webnovel

Free World Online

2050, sebuah game berbasis Virtual Reality Massive Multiplayer Online sudah di buat oleh perusahaan game terkemuka di dunia, Free World Company. Saat pembukaan game yang dinantikan itu, kengerian telah terjadi. Menu Log Out yang harusnya tersanding di Sistem Menu, telah menghilang, dan kematian di dunia itu sama dengan kematian di dunia nyata. Jika kau ingin keluar dari game itu, maka satu-satunya jalan adalah dengan membuka seluruh Map Area yang berjumlah sepuluh Area dengan masing-masing Area di kuasai oleh Boss kuat yang bisa mengancam nyawa para Player.

Hadi_Prayoga · Game
Peringkat tidak cukup
20 Chs

17: Terbukanya Area Tujuh, Delapan, Sembilan, Dan Sepuluh

Butuh sekiranya beberapa menit untuk kereta kuda ini untuk bisa mengantarkan aku dan Mary ke kota Jack'o lantern. Di pintu masuk kota ini, terpajang kepala Jack'o lantern yang sangat besar dan tentu saja mengerikan. Walaupun memang bukan hanya kami berdua yang ada di sini, tapi nuansa horror di tempat ini bahkan tidak menghilang. Bahkan jika ini bukanlah game, aku yakin seluruh bulu kudukku akan berdiri.

"Menyeramkan." Gumam Mary.

Aku melirik pada Mary yang berdiri di samping kananku. "Kau benar."

"Tapi demi permen, aku rela bahkan jika harus ketakutan."

Aku tertawa kecil. "Iya, demi permen dan agar tidak di lempari telur busuk."

"Hehe, kau benar." Mary memalingkan wajahnya, lalu menunduk perlahan. Saat itulah aku mendengar suara lemahnya. "Setelah ini, aku ingin kau memberikanku jawabannya, Zack."

Aku mengangguk pelan, "Iya."

Aku tidak ragu menyetujui hal itu, karena kurasa aku memang sudah tidak bisa membohongi hati ini. Setelah sekian lama, akhirnya aku sadar akan perasaan ku pada gadis cantik bernama Yuki itu.

Bersamaan, kami melangkahkan kaki kami memasuki kota Jack'o lantern di depan kami. Saat kami akhirnya bisa melihat kota ini dari dalam, sebuah pemandangan yang di penuhi oleh labu benar-benar memenuhi mata kami, bahkan jika aku harus mengatakannya, kota ini memang tidak salah saat di namakan Jack'o lantern.

"Luar biasa." Kataku.

"Iya."

Walaupun namanya adalah kota, tapi sebenarnya ini hanyalah sebuah bekas kota, atau reruntuhan. Tidak ada makhluk hidup selain para player disini. Yah, aku tidak tahu harus menganggap Monster Jack'o lantern itu makhluk hidup atau bukan, tapi... Ah sudahlah.

Mary mengeluarkan belati atau dagger dari ruang itemnya dan segera bersiap.

"Oh, jadi kau menggunakan dagger ya, Mary?" Tanyaku.

Mary mengangguk, "Iya. Ini kecil dan mudah di gunakan."

"Tapi jarak serangnya pendek, kau harus hati-hati."

Mary memberikan sebuah senyuman yang luar biasa manis padaku. "Tentu saja."

Wajar saja jika ketiga orang itu memperkosa Mary. Dia adalah perempuan yang cantik dan sangat menggoda. Aku tidak tahu apa yang membedakan Yuki dan Mary, walaupun mereka berdua sama-sama cantik, tapi Mary lebih menggoda, sedangkan Yuki seperti es yang bisa mendinginkan hati. Jika Mary adalah api, maka Yuki adalah es.

Si sialan Shiki itu benar-benar beruntung, bisa di sukai oleh Yuki.

Mary dengan kecepatan yang luar biasa membunuh banyak Monster Jack'o lantern dengan mudah. Walaupun memang sebenarnya Monster yang ada disini sangat lemah, tapi tidak bisa di pungkiri lagi kalau dia memang cepat.

Aku tersenyum, "Aku juga ikutan, Mary!"

Mary tampak membalas senyumanku, "Iya!"

Saat aku menebas setiap musuh yang ada di dekatku, aku menggunakan kesempatan selama satu detik itu untuk melihat Mary.

Dia adalah perempuan yang baik dan cantik, tapi kenapa hal mengerikan itu terjadi padanya?

Jika kematian di game ini adalah benar, maka mereka bertiga yang sudah memperkosa Mary telah mendapatkan apa yang pantas bagi mereka, tapi jika kematian itu adalah bohong, mereka bertiga hanya akan bebas seperti tidak terjadi apapun.

Rasa marah mulai menggerogoti tubuhku.

Mary jelas berkata kalau dia suka padaku, dan jika saja Mary mengatakan itu, tidak! Jika saja aku bertemu Mary dan dia sudah suka padaku sebelum aku melihat Yuki, maka seratus persen aku pasti akan menerima cinta Mary tanpa basa-basi apapun. Persetan dengan dirinya yang sudah di perkosa sebanyak lima kali oleh para biadab itu, aku yakin aku pasti menyukai Mary. Tapi karena aku sudah terpesona oleh Yuki pada pandangan pertama, maka aku tidak bisa menerima perasaan orang lain lagi. Jika aku menerima perasaan Mary, maka aku hanya akan menyakitinya lebih dari pada saat aku nanti akan menolaknya, karena tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada kau menganggap seseorang yang kau suka ternyata suka padamu, padahal yang sebenarnya itu hanyalah cinta bertepuk sebelah tangan.

Aku ini memang egois. Aku sendiri tahu tentang bagaimana sakitnya cinta satu sisi, tapi tetap saja, aku menyukai Yuki. Mau apapun yang terjadi, entah Yuki masih akan terus menyukai Shiki pun, aku pasti akan terus menyukai Yuki, setidaknya sampai perasaan ini menghilang tertelan oleh perasaan-perasaan yang lainnya.

Saat aku sedang menebas musuh di depanku, aku melihat sekelibat bayangan hitam lewat di depanku dan melompat ke sebuah rumah. Mataku menatap atap rumah itu, dan pandanganku tidaklah salah, ada seseorang yang berdiri di sana. Dia memakai jubah berwarna hitam, jadi aku tidak bisa tahu dia laki-laki atau perempuan.

Notif pesanku berbunyi.

Dari Unknown.

Unknown: Zack, datanglah ke belakang rumah ini sendirian. Ada yang harus kita bicarakan tentang game ini.

Zack: Baiklah!

Aku harus waspada.

"Mary." Aku berjalan mendekatinya. "Aku ada urusan sebentar. Tidak apa-apa, kan?"

Ada jeda yang lumayan lama, tapi kemudian Mary tersenyum. "Iya. Aku tetap disini, jadi kesini lagi, ya?"

"Iya, pasti."

"Baiklah."

Aku berjalan ke belakang rumah itu, dan seseorang yang memakai jubah itu berdiri di depanku.

"Apa mau mu?" Tanyaku.

"Red Eye punya pesan untukmu."

"Red Eye? Apa pesannya?"

"Jika kau ingin tahu lebih banyak tentang pedang Sharp And Healing, datanglah ke penjara New Police."

"Kau tidak bohong kan?"

"Aturan UnderWorld adalah kepercayaan, jadi kami tidak akan pernah berbohong."

Aku mengangguk, "Baiklah."

Setelah aku setuju, dia menggunakan kristal teleportasi dan menghilang dari hadapanku.

Satu-satunya alasan kenapa aku setuju untuk bertemu dengan Red Eye, adalah dia tahu tentang pedang hitam legam bernama Sharp and healing itu. Tidak ada satu pun orang yang tahu tentang pedang itu.

Aku berjalan keluar dari balik rumah itu dan melihat Mary yang masih membunuh Monster.

"Mary," Kataku, sambil berjalan mendekatinya. "Kita selesai lebih awal... Tidak masalah kan?"

Mary berhenti menebas Monster dan menatapku, lalu dia tersenyum. "Iya, aku juga ingin segera mendengar jawabanmu, Zack."

"Iya."

Kami berjalan keluar dari kota itu, dan berdiri beberapa meter di depan gerbang kota Jack'o lantern.

Kami berdiri saling berhadapan.

Aku sudah memutuskan jawabanku.

Aku tidak akan ragu.

Aku tidak boleh ragu.

Aku tidak boleh membuat Mary menunggu lebih lama lagi.

Aku membuka mulutku, dan berkata dengan suara yang pelan, "Maaf, ada seseorang yang aku suka, jadi... Aku tidak bisa."

Mary tersenyum lembut, "Siapa?"

"Eh? So-Soal itu, a-aku tidak bisa-"

Tiba-tiba, Mary mencengkram kerah jubahku. Aku bisa melihat Mary menangis dan wajahnya terlihat putus asa.

"Apa karena di dunia nyata aku bukan perawan?!"

"Eh? Bukan-"

"Apa karena kesucianku di rebut oleh tiga pria brengsek berkali-kali?!"

"Mary, aku tidak-"

"Jika bukan karena hal itu, lalu apa? Kau berbohong tentang kau menyukai orang lain!"

"Aku tidak berbohong!"

"Kalau begitu-"

"Yuki."

"Yu-"

"Yuki. Aku menyukai Yuki saat masih di Area satu. Setidaknya sebulan setelah Prof. Jack memenjarakan kita."

"Cinta pandangan pertama?"

"Mungkin."

"Kau tidak pernah menyatakan perasaanmu pada Yuki?"

Aku menggeleng, "Dia menyukai orang lain. Dia suka pada pemimpin serikat Golden Sword, Shiki."

Mary tersenyum, lalu melepaskan cengkramannya. "Kalau begitu, saat Yuki atau pun Liz menolak mu, kau bisa membuatku menjadi pelarian mu."

"Liz?"

"Ah, bukan kau yang menyukai Liz, tapi Liz yang suka pada mu."

Aku tersenyum tipis, "Kau bahkan tahu soal itu ya?"

"Iya, karena mata seorang gadis akan berubah saat menatap orang yang mereka suka." Mary berbalik, lalu berkata tanpa melihat ke arahku, "Berjuanglah, Zack!"

"Iya, aku juga ingin segera bebas dari penjara ini."

Setelah aku mengatakan itu, Mary menghilang di telan oleh cahaya biru dari kristal teleportasi.

Ah, aku baru saja menyakiti hati seorang gadis. Aku sebenarnya tidak mau melakukannya, tapi mau bagaimana lagi, walaupun Mary memang gadis yang cantik, tapi Yuki sudah lebih dulu ada di hatiku. Aku tidak bisa menipu hatiku kalau aku tidak menyukai Yuki. Jujur saja, bahkan sampai saat ini, aku harap Yuki bisa jadi milikku, walau aku tahu kalau semua itu mustahil.

---

The Police di bubarkan karena trio mesum itu, dan di ganti dengan nama New Police, dengan tiga pengawal pribadi Rio sebagai ketua nya. Ah, aku harap hal buruk tidak akan terjadi.

Di bawah tanah gedung serikat New Police, adalah penjara bawah tanah. Di kanan dan kiriku adalah sel dari baja yang sangat kuat. Terakhir aku datang ke sini, hanya ada Red Eye seorang yang jadi tahanan, sekarang sudah ada banyak orang yang mendiami sel-sel yang sudah di bangun dengan kuat.

Red Eye berada di ujung lorong ini. Entah kenapa, tapi sepertinya dia terlihat berbeda dari yang lainnya.

"Yo, Zack!" Dia mengangkat tangan kanannya saat melihatku.

"Jangan banyak tingkah! Kenapa kau bisa tahu tentang pedang sharp and healing?"

Red Eye berdiri, lalu berjalan ke depan jeruji baja ini. "Terserah kau mau menganggapku bohong atau bagaimana, tapi seseorang yang memberitahuku adalah Prof. jack."

"Ha? Apa yang kau-"

"Saat aku tertidur, aku bermimpi. Walau seharusnya tidak ada mimpi di dunia ini, karena dunia ini adalah mimpi itu sendiri." Red Eye berhenti sejenak, "Aku berada di sebuah ruangan yang sangat besar, dengan banyak sekali komputer dan kabel, dan di setiap komputer ada satu orang yang mengawasi. Prof. Jack berdiri di depan mereka semua, lalu Prof. Jack dengan napas yang terengah-engah dan terburu-buru berkata padaku, 'Katakan pada Zack, bahwa Area enam di kuasi oleh Monster kaca raksasa, dan setelah kalian mengalahkan Monster itu, Area tujuh, delapan, sembilan, dan sepuluh akan terbuka, tapi Area tujuh, delapan dan sembilan tidak akan di kuasai oleh Boss apapun, karena mereka semua ada di Area sepuluh. Ingatlah ini! Boss Area tujuh, delapan, sembilan, dan sepuluh, adalah dalang di balik terkurungnya kalian di death game ini!' lalu dia menangis, 'Gunakan Sharp and healing untuk menyelematkan semua orang! Zack, kau harus jadi lebih kuat lagi!' Itu yang dia katakan padaku!"

Aku tidak bisa mengatakan apapun selain hanya terdiam bodoh.

"Ka-Kau-"

"Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi aku percaya apa yang aku lihat!"

"Cerita mu terlalu sempurna untuk sebuah kenyataan!"

"Bodoh! Aku punya ingatan fotografis, tentu saja aku selalu mengingat semua dengan detail!"

"Whoa! Serius?!"

"Tentu! Bahkan aku ingat pertama kali kita bertemu, yaitu di kafe. Kau di dalam, aku di luar!"

"O-Oh, menjijikan! Kau seperti penguntit!"

"Woi!"

"Jika Boss Area ini adalah Monster kaca, maka aku akan percaya, tapi jika bukan, aku tidak akan percaya!"

"Bagus! Latihlah dirimu lebih kuat lagi, sebelum akhirnya menuju Area sepuluh! Kau dan pedang sialan mu itu adalah harapan semua orang!" Setelah itu, dia kembali duduk di kasurnya dan berbaring.

Harapan semua orang ya?

Aku harap aku bisa.

Apakah Prof. Jack berbohong? Tapi jika Boss lantai enam adalah Monster kaca seperti yang Red Eye katakan, maka aku tidak punya pilihan lain selain menjadi lebih kuat. Aku harus mencapai level dua ratus, dan level seratus untuk masing-masing perlengkapanku.

Lalu, beberapa menit setelahnya, Rio tiba-tiba saja mengumumkan di chat dunia, bahwa penyerbuan di Area enam akan di lakukan dalam dua jam lagi, karena mereka sudah mengetahui di mana tempatnya.

Setelah mendapatkan pengumuman itu, aku langsung berlari menuju air mancur kebangkitan, dan melihat banyak orang di sana. Mereka sangat cepat, bahkan tidak sampai dua menit setelah pengumuman itu di umumkan, tim penyerang langsung saja sudah ada di sini.

"Zack!"

"Liz? Ada apa? Kenapa kau-"

"Apa yang di katakan Red Eye benar?"

"Eh? R-Red Eye juga memberitahumu tentang mimpinya?"

Liz mengangguk, "Bukan hanya aku, tapi Maya, Rio, dan Yuki."

"Kenapa?"

Liz menggeleng, "Aku juga tidak tahu."

Mungkin aku bisa mengerti. Maya, dia adalah kunci untuk memperkuat perlengkapan, Rio, adalah pemimpin tim penyerang yang bisa menentukan kapan tim penyerang akan menyerbu Boss, Liz, mungkin karena dia merasa bertanggung jawab akan kesalahannya di masa lalu, tapi bagaimana dengan Yuki? Kenapa dia memberitahu Yuki? Yah, terserahlah.

"Apa hanya kalian yang tahu?"

Liz mengangguk, "Rio bilang selain kita, jangan ada yang tahu, karena selain menimbulkan kepanikan, akan banyak hal lain lagi yang akan terjadi."

Aku mengangguk, "Rio benar."

"Jadi-"

"Benar atau tidaknya si Red Eye ini, kita akan membuktikannya jika Boss Area enam ini benar-benar Monster kaca."

"I-Iya."

Setelah semua orang berkumpul, seperti biasa, Rio berdiri di atas Air kebangkitan dan mengatakan kalimatnya, "Kita akan menang dan keluar dari dunia ini! Kita harus kembali pada keluarga, pacar, sahabat, dan teman kita! Untuk itu, kita harus menang!"

"Yaaaaa!!!"

"Langsung menuju Boss Area!"

Secara bersamaan, kami semua langsung menggunakan Griffin Fur dan terteleportasi di depan gerbang di tengah-tengah kawah raksasa yang lava nya sudah mengering.

"Whoa! Tempat ini mengerikan!"

"Apa-apa'an ini?"

"Ke-Keren."

Rio langsung membuka pintunya, dan bukannya kami yang masuk, tapi sebuah teriakan mengerikan keluar dari gerbang hitam itu saat gerbangnya terbuka.

Kami semua terpental sejauh beberapa meter oleh tekanan udara, dan saat itulah sesosok Monster setinggi tiga meter atau bahkan lebih keluar dari balik gerbang. Matanya yang hanya ada satu dan berwarna merah itu melirik ke setiap pasang mata. Dan yang paling mengejutkan dari semua itu, adalah kenyataan bahwa seluruh bagian tubuh Monster itu terbuat dari kaca berwara oranye.

"Mo-Monster kaca?" Liz mencengkram lengan bajuku.

"I-Iya."

"Jadi, apakah yang di katakan Red Eye memang benar?"

"Iya." Aku berhenti sejenak, "Untuk itu, aku harus menjadi lebih kuat lagi."

"Tunggu, Zack! Kau tidak harus menanggung semua ini di bahu mu?"

Aku tersenyum pada Liz, "Tidak apa, Liz. Aku tidak akan menanggung beban apapun."

Saat aku sedang berbicara dengan Liz, tiba-tiba Monster kaca ini sudah berdiri di depan ku. Dia seperti menggunakan teleportasi dan berdiri di depan kami.

"Z-Zack..."

Dia mengangkat tangan kanannya dan langsung melayangkan pukulan ke arahku. Aku langsung mengangkat tangan kiriku dan menahan pukulannya.

"Gah! Eh? Tidak berat?"

Suara retakan terdengar sangat jelas di telingku, dan saat aku menarik kembali tangan kiriku, retakan-retakan besar terbentuk di tubuh Boss itu di mulai dari tangan kanannya yang menghantam perisaiku.

"Ada apa?" Gumamku.

"A-Apa yang terjadi?"

"Woi, pengelana hitam! Kau melakukan apa?"

"Aku tidak tahu."

"Tunggu! Monster itu pecah!"

Tepat seperti apa yang di katakan player tadi, Boss Area enam di depanku pecah dan hancur tepat di depan mataku.

"Eh? Me-Menang?" Gumamku.

"Hati-hati!" Rio tiba-tiba meneriakan itu, "Mungkin saja kejadian di Area dua akan terjadi lagi! Tetap waspada!"

Kami semua menuruti apa yang Rio katakan dan tetap waspada selama beberapa menit.

Lalu, lonceng terbukanya Area selanjutnya terdengar di seluruh penjuru Free World Online.

"Ki-Kita benar-benar menang?"

"Te-Tetap waspada, dasar bodoh!"

"Tapi..."

"Lonceng nya berbunyi! Kita menang kan?"

Aku mendapatkan Exp dan item dari terbunuhnya si Monster kaca.

"A-Aku mendapatkan item!" Kataku.

"Aku juga!"

"Aku juga!"

Kami semua tersenyum, tertawa, lalu melompat dengan sorakan yang sangat nyaring. "KITA MENANG!!!"

"YYAAAAAAAAA!!! HAHAHAHAHA!!!"

Suara tawa dan sorakan terdengar di kawah ini. Tapi, semua ini tidak membuatku senang, tidak membuat aku, Liz, Maya, Yuki, dan Rio senang, karena kami semua tahu, kalau hal mengerikan yang lebih mengerikan telah menunggu kami di depan sana, telah menunggu kami di Area sepuluh.

"Woi!" Seorang player pria membuka menunya. "Bukan hanya Area tujuh saja yang terbuka, tapi juga delapan, sembilan, dan sepuluh."

"Eh? Dia benar!" Seorang player perempuan mengatakan itu.

"Lalu bagaimana Boss nya?"

"Entah!"

"Aneh."

"Terserahlah, jika kita bisa membunuh Boss Area sepuluh, kita bisa menang kan?"

"Iya, dia benar."

"Ayo kita ke Area-"

"TUNGGU!!!" Rio berteriak dengan keras. "Kita tidak akan pergi ke Area sepuluh!"

"Eh?"

"Kita harus memperkuat avatar, dan perlengkapan kita sebelum ke Area sepuluh! Aku yakin lawan kita di Area sepuluh akan sangat kuat dan berbahaya, berbeda dengan lawan-lawan kita sebelumnya, maka dari itu, kita harus memperkuat diri kita!"

"Tapi-"

"Aku tidak akan mengatakannya lagi! Aku juga tidak akan melarang apapun! Tapi aku tetap akan mengatakan ini sebagai pemimpin tim penyerang, 'JIKA SELURUH LEVEL TIM PENYERANG BELUM MENCAPAI LEVEL MINIMAL SERATUS LIMA PULUH, MAKA KITA TIDAK AKAN PERNAH MELAWAN BOSS AREA SEPULUH!!!' Itu saja!" Setelah mengatakan itu, Rio langsung pergi menggunakan Kristal teleportasi miliknya.

Semua orang tentu merasa aneh dan saling pandang.

"Peduli setan! Aku mau keluar dari game ini!"

"Tapi Apa yang di katakan Rio ada benarnya!"

"Terserah!"

Saat semua orang saling mengadu opini mereka, Rio mengirimi ku pesan.

Rio: Zack, Yuki, Maya, Liz. Datanglah ke ruanganku.

Hanya itu pesannya.

"Liz," Aku menyentuh bahu kirinya.

"Zack?"

"Ayo, Rio memanggil kita kan?"

"Iya."

"Kemungkinan dia ingin membicarakan tentang apa yang di katakan Red Eye."

"Iya."

---

Di depanku ada Rio yang berdiri dengan perlengkapannya, lalu di samping kanan Rio ada Yuki, di lanjutkan dengan Maya. Di samping kananku ada Liz.

"Ini tentang Red Eye." Kata Rio, tanpa basa-basi apapun. " Apa kalian percaya?"

Yuki berjalan satu langkah. "Aku akan percaya."

Maya langsung memegang pundak Yuki, "Kenapa? Bukankah dia penjahat yang sudah membunuh Kakak nya Liz?"

"Iya, tapi untuk apa dia berbohong yang bisa menguntungkan kita?"

Maya menatapku, "Bagaimana denganmu, Zack?"

Aku mengeluarkan pedang hitam Sharp And Healingku. "Dia tahu tentang pedang ini, yang bahkan tidak seorang pun yang pernah aku beri tahu."

"Jadi," Rio menatapku, "Itu pedang yang di katakan Red Eye ya?"

Aku mengangguk, "Iya."

Kemudian Maya menatap Liz, "Liz?"

Liz menunduk, memegang lengan bajuku. "Aku dan Zack sudah sepakat, kalau Boss Area enam memang benar Monster kaca, maka mau tidak mau kami akan mempercayai apa yang dia katakan."

Maya tampak kecewa, "Lalu bagaimana denganmu, Rio?"

Rio mengangguk, "Pedang itu nyata. Dan aku percaya kalau Zack benar-benar tidak pernah memberitahu nama pedang itu pada siapapun, jadi... Yah... Aku percaya pada Zack."

"Maya," Aku menatapnya, "Mau percaya atau tidak, jika kita mengikuti apa yang di katakan Rio tentang minimal levelnya, maka kita akan di untungkan."

Maya mengangguk, "Baiklah. Aku juga akan akan percaya. Tapi, aku bukan percaya pada Red Eye, aku percaya pada mu, Zack!"

Aku mengangguk, "Iya, terima kasih."

"Dan..."

"Dan?"

"Liz!"

"I-Iya?"

"Cepat katakan kalau kau menyukai Zack!"

"Eh?" Wajah Liz memerah.

Aku juga begitu, "A-Apa yang kau katakan?"

"Liz menyukai mu, kau tahu kan?"

Aku menggeleng, "E-Entahlah."

"Serius?"

"I-Iya." Aku melirik pada Liz.

Liz mencengkram lebih kuat lengan bajuku. "Zack..."

"I-Iya?"

"Tunggu!" Tiba-tiba Rio meneriakan itu. "Bukan hanya kalian yang menyukai Zack!"

"Ha?"

"Aku lebih menyukai Zack dari pada siapapun yang ada di ruangan ini!"

"Eh?!"

Tiba-tiba Rio memegang tangan kananku dan menarikku keluar dari ruangan ini, lalu menggunakan Griffin Fur dan melakukan teleportasi ke atas sebuah gedung tinggi di Area satu.

"Rio?"

"Zack."

"I-Iya?" Whoa! Aku takut dia akan memasukan batangnya pada pantatku.

"Apa yang akan kau lakukan dengan level dan pedang mu?"

"Kau sudah tahu."

"Kau mengemban nyawa dari seluruh player di dunia ini, Zack!"

"Iya, aku tahu."

"Hanya pedang mu lah yang mungkin bisa membunuh AI yang sudah menghack game ini dan mengurung kita semua, dan karena hal itu, kau harus lebih kuat dari kita semua!"

Aku mengangguk, "Aku tahu."

"Mungkin kita bisa menaikan level bersama?"

Aku menggeleng, "Tidak, aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan."

"Apa kau akan melakukan hal yang sama seperti setelah Area dua?"

Aku mengagguk, "Iya."

"Kenapa kau tidak mau bekerja sama? Kau bisa bekerja sama denganku, Liz, Rena, Rick, Nay, dan Yuki."

"Aku," Aku menunduk, "Aku tidak mau membahayakan nyawa kalian."

"Ha?! Kami ini kuat, Zack!"

"Apapun yang kau katakan, aku tetap akan mengasingkan diri ku untuk sementara."

Rio akhirnya menyerah dan menghembuskan napasnya. "Kalau begitu, jangan mati dulu, Zack!"

"Iya."