berpamitan dengannya. Tidak ada rival diantara mereka berdua. Hubungan kerja sama ternyata lebih menguntungkan. Kecuali rival dalam meraih kebaikan.

Kebaikan sejati berupa ridho Allah itulah yang dicari.

Iya?!

Walaupun kebaikan menurut Allah itu terkadang malah suatu hal yang tidak kita sukai.

Disitulah kecenderungan terhadap sesuatu kebaikan teruji.

Allah Beri pilihan pada manusia untuk taat atau mengingkari.

Permohonan pada Allah selalu terhadap pilihan yang sangat menentukan itu

Semoga cenderung pada kebaikan…

Ridho Allah tentunya..

Malik masih memendam doa yang diharapkan jadi tabungan kebaikan yang nantinya berbalik kepadanya juga…

Dimulai dari ketidaksengaja'an mendengar pembicaraan antara Pak Sukur, Mang Asep, dan papanya Olivia. Mereka sedang membicarakan Andi yang rela melepaskan Olivia demi kebahagiaan gadis itu;

"Saestu?!"

"Kasihan Mamang malahan sama Neng Olive!"

"Ngati-ati angge'rku cah ayu, wong Den Bagus iku gedhe prihatinn'e.. gelem nglakoni... laku abot mungguh ing pangajab… numusi!"

Aamiin Ya Rabb..

Doa hamba yang dekat dengan Allah itu mustajab. Semoga Andi diberi keistimewaan itu.. laku prihatin demi terwujudnya sesuatu.

Semoga Allah Memberi pengajaran bagi Olivia..

Bahwa mudah bagi Allah Membolak-balik hati semudah merubah arah angin. Mudah bagi Allah Membalik hati Olivia menjadi cinta pada Andi ketika bersama dengan Rafa.

Biar tahu rasa Olivia..

Bahwa perasaan bukan mainan yang mudah ia buang bila sudah tidak menyukainya. Olivia harus belajar menjaga rasa!

Malik bukan dendam pada Olivia yang tidak menerima cintanya dulu. Sudah cukup Olivia berulah dengan hubungannya bersama lelaki. Drama petualangan cintanya harus berakhir menjadi kesadaran bahwa ia sedang terluka dan  berusaha sembuh dari luka tersebut.

Berharap intuisi Malik kali ini benar

bahwa Andi adalah jalan dari Allah untuk kesembuhan Olivia...

Berharap Olivia dan Andi di-taqdir-kan Allah berjodoh..

Semoga tidak ada penyesalan bagi Olivia di kemudian hari telah mengabaikan seorang Andi hanya karena lebih memilih seseorang yang bisa jadi tidak menginginkan Olivia menggapai kebaikan dan kebahagiaan sejati..

Semoga Olivia terbuka mata hatinya hingga bisa membedakan cinta yang tulus dan mana yang sekedar obsesi..

Jelas beda antara cinta yang mengayomi dengan sekadar ingin memiliki. Meski sama-sama posesif dimana Andi memberikan batasan yang jelas sebagai upaya menjaga kehormatan diri. Sedangkan pihak lain itu malah terkesan menghindar dari yang lain. Kecanggungan itu terlihat dari cara Olivia bekerja sama dengan lawan jenis. Kalau tidak mendominasi hubungan maka Olivia akan menjaga jarak. Bukan lagi sikap hormat dan segan yang Olivia tunjukkan. Olivia hanya bersikap baik karena itu yang menguntungkan baginya. Bukankah keharusan bersikap baik untuk kepentingan dia sendiri?

Olivia harus menyadari hal itu!

Andi sendiri sedang berusaha terlepas dari kungkungan kekerabatan yang membelitnya. Berusaha menjadi dirinya sendiri tanpa dijajah oleh pihak lain. Menjadi orang yang merdeka. Meskipun ia dikenal sebagai keturunan penjajah namun Andi sendiri ingin terbebas dari stigma masyarakat tersebut. Justru Andi akan menjadi pionir kebebasan itu. Pengabdian leluhurnya menjadi bukti keseriusan itu. Dan Andi berusaha meneruskan perjuangan leluhurnya.

Sebenarnya, apa yang disampaikan Andi pada Olivia bukan sekadar menguji gadis itu. Andi bersungguh-sungguh dengan ucapannya ingin melepaskan haknya sebagai pewaris tunggal kerajaan bisnis Memetri. Andi memerlukan pendukung setia di sisinya. Yakni keluarga kecilnya yang akan ia bangun. Dan Andi memilih Olivia sebagai pendampingnya.

Bertolak belakang dengan apa yang dipikirkan Andi. Ternyata Olivia mulai dilanda keraguan bila bersama Andi. Apa Andi lupa kalau Olivia adalah tulang punggung keluarga selama ini?

Olivia masih punya papa tapi sudah sepuh dan sering sakit-sakitan. Penyakit papanya bukan penyakit ringan. Papanya perlu perawatan dan pengobatan dengan biaya yang tidak sedikit. Ketika Andi menyampaikan hal tentang kondisi yang diinginkannya sontak membuat Olivia stuck.

Di pihak lain ada masa lalu yang membuatnya menjadi sosok ideal yang diinginkannya. Dan Olivia memilih kejayaan itu diraihnya kembali bersama mantan.

Olivia tidak merasa kapok dengan perlakuan istimewa yang membuatnya takabur hingga menulikan pendengaran dan membutakan pandangan terhadap kenyataan yang bisa saja setiap saat menghempaskannya secara tiba-tiba.

Olivia mulai membangun benteng keangkuhannya kembali. Dengan sikap tidak mau peduli omongan orang akan terus melenggang.

Hanya secercah harapan yang tersisa dari hati nurani terdalam. Doa dari orang-orang yang menyayangi Olivia untuk selalu dalam kebaikan yang sejati..

Itulah yang diperlukan Andi sebenarnya. Sahabat yang mengingatkan ketika khilaf. Dan sahabat sejati itulah yang langgeng. Andi pun berharap dalam pernikahannya mendapatkan teman hidup yang bisa diajaknya bersama hingga ke syurga. Sebenar-benar syurga-Nya Allah Ta'ala..

Kalau memang untuk mendapatkannya, Andi harus memperjuangkannya lebih maka akan ia lakukan.

Perasaan yang makin menguat itu mendorong Andi sampai disini. Andi jadi sering melakukan pendakian seorang diri.

Andi tidak mau terlarut dalam euforia menjadi bintang lapangan sepertinya., mantan Olivia.

Andi mencoba mengembalikan bintang sebagaimana fungsinya diciptakan Sang Khaliq yakni sebagai petunjuk bagi manusia yang mau berpikir. Dengan kembali ke alam terbuka maka Andi bisa melihat bintang yang lebih terang. Tak terhalang polusi. Sebagaimana memandang masalah dengan lebih jernih.

Lelaki membutuhkan ruang untuk penyaluran beban masalahnya. Andi memilih mendaki. Dimana alam tempat ia berpijak menyadarkannya bahwa ia bagian dari alam itu sendiri. Meluluhkan ego yang kadang membuat manusia terlupa. Berharap segala keputusan yang diambil penuh pertimbangan dan tanggung jawab…

Andi berhenti sejenak. Menghela nafas;

"Aku akan memanggil kalian kalau aku membutuhkan! Kalian tidak perlu mengikutiku! Dan Aku berterimakasih untuk itu…!"

Bagaimana pun Andi seorang pewaris tunggal kerajaan bisnis. Meski sedang terlibat perang dingin dengan pengawal pribadinya tetap mengirim utusan untuk mengawal sang pangeran dimanapun berada. Memang begitulah tugas mereka. Enam orang pengawal selalu ditugaskan untuk mengikuti langkah sang pangeran. Mereka berbagi tugas dan berpencar. Terlebih jika sang pangeran tidak menginginkan adanya pengawalan. Lebih baik mereka menyamar dan menempatkan diri jauh dari jangkauan sang pangeran. Kadang yang paling dekat harus menahan diri. Contohnya seperti sekarang dimana keempat orang di depan sudah memasuki perkampungan penduduk dan duduk di warung menikmati sajian. Sedang yang dua di belakang malah kepergok karena mendapati pangeran hampir tergelincir ke sisi lereng yang curam.

Hampir!

Tugas mereka memastikan sang pangeran selamat. Ternyata, pangeran itu bisa mengatasi keadaan darurat secara mandiri.

Kedua orang pilihan di belakang pangeran itu saling berbisik;

"Memang kita tidak boleh mengusiknya, kan? Kita cuman memberitahukan keberadaan kita.."

"Dan beliau ternyata tidak berkenan tapi ini tugas kita!"

Para pengawal utusan itu bergeming. Menjaga jarak dari sang pangeran dan selalu waspada.

******