webnovel

Free World Online

2050, sebuah game berbasis Virtual Reality Massive Multiplayer Online sudah di buat oleh perusahaan game terkemuka di dunia, Free World Company. Saat pembukaan game yang dinantikan itu, kengerian telah terjadi. Menu Log Out yang harusnya tersanding di Sistem Menu, telah menghilang, dan kematian di dunia itu sama dengan kematian di dunia nyata. Jika kau ingin keluar dari game itu, maka satu-satunya jalan adalah dengan membuka seluruh Map Area yang berjumlah sepuluh Area dengan masing-masing Area di kuasai oleh Boss kuat yang bisa mengancam nyawa para Player.

Hadi_Prayoga · Game
Peringkat tidak cukup
20 Chs

19: Pertarungan Terakhir - 1

Setelah bertarung dengan Yuki, Zack menyembunyikan kembali pedang hitam Sharp and healing di jubahnya.

"Bagaimana?" Yuki tersenyum hangat pada Zack, "Aku kuat kan?"

Zack mengangguk, "Iya."

"Tidak apa-apa, Zack."

"Apanya?"

"Aku tidak akan mati?" Ada senyuman sedih yang terbentuk di bibir manis Yuki.

Seharusnya dari awal aku tidak pernah mengatakan itu, karena dari awal juga aku memang bukanlah seorang pelindung, aku hanyalah seorang pembunuh yang memakai topeng seorang pahlawan. Kesalahan Prof. Jack adalah karena dia memberikan beban seberat itu pada orang lemah sepertiku. Jika saja dia memberikannya pada Ray, mungkin dia tidak akan menjadi sepertiku.

Melihat senyuman Yuki, aku memang tidak bisa menahan diri ku sendiri. Aku tidak bisa menahan diri ini untuk tidak mau melihat tubuhnya yang terlihat rapuh itu terkapar. Aku tidak mau kejadian di Area Lima terjadi lagi, maka dari itu aku tidak mau Yuki ikut dalam penyerbuan kali ini.

Aku tahu kalau aku egois, tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak mau Yuki mati, bahkan sebenarnya aku juga tidak mau semua orang mati. Bahkan jika bisa, aku hanya ingin menghadapi Boss Area sepuluh itu sendirian, bahkan jika aku harus mati ratusan atau bahkan ribuan kali lagi, aku rela asalkan tidak ada seorang pun lagi yang mati.

Tapi karena aku sadar tentang satu hal, mereka tidak akan percaya padaku, mereka tidak akan pergi jika aku menyuruh mereka, karena aku hanyalah seorang Pengelana Hitam yang selalu sendirian. Bahkan saat orang-orang berpasangan, aku selalu sendirian di dunia ini, di game penjara ini.

Lalu, tiga hari berlalu sejak hari itu.

Dua jam sebelumnya, Rio sudah mengumumkan untuk memulai penyerbuan saat seluruh player tim penyerbu datang. Kali ini, tim penyerbu tidak mengijinkan player berlevel di bawah seratus tiga puluh untuk ikut dalam penyerbuan.

Memang terdengar tidak adil, tapi jika ini adalah urusan nyawa, maka adil tidak bisa di terapkan, karena nyawa bukanlah soal adil atau tidak adil, tapi tentang hidup dan mati.

Ada lebih dari seribu orang yang berkumpul di Area satu di air mancur kebangkitan.

Rio berjalan ke depan, lalu berdiri di depan air mancur kebangkitan.

"Hari ini, kita akan memulai penyerbuan ke Area sepuluh, yang mana di Area ini lah hidup kita semua di pertaruhkan untuk hal yang tidak pasti, yaitu kebebasan. Aku tahu kalau kita semua takut, karena saat kita masuk ke dalam tim penyerang, maka kematian hanyalah di pisahkan oleh senjata kita, yang mana jika kita menjatuhkan pedang kita, maka kematian akan langsung menghampiri! Tidak ada yang tahu seperti apa Boss Area sepuluh, karena tidak ada quest apapun di sana, karena seluruh Area sepuluh adalah seperti yang kita semua tahu, adalah Boss Field itu sendiri. Saat kita menginjakan kaki kita di Area sepuluh, satu kata dariku, WASPADA!!!"

"YAAAAAAAAAAA!!!" Semua orang berteriak semangat.

Teriakan orang-orang di tim penyerbu terdengar begitu luar biasa, karena kemungkinan ini akan jadi pertarungan terakhir mereka.

Orang-orang lain yang melihat tim penyerbu, hanya bisa berdo'a dan berharap. Ada yang menangis, ada yang tersenyum, ada yang marah, ada yang bahagia, semua perasaan itu menjadi satu di hati orang-orang yang tidak bisa ikut dalam penyerbuan terakhir di game Free World Online.

"Sebelum penyerbuan di mulai," Rio berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada yang tenang, "Silakan lakukan salam perpisahan apapun pada teman, keluarga, atau bahkan pacar kalian."

Setelah Rio mengatakan itu, anggota tim penyerbu mulai melakukan itu. Salam perpisahan yang menyedihkan dan menyayat hati.

Seorang player pria berlari mendekati player perempuan. Mereka berpelukan dan menangis. Rasanya seperti si perempuan tidak mau melepaskan pelukan itu setidaknya sampai game ini berakhir.

Di lain sisi ada empat orang sahabat yang seluruhnya adalah laki-laki. Dua yang lainnya tidak masuk dalam tim penyerang, karena level mereka kurang. Mereka tidak berpelukan, tapi mereka saling mengepalkan tangan dan tersenyum.

Lalu, ada seorang pria yang berjalan mendekati anak dan isterinya. Dia tersenyum, lalu memeluk anak dan isterinya dalam tangisan.

"Zack."

"Rick, kau datang?"

Rick tersenyum, "Tapi aku tidak ikut penyerbuannya."

"Begitu ya."

"Kau terlihat berbeda ya, Zack."

"Depresi?"

Rick menggeleng, "Tidak, tapi kau terlihat sangat kuat."

"Begitu ya?"

"Iya."

"Zack," Nay memegang kedua tangan Zack. "Kembali lah pada kami!"

"Aku... Aku tidak bisa menjanjikan-"

"Walaupun itu bohong, katakan saja!"

Rick tersenyum mendengar apa yang di katakan Nay. "Iya, katakan saja, Zack."

Zack mengangguk, "Baiklah, aku akan kembali, pasti."

"Bagus." Nay dan Rick tersenyum.

"Lalu," Rick menyentuh bahu kanan Zack. "Karena kau hidup, di dunia nyata nanti, datanglah ke pernikahan kami."

Zack mengangguk, "Iya."

Setelah itu, mereka berdua berjalan menjauh.

Saat Zack sedang berdiri, notif pesannya berbunyi, Maya mengirimi nya pesan.

Maya: Zack, semangat!

Zack: Iya, terima kasih.

Zack memegang tudungnya, lalu menutupi kepalanya seperti awal lagi.

Tidak ada yang tahu apa yang nanti akan terjadi, karena saat semuanya di mulai, hanya mereka yang hidup saja yang akan mengingat seperti apa kengerian dari Boss Area sepuluh.

Tiga puluh menit sudah berlalu sejak terakhir kali Rio mengatakan kalimatnya, lalu dia kembali berdiri di Air kebangkitan.

"Kita berangkat sekarang!"

Hampir serentak, seribu orang yang rela mengorbankan nyawa mereka mulai menekan menu di masing-masing sistem, lalu menekan menu Area Sepuluh, dan cahaya putih mulai menyelimuti seluruh anggota tim penyerang, bahkan karena hampir serentaknya cahaya yang menyelimuti, itu terlihat seperti bola cahaya yang sangat besar.

Para player yang tidak bisa ikut menyerbu, semuanya terdiam merenung dalam harapan yang mungkin akan menghancurkan mereka saat ternyata tim penyerang kalah telak. Tapi harapan-harapan itu juga lah yang memperkuat semuanya.

"Apa itu?" Seorang bocah laki-laki menunjuk sesuatu di atas air kebangkitan.

"Kotak?"

"Cahaya?"

"Bukan!" Seorang pemuda terlihat sangat bersemangat. "Itu layar!"

"Ha?"

Tepat seperti apa yang di katakan si pemuda yang bersemangat itu, saat layar raksasa di atas Air kebangkitan itu sepenuhnya terbentuk, mulailah terlihat Area sepuluh yang mulai di injak oleh tim penyerang.

Zack merasakan angin sejuk menerpa dirinya, dan saat cahaya putih itu menghilang, dia dan seluruh anggota tim penyerang bisa melihat padang rumput yang sangat luar biasa, padang rumput sejauh mata memandang. Pemandangan indah berwarna hijau itu mungkin adalah pemandangan terakhir mereka.

"Hehe." Tawa genit seorang wanita terdengar di seluruh penjuru Area sepuluh. "Tidak kusangka ternyata kalian bisa mencapai Area sepuluh, para player yang pemberani."

Ah, suara ini...

Di antara seluruh anggota tim penyerang, hanya Zack yang tahu suara lembut ini. Kejadiannya ada di Area lima, di Area yang penuh dengan lava, di mana saat itulah Zack mendapatkan Pandora's Box.

Lalu, beberapa detik setelah suara tawa itu berhenti, hembusan angin sejuk kembali menerpa setiap anggota tim penyerang.

"Ah, angin nya sejuk."

"Nikmat banget."

"Haha, enak banget."

Kengerian tiba-tiba terjadi. Satu per satu, kepala dari setiap anggota tim penyerang mulai terlepas, dan darah menyembur hebat dari leher mereka.

"Apa yang terjadi?!"

Hanya pertanyaan itu yang terus muncul di kepala orang-orang yang melihat di layar lebar.

Saat setiap kepala itu terlepas, Zack menyadari sesuatu. Ada semacam kilatan berwarna putih sebelum kepala orang-orang mulai terputus, tapi Zack pun terlambat menyadari hal itu dan akhirnya kepala Zack pun terpotong dan jatuh ke tanah, darah menyembur dari leher Zack sebelum akhirnya dia sendiri jatuh bersamaan dengan setiap anggota tim penyerang.

"He?"

"A-Apa yang terjadi?"

Orang-orang di Area satu yang melihat itu mulai bertanya-tanya.

"Apa mereka kalah?"

"Apa kita kalah?"

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Apakah masih ada yang hidup?"

Setiap pertanyaan terus terdengar dari mulut setiap orang yang melihat di Area satu.

Tubuh setiap anggota dari tim penyerang mulai menjadi asap putih dan menghilang ke udara.

Rick, Nay, dan Maya, yang melihat itu hanya terdiam dalam kesedihan.

"Zack, Rena, Mary, Rio, Yuki. Liz." Rick menggumamkan itu dan jatuh berlutut.

Nay juga berlutut, lalu memeluk Rick.

"Kenapa mereka mati semudah itu?" Gumam Rick, yang air matanya mulai menetes. "Apakah kita sudah tidak memiliki harapan lagi? Bahkan orang sekuat Zack pun tidak bisa mengalahkan Boss Area sepuluh, apalagi kita semua."

"Rick, jangan mengatakan-"

"Nay, bahkan seribu orang kuat pun kalah."

"..." Nay tidak bisa mengatakan apapun dan memeluk Rick lebih erat lagi.

Maya tertunduk, tapi dia merasakan sesuatu dan mulai kembali menatap layar lebar yang ada di atas air kebangkitan.

Tubuh Zack yang tadinya sudah menjadi asap putih, mulai kembali lagi dan membentuk tubuh nya lagi.

Dari awal aku sudah tahu, kalau semua orang akan mati saat bertarung di Area sepuluh.

Zack berdiri dengan kedua kaki nya sendiri, dan menarik pedang hitam dari balik jubahnya, lalu membuka tudungnya.

"Apa kau masih mengingatku, wanita mesum?"

"Ahh! Tentu saja aku masih mengingatmu!"

"Tapi, kenapa sekarang kau memakai gaun putih bersih itu?"

"Habisnya, hatiku terasa sakit saat kau mengatakan wanita mesum padaku."

"Bahkan data seperti mu pun memiliki hati ya?"

"Iya." Wanita cantik yang mana adalah Boss Area sepuluh itu tersenyum sadis pada Zack. "Ada apa dengan mata mu? Ada apa dengan wajah mu? Kau terlihat lebih menarik dari terakhir kita bertemu."

"Ha? Menarik?"

"Iya." Suara Boss Area sepuluh itu berubah menjadi lebih lembut dan menggoda. "Tatapan mata mu yang dingin dan depresi itu membuatku terangsang."

"Begitu ya? Kau memang wanita yang mesum."

"Zack kan?"

"Iya."

"Namaku Layla!"

"Oh."

"Aku rasa," Layla menyentuh bibirnya dengan jari-jari tangan kanannya, lalu menyentuh bagian selangkangannya dengan jari-jari tangan kirinya. "Aku rasa aku menyukai mu, Zack!"

Zack mengangguk, "Terima kasih, aku merasa tersanjung."

"Iya, aku rasa aku juga akan keluar."

"Hentikan, wanita mesum!"

"Aaahhhhh!!! Tatapan mata mu membuatku panas!"

"Zack, apa sih yang dia katakan?"

Su-Suara lembut ini...

Zack menoleh ke arah kanannya, ada Yuki berdiri dengan bantuan pedang es nya.

"Kau, masih hidup?" Tanya Zack.

Walau hati Yuki di penuhi oleh rasa takut yang tidak tertahankan, dia masih berusaha untuk tersenyum. Walau seluruh tubuhnya gemetar ketakutan, Yuki berkata, "Sudah ku bilang, aku ini kuat."

"Rio. Dia melindungi mu ya?"

Yuki mengalihkan pandangannya dan terdiam.

Layla menggertakan giginya, dan menatap Yuki dengan mata penuh kebencian. "Kenapa kau tidak mati, perempuan sialan?!"

"Eh?"

"Bunuh dia!"

Tiga bayangan hitam berbentuk Manusia keluar dari dalam tubuh Layla dan melesat ke arah Yuki dengan kecepatan yang tinggi.

Zack langsung mengaktifkan skill percepatannya, lalu dengan cepat dia sudah berada di depan Yuki dan menahan serangan dari dua bayangan hitam itu.

Bayangan hitam yang satu lagi berdiri di depan Zack. Jarak wajah mereka hanya beberapa centi saja. Tidak ada wajah yang berarti di bayangan itu.

"Kau menakutkan." Kata Zack.

Zack menggunakan kepalanya sendiri dan menghantam kepala bayangan hitam di depannya. Si bayangan hitam itu mundur beberapa langkah. Setelah itu, Zack mengaktifkan skill pelepasan udara dari tubuhnya dan membuat dua bayangan yang menyerang nya terpental, lalu dengan cepat, Zack langsung menebas bayangan hitam yang tadi Zack serang dan memotong nya jadi dua bagian di mulai dari kepala hingga ke selangkangannya. Zack melirik ke arah kanannya, di mana bayangan hitam itu melepaskan peluru hitam ke kepala Zack. Zack yang masih menggunakan skill percepatan dengan mudah nya menghindari peluru itu dan langsung memenggal kepala bayangan itu. Bayangan hitam yang terakhir mengeluarkan cakar sepanjang satu meter di tangan kanannya, lalu melesat ke arah Zack dan mengarah punggungnya. Zack yang mengetahui itu langsung melakukan salto ke belakang dan menebas kepala si bayangan itu.

Zack melirik pada Yuki, "Kau sudah bisa berdiri dengan benar? Kuasai rasa takut mu."

"I-Iya."

Zack kembali menatap Layla. "Bayangan tadi, seharusnya mereka adalah Boss Area tujuh, delapan, dan sembilan kan?"

Layla mengangguk, "Iya."

"Kenap mereka menjadi hitam?"

"Habisnya," Layla mengeluarkan suara yang imut, "Mereka menantang ku sih." Lalu tiba-tiba suara nya berganti menjadi lebih mengerikan, "Jadi kubunuh saja data mereka!"

"Kau tahu juga tentang data ya?"

"Tentu saja. Itulah kenapa aku mengotak-atik data ku sendiri dan menjadi wanita secantik ini."

"Kau memang cantik,"

"Wah, makasih, Zack."

"Tapi kau hanyalah data yang merepotkan semua orang."

"Jahat. Zack jahat."

"Jangan panggil nama ku."

"Kalau begitu, boleh aku memanggil mu sayang?"

"Terserah."

Maya yang dari tadi melihat itu, mulai tersenyum. "Mungkin, Zack bisa mengalahkan nya."

"Zack?" Rick kembali menatap layar.

"Ya Tuhan, Rick." Nay memegang tangan Rick dengan kencang. "Itu Zack dan Yuki."

Tapi, walaupun semua orang tahu kalau ada dua orang yang hidup, wajah mereka masih saja stress seperti pertama kali mereka terjebak di game ini, karena mereka semua berpikir, "Lalu, kenapa jika ada dua orang yang hidup? Mereka hanya akan mati lagi."

Rick kembali tersenyum dan berdiri. "Aku harap mereka berhasil."

"Iya." Balas Nay.

Kembali pada Area sepuluh.

"Sayang," Layla berjalan mendekati Zack. "Mau kah kau bersama ku?" Layla mengulurkan tangan kanannya. "Di sini, kau bisa menjadi Dewa dan aku sebagai Dewi nya. Biarkan saja semua terjebak di sini, biarkan mereka menjadi tumbal untuk kita, biarkan saja mereka semua, Zack."

Untuk pertama kali nya, Zack tersenyum tipis, "Tidak buruk." Tapi tetap saja, itu bukanlah senyuman yang hangat, karena itu adalah senyuman seseorang yang depresi dan sudah lupa seperti apa senyuman hangat dan hanya tahu tentang senyuman yang mengerikan.

"Aaahhh! Bahkan senyuman itu sangat menggoda."

"Yuki," Zack berkata dengan pelan, sehingga hanya Yuki yang bisa mendengarnya. "Aku akan melawannya, kau bantulah dengan sihir mu."

"Baiklah."

Zack menarik napasnya, menghembuskannya, lalu menarik lagi napasnya, dan langsung menendang tanah dan melesat ke arah Layla dengan kecepatan yang luar biasa.

Zack menebaskan pedangnya secara vertikal. Layla menahannya dengan tangan kirinya. Zack kembali menebas dari perut kanan Layla sampai ke dada kirinya. Darah segar berwarna merah menyembur dari luka itu. Zack tidak menghentikan serangannya dan terus menyerang Layla dengan serangan membabi-buta. Gaun putih bersih Layla rusak dan di penuhi oleh darah merah segar, kulit putih bersih Layla mulai sobek dan menyemburkan darah, tubuh indah Layla mulai rusak, dan wajah cantik jelita Layla mulai hancur. Terakhir, Zack menarik pedangnya, lalu menusuk perut Layla.

"Ahh!"

"Haa... Haa... Haa... Sepertinya kau baik-baik saja ya, wanita mesum?"

Wajah rusak Layla perlahan mulai kembali pada wajah cantik jelitanya. Tubuhnya yang terluka mulai terlihat indah lagi, dan gaun nya mulai tampak seperti sedia kala.

Layla menyentuh bilah pedang Sharp and healing dengan tangan kirinya, lalu menyentuh pipi kiri Zack dengan tangan kanannya. "Ahh, kau memang lebih menarik dengan wajah depresi seperti ini dari pada wajah bahagia dan cupu seperti sebelumnya." Lalu tanpa basa-basi lagi, Layla langsung mencium bibir Zack selama beberapa detik. "Bagaimana, nikmat?"

Zack menarik pedangnya. "Menjijikan."

"Ahh! Kau memang jahat, Zack." Setelah mengatakan itu, Layla tersenyum sadis, lalu menusuk dada Zack dengan tangan kanannya.

"Gah! Kau..." Darah menyembur dari luka itu.

Setelah itu Layla memegang jantung Zack. "Ini adalah milikku." Lalu menariknya.

"Akh! Ke-Kenapa ada jantung di sana?"

"Eh? Itu karena seluruh program di game ini sudah aku ganti dan semuanya terlihat nyata seperti dunia di mana kau hidup, Zack."

Layla memandangi jantung Zack yang masih berdenyut di tangan kanannya, lalu menjilatnya dan menciumnya.

Yuki yang melihat itu tidak bisa melakukan apapun dan hanya terdiam mematung dengan kaki nya yang gemetaran.

"Hmm?" Layla memiringkan kepalanya dengan heran. "Luka mu tertutup lagi?"

Seperti yang di katakan Layla, lubang di dada Zack mulai tertutup lagi.

"Hebat." Layla berjingkrak kegirangan. "Bahkan kau bisa meregenerasi tubuh mu seperti aku."

"Iya!" Lalu dengan cepat dan kuat Zack langsung menebaskan pedangnya dari perut kanan Layla dan memotongnya jadi dua.

Tubuh bagian atas Layla jatuh ke belakang, sedangkan tubuh bagian bawah nya jatuh ke depan.

"Bangunlah." Kata Zack, masih dengan wajah dan ekspresi penuh depresi. "Kau tidak akan mati semudah itu."

"Iya, itu benar."

Perlahan, tubuh Layla yang terpotong jadi dua bagian itu menyambung kembali dan kembali seperti sedia kala.

"Zack, kau memang luar biasa." Layla memegang tangan kiri Zack. "Ayolah, ikut aku."

"Kenapa kau keras kepala sekali?"

"Ah," Layla melepaskan tangan Zack, lalu berjalan mundur, matanya perlahan melirik pada Yuki. "Zack, kau anggap apa gadis di belakang mu itu?"

"Kenalan."

Layla tersenyum, "Kalau begitu boleh aku bunuh?"

Zack menggeleng, "Jangan."

"Oh, sudah kuduga, dia seseorang yang spesial untuk mu kan?"

"Bukan." Zack berhenti sejenak. "Di dunia ini, aku tidak punya seseorang yang spesial."

"Kalau begitu kau bisa menjadikan aku yang spesial untuk mu, Zack."

"Tidak buruk."

"Iya kan?"

"Tapi aku tidak bisa melakukannya."

"Ehh? Kenapa?"

"Kau... Kau adalah musuh."

"Alasan saja." Layla tampak kesal, lalu dia menjetikan jari di tangan kanannya, dan tebasan dari angin keluar dari ketiadaan, lalu memotong kedua tangan dan kaki Zack.

"Gah!" Zack terjatuh, darah menyembur hebat dari kaki dan tangan Zack.

"Seperti yang aku duga, gadis itu memang spesial untuk mu."

"Bukan!" Untuk pertama kali nya Zack berteriak. "Dia bukan seseorang yang spesial untukku, jadi jangan lakukan apapun padanya!!!"

Layla mengeluarkan tawa yang imut. "Tidak boleh, kau tidak boleh marah pada ku, Zack."

Layla tersenyum sinis pada Yuki. Yuki yang melihat senyuman itu, seketika membeku ketakutan.

"Yuki, bertahanlah!" Teriak Zack. "Setelah kaki dan tanganku kembali lagi, aku akan menyelamatkanmu! Jadi bertahanlah, Yuki!"

Sama seperti sebelumnya, walau diri nya ketakutan, Yuki tetap memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum. "Ka-Kau meremehkan ku, Zack. Se-Setidaknya aku bisa bertahan sampai kau meregenerasi tangan dan kaki mu."

Layla berlari mendekati Yuki, lalu melepaskan cakaran dari tangan kanannya. Yuki mengangkat pedangnya dan menahan serangan itu, lalu menendang perut Layla dan dengan cepat mengayunkan pedangnya pada leher Layla. Layla tidak menghindari tebasan itu dan malah menggigit bilah pedang Yuki. Yuki terkejut bukan main dan malah terdiam. Layla melemparkan pedang Yuki, lalu mendekat pada Yuki dengan cepat dan mencekik Yuki saat itu juga, lalu mengangkatnya.

"Kau gadis yang menjijikan!"

"Akh... Uhuk..." Yuki memberontak, tapi kekuatannya tidak cukup untuk bisa lepas dari cekikan Layla. Yuki juga mencoba menendang wajah dan leher Layla, tapi Layla sama sekali tidak terpengaruh.

"Kau sangat merepotkan, gadis es!"

"HENTIKAAAANNN!!!"

Layla mencekik leher Yuki lebih kuat lagi, lalu membantingnya ke tanah. Yuki memuntahkan darah saat tubuhnya terbanting ke tanah, dan efek nya adalah Yuki terkena stun dan tidak bisa bergerak. Layla tersenyum, lalu melepaskan cekikannya, menarik tangan kanannya.

Kaki dan tangan Zack sudah kembali, Zack langsung mengambil pedangnya dan berlari mendekati Yuki dan Layla dengan pedangnya yang sudah bersiap menebas Layla. Tapi saat Zack hendak melakukan itu, Layla sudah menembus dada Yuki dan mengambil jantungnya sekaligus memecahkannya saat itu juga.

"SIALAAAANNN!!!"

Zack menendang Layla dan membuat Layla terpental, lalu Zack mengaktifkan skill dewa petir di pedang nya dan menebaskannya pada Layla. Layla yang terkena sambaran petir itu menjerit kesakitan dan di saat yang sama terkena stun.

"Yuki!" Zack menopang kepala Yuki di pahanya dan memegang pipi kiri Yuki. "Kau tidak akan mati! Kau akan baik-baik saja! Pedang ini akan menyembuhkan mu!"

Zack menyentuhkan pedang Sharp and healing nya pada Yuki, tapi tidak ada yang terjadi.

"Kenapa tidak terjadi apapun?!"

"Z-Zack..."

"Jangan bicara dulu! Aku akan melakukan sesuatu!"

Yuki tersenyum. Walau mulut nya mengeluarkan darah yang lumayan banyak, dia tetap tersenyum begitu manis. "Ti-Tidak apa-apa, Zack..."

"Kubilang jangan bicara!" Zack mencengkram pedangnya lebih kuat dan berkata, "Sembuhkan Yuki, pedang sialan! Cepat sembuhkan, sialan!"

"Zack!"

"I-Iya?"

Yuki kembali tersenyum, "Ku... Uhuk... Kubilang tidak apa."

"Yuki..." Zack meneteskan air matanya.

"Se-Setidaknya aku bisa... Haa... Ke tempat... Shiki..."

"Ah," Zack tersenyum lembut dan mengangguk, "Iya, semoga saja seperti itu."

"Ehehe."

"Yuki..."

"Iya?"

Mungkin, perasaanku tidak akan pernah terjawab, tapi aku tetap ingin mengatakannya.

"Mungkin bodoh jika harus mengatakannya sekarang, tapi aku tetap akan mengatakannya pada mu."

"Iya?"

Zack menarik napasnya, lalu berkata, "A-Aku menyukai sejak masih di Area satu, Yuki."

"Eh?"

"Aku menyukai mu sejak masih di Area satu."

Wajah Yuki sedikit memerah.

"A-Aku..."

"Iya, aku mendengar mu, Zack..." Yuki berhenti sejenak, mengambil napas, lalu berkata dengan suara yang sangat lirih, "Terima kasih, Zack... Dan... Dan menanglah untuk kami..."

"Iya, aku akan menang untuk mu."

"Iya..."

Tubuh Yuki mulai berubah menjadi asap dan menghilang di udara.

Untuk beberapa detik, wajah Zack kembali seperti diri nya yang dulu, tapi kemudian dia kembali menjadi dirinya yang depresi dan berdiri lagi.

"Aku akan mengakhiri ini, Layla." Kata Zack.

Layla tersenyum, "Ah, akhirnya kau memanggil nama ku, sayangku Zack."